Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 32 : Pray

" Walau terjatuh, walau menangis, walau terluka tak apa... sepuluh tahun lagi, dua puluh tahun lagi? Masih ada waktu.... tak apa, aku masih berusaha dan terus berusaha. Menciptakan senyum di semua orang termasuk aku sendiri yang sudah lelah untuk menangis."

.

.

.

................................................

(Author**** POV)

Pernahkah kalian melihat seseorang yang setiap harinya selalu keluar tanduk marah kini bisa menangis dengan banyaknya air mata seperti ini. Hingga yang di peluk pun sedikit kewalahan karenanya. Bukannya apa beberapa kali dia memanggil nama sang adik berharap bisa kesini dan menenangkan dadanya yang dia rasa sesak. Hanya saja itu tak mungkin karena jarak yang sangat jauh tanpa batas memisahkan mereka berdua.

Jungkook merasakannya.... bagaimana rindunya seorang Min Yoongi pada adiknya. pertama kali dalam hidupnya semenjak Jungkook tinggal dia melihat sisi terlemah sang kakak, hanya bisa diam dan mencoba menenangkannya walau bibirnya takut salah dalam berucap. Ia tak mau jika kesadaran sang kakak kembali dan membuat bentakan serta amarah itu muncul jika dia sadar bahwa yang dia lihat bukanlah yang dia impikan.

Dokter bilang itu kemungkinan efek obat bius yang sengaja disuntikan pada kantong infus. Ya... lantaran Yoongi yang terlalu banyak bergerak serta berisik. Takut akan mengganggu pasien ruang sebelah dan memperparah keadaan dia sendiri lantaran banyak bergerak. Sewajarnya orang yang sakit kebanyakan akan pasrah dan diam, tapi Yoongi manusia yang berbeda... yang ada hanya membentak dan memberontak kecil tak mau. Hingga dokter tesebut membuat cara halus namun ampuh.

Ingin Jungkook berterima kasih karena dia bisa merasakan kesempatan ini. menenangkan sang kakak dan bisa sedekat itu tanpa rasa takut.

Rasanya sudah setengah jam dia menemani seseorang yang terpulas di tidurnya. Jujur saja dia bisa tenang sekarang, melihat kakaknya seperti tadi membuat kekhawatirannya muncul. Pertama kalinya dia bisa melihat kakaknya yang biasa galak bisa menjadi semellow itu, ya... rasa rindu telah membuat kakaknya menjadi seperti anak kecil yang manja. Ingin tertawa tapi takut dosa.

"Myungsoo hyung jika kau bertemu Jimin hyung bilang padanya, kakaknya akan baik dan aku akan menjaganya." Bisiknya setelah menyelimuti sang kakak dengan pelan. Dilihatnya sebuah kaki patah yang masih digantung disana, tanpa sadar dia mengernyit ngeri melihatnya. Sepertinya lumayan parah lantaran dokter menghimbau agar sang kakak menggunakan tongkat terlebih dahulu.

Dia sangat hafal bagaimana sikap Yoongi, jangan kan menggunakan tongkat. Terkadang sang kakak jika berpergian menggunakan sepeda saja bisa mengomel hebat. Bagaimana nanti atau besok, kemungkinan Jungkook akan selalu di dekat kakaknya, itu pun jika dia mau.

Disana dia melihat ibunya melambaikan tangan dan membawa sebuah makanan untuknya, ngomong-ngomong pemuda bergigi kelinci itu sudah berada di luar ruangan sang kakak. kini dia ditemani oleh ibunya yang kebetulan membawa makanan yang ditaruh dalam sebuah gelas cup. Cukup praktis dan membuat perutnya keroncongan saja, apalagi bau saus teriyaki di atas udang crispy yang seolah mengajak dia bergelut dalam lidahnya.

"Eomma, gomawo... waaaa aku sudah lapar dan eomma tepat waktu." Jungkook semangat membuka penutupnya, dia tampak bahagia dengan senyum bocahnya yang seakan menghibur siapapun yang melihatnya. Merasa gemas dan menciptakan senyum bagi orang lain, itu yang dirasakan wanita yang kini mengangkat Jungkook itu anaknya.

"Syukurlah kau senang, eomma pikir Yoongi juga akan memakannya nanti. Aku membelikannya cukup banyak untuk kalian berdua, nanti kau bawa pulang ya... eomma akan menjaga kakakmu sampai dokter memperbolehkannya pulang." ucap sang ibu dengan menepuk pundak anaknya pelan, dia juga ikut senang melihat Jungkook yang menikmati makanan yang ia belikan. Ternyata kepribadiannya hampir mirip dengan mendiang Jimin, dalam hatinya sang ibu berusaha untuk fokus agar ia tidak menangis karena merindukan anaknya.

"Jimin... makan yang banyak ya..."

Jungkook mendengarnya, membuat pergerakan tangannya berhenti karena hal itu. Tatapannya berubah menjadi berbeda dari tadi, sengaja atau tidak sang ibu sudah membuat dia seperti ingin menangis saja.

Tes...

Tes..

Tes...

Siapa sangka Jungkook menangis dalam diamnya, sang ibu juga terperanjat hingga tangannya membeku. Bagaimana tidak dia melihat air mata itu sukses jatuh bahkan mengenai makanannya. Ah, dia membuat kesalahan yang justru membuat putra angkatnya terluka. Kenapa yang ia sebut Jimin bukannya Jungkook, membuat dia terluka saja. bukannya disengaja justru rindu itu yang membuat tanpa sadar nyonya Min melakukan hal itu.

Ingin segera menghibur sang putra tapi apa daya Jungkook berdiri dengan segera dan dia justru pergi dengan tatapan kosongnya, menatap ke depan seakan dia berada sendiri di lorong tersebut. merasa bersalah membuat sang ibu memanggilnya tapi, namja itu tak juga menoleh. Jungkook sadar dia hanya anak pungut tapi ketidaksengajaan itulah membuat hatinya sedikit terluka.

Terus saja air mata itu jatuh, tatapannya menjadi kosong dengan cekungan kesedihan yang tercipta dari wajah tampannya. Si pemilik gigi kelinci itu hanya bisa menatap dengan tatapan sendu dan pucatnya, ini menyakitkan. Lebih menyakitkan jika ibu angkatnya mengatakan hal itu ketimbang sang kakak yang selalu berkata kasar dan sering menyakitinya. Mungkinkah karena Yoongi memang terlahir galak dan ibunya yang selalu memberikan kasih sayang yang besar hingga tanpa sadar saat dia mendengar ucapan yang seperti mengatakan dibandingkan dengan yang lain dia merasa ngilu.

Nyatanya orang yang selalu menyayanginya jika tak sengaja menyakiti kita walau sedikit malah lebih menyakitkan dari pada yang dikira. Jungkook dia harusnya sadar jika ibunya tak sengaja, tapi kenapa? justru dia menangis saat ketidaksengajaan itu justru membuat luka kembali datang.

"Eomma, aku..." rasanya Jungkook tak sanggup melanjutkan ucapannya, dia justru hampir terjatuh jika tak bertumpu dengan dinding di sebelahnya. Dia merasa sesak dengan nyeri di dadanya, ah... dia merasa sedikit hancur seperempatnya. Dia terus saja meneteskan air matanya, dan kata namja Jimin yang sempat terpanggil untuknya justru tanpa sadar membuat dirinya semakin deras.

"Hikksss.. hyung hiksss... myungsoo hyung aku... hikkssss... ini sakit..."

Disana, di ujung lorong sana dia menangis, untuk tidak ada orang yang melihatnya membuat Jungkook bisa menjatuhkan kesedihan itu semua. Dirinya juga nampak kacau, perutnya yang sempat keroncong juga tak lagi terasa lantaran sedih itu sudah datang. Tuhan mendengar tangisannya, seorang pemuda yang ingin hak sama dari kakaknya dan itu sangat sulit. Tapi, setidaknya tak ada kata menyerah meski dia selalu berjalan dalam rintangan berdurinya.

"Akhhh... hikksss... hikksss... ini menyesakkan Tuhan." Jungkook yang merasa ada beban berat yang menindih paru-parunya mengadu pada sang pencipta, kenapa... kenapa sesakit ini. padahal selama ini dia selalu kuat jika Yoongi yang mengatakannya lalu kenapa jika sang ibu rasanya lebih menyakitkan dari pada pisau yang mengenai kulitnya.

"Hikksss... hikksss..." bahkan dia semakin terisak dengan wajah sembabnya, tak ada yang tahu jika di belakangnya sudah ada wanita yang memasang wajah menyesalnya.

"Jungkook, anakku apakah kau baik?" ingin membuat suasana hati sang anak menjadi baik, wanita itu lantas memeluk sang anak dari belakang. Kasih sayang seorang ibu yang menguar begitu saja, membuat Jungkook bergetar hebat dengan tangisan. Dia sekarang menjadi lebih tak bagus saat tahu kalau dirinya menjadi seperti ini, tak seharusnya sebuah kesedihan dipertunjukan di depan umum, apalagi ibunya.

"Maafkan eomma Jungkook, aku tak bermaksud membuatmu sedih nak." memeluk tubuh menggigil sang anak, dia teramat menyesal lantaran mengatakan itu. Jimin dan Jungkook itu berbeda dan nyatanya ucapan dia yang tak sengaja malah membuat Jungkook hancur seperti ini. lalu... bagaimana dengan Yoongi yang selalu mengatakan hal buruk pada anak angkatnya ini, mungkinkah lebih hancur dari ini. "Tolong maafkan eomma sayang. Eomma sangat merindukan Jimin, aku tidak bermaksud menyamakan dirimua dengan Jimin nak."

Berusaha menjelaskan semuanya berharap jika putranya mau mendengarkannya, dia terlalu takut jika Jungkook memilih pergi dan kembali kesana. Dia sudah terlanjur sayang walau belum bisa menyesuaikan kepergian putra kesayangannya yang sudah tiada. Tak bisa membohongi hati lantaran dulu Jungkook dipilih karena kepribadiannya yang tak jauh beda dari mendiang anaknya. Membuat secercah harapan agar sang anak Yoongi mau kembali menjadi dulu, namja yang tersenyum dan mengikhlaskan kepergian sang adik.

"Jungkook, apa kau mau memaafkan eomma." suara lirih penuh kasih sayang yang penuh akan kehati-hatian dimana, sang ibu juga mengusap air matanya dengan cepat. Dia juga tak lupu dari serangan kesedihan. Wanita cantik ini berusaha agar dia bisa dimaafkan tanpa harus ada kata penyesalan dari sang anak. Hingga akhirnya si pemilik gigi kelinci itu menganggukan kepalanya tanpa menoleh ke arah sang ibu. Dia ingin membuat rangkaian kata iya tapi tak mampu hingga akhirnya anggukan kepala yang bisa ia lakukan saat ini.

Merasa jika sang anak mulai tenang dengan lembut sang ibu melepaskan pelukannya dan membalikan tubuh sang anak agar bisa berhadapan dengan jelas di depannya. ketika melihat wajah termenung dengan pelupuk yang berat nan sembab seketika hati sang ibu hancur lebur dia menahan tangis sebisanya dan mengusap air mata itu dengan sayang. Jangan ada air mata lagi, itu yang ia isyaratkan sang anak melalui senyumannya.

"Jungkook, eomma minta maaf. Tak akan lagi membuat kesalahan seperti tadi, maaf yang menyamakan dirimu dengan Jimin. Eomma tidak sengaja, kau tidak membenci eomma atau mendiang Jimin kan?" tanyanya sembari menepuk kedua pundak anaknya, dia sayang sangat sayang bahkan rasa sayang itu lahir sejak saat itu. Tak sedarah... tak apa bahkan jika mereka dikaitkan dengan darah dan air, maka air yang akan mengalah dan membiarkan darah masuk menjadi bagiannya. Itu jalan yang dipilihnya agar tak saling menyakiti, tak ada kesalahan dan saling mengasihi.

"Aku minta maaf eomma, Jungkook tak bermaksud membuat eomma menangis." sang anak sebaliknya dia mengusap jua air mata ibunya, dia tersenyum dan mengangguk kecil. Tidak... Jungkook tak membenci siapapun, dia hanya membenci egonya yang membuat dia seperti tadi. Itu salah dan juga tak baik untuk dia lakukan, ketidaksengajaan akan dimaafkan. Jungkook saja bisa memaafkan tingkah sang kakak dan memakluminya kenapa untuk sang ibu dia tidak bisa? Rasanya tak akan adil.

"Ayo kita kembali dan melanjutkan makananmu, akan sangat tidak bagus jika membiarkan makanan utuh. Nanti Tuhan akan marah, cha kita kembali agar kita bisa mengurus kakakmu saat dia bangun nanti." Dirangkulnya sang anak, dia juga ikut tersenyum tak mau membuat kesedihan itu muncul. Walau kenyataannya masih ada luka yang belum sepenuhnya sembuh.

.

.

....................

Taehyung merasa penasaran saja kenapa temannya tak berangkat, rasanya cukup aneh kalau teman sejawatnya itu tak menampilkan batang hidungnya, apalagi di hampir semua jadwal kesukaan temannya tersebut. Taehyung jujur saja dia tak terlalu menyukai mapel hari ini, berharap jika kelas free itu hanya sebatas angan saja. mengharapkan guru akan memulangkan awal muridnya itu hanyalah sebuah mimpi saja ataupun anugerah yang bisa saja terjadi hanya setahun sekali. Untuk pertama kalinya Taehyung merasa kesepian bahkan dia kenal banyak teman hanya saja itu tidak seperti keakrabannya dengan si namja kelinci itu.

Bahkan pesannya saja belum dibalas, ingin rasanya Taehyung mendatangi rumahnya. tapi lain hati dia tidak mau bertatap muka dengan namja galak yang tak lain adalah kakak tirinya. Sungguh durjana jika Taehyung tersulut emosi dengan namja bermata sipit yang tak sengaja ia lihat itu. jangan ada yang terluka ataupun adu bacok, Taehyung terlampau brutal jika dia marah.

"Hei tet kenapa kau disini."

Tak ada angin tak ada badai apalagi hujan. Dengan seenak jidatnya seorang pria datang dengan suara sepatu yang membuat telinga Taehyung sakit. Lihatlah wajah tampan sombong itu membuat Taehyung berkedip beberapa kali untuk menyehatkan kedua matanya yang terasa sakit karena ulahnya.

"Yaaakkk... Seokjin hyung aku bantai wajahmu huh!"

"Hei kenapa kau sangat sensi sih, aku datang menjemputmu. Eomma mu menyuruhku karena dia ada kesibukan dan kau malah bersikap apatis terhadapku?" jika bukan keponakannya bisa saja Seokjin akan mengarunginya dan membuangnya ke amazon dekat dengan hutan tinggalnya anaconda yang pernah ia lihat di kebun binatang. Siapa sangka jika ucapan keponakannya itu membuat Seokjin merasa dia kehilangan separuh harga dirinya. Merasa tidak terima dia pun menjitak serta memoles kepala itu kemudian, membuat si empu kesakitan dan hampir menangis telihat dengan mata berkaca dan pedas karena bawang.

"Lihatlah kau sangat cengeng dasar." Ejeknya dengan senyum jahil serta juluran lidah yang diiringi tawa mengejek. Seokjin sangat suka melihat wajah dongkol sang adik yang mengerucut bibirnya, hingga dirinya bisa merasakan bagaimana dongkolnya yang muda.

Taehyung ingin membalas, tapi jidatnya justru ditahan oleh yang tua hingga dia mendengus sebal dan ingin membalasnya sampai terjadi sedikit keributan jika saja siswa dan siswi lain tak mentertawakan tingkah absurd mereka.

"Kau yang bodoh!" ucap Taehyung dengan menunjuk wajah Seokjin dan menjulurkan lidah mengejek dengan alis terangkat Seokjin menjulurkan lidahnya mengejek. "Kau yang bodoh Kim Alien Taehyung." Dia merasa nama tersebut pantas, hingga tanpa sadar dia tertawa terbahak. Wajah sebal Taehyung terbentuk dan membuat pahatan jelek sekaligus menggemaskan di wajah tampannya. justru hal tersebut membuat pria dengan jas coklatnya itu terpingkal senang. Sudah lama dia tak menggoda keponakannya itu bahkan sudah berapa tahun mereka dulu tak bermain bersama sejak tragedi yang tak mengenakan dialami Seokjin. Rasanya dia akan sedih jika mengingatnya dan akan lupa jika ada yang bisa mengalihkannya dan membuat dia sibuk tanpa mengingat hal itu.

Dan Yoongi sukses membuat dia menjadi sekarang, pekerja keras dan juga tak menoleh ke belakang dimana masa lalu kelam itu terjadi. Hanya saja dia juga sedih sekaligus perihatin lantaran Yoongi masih terjebak dalam delusi kesedihan dan membuatnya justru lebih buruk. Dingin dan diktator.

"Ayo pulang aku sudah lapar!" wajahnya sangat ketus hingga langkah kakinya juga ikut demikian dengan sangar Taehyung pergi, wajahnya nampak tak terima dan dia tak bisa mengalahkan saudara tuanya itu. apakah dia harus menjadi orang besar agar bisa membalas segala kejahiliannya, padahal sebelumnya hubungan mereka tak baik. Hingga pada saat itu Seokjin datang memberanikan diri untuk mengantarkan dirinya ke sekolah, sungguh kebetulan yang ajaib dan Taehyung sendiri juga ingat.

Bahkan ucapan saudaranya itu saat dia disuruh menjauh, dimana saat itu Taehyung menjadi benci dengannya dan tak bisa memberi maaf. Dia masih kecil dan jiwa labilnya justru enggan mengingat itu hingga terluka. Sadar atau tidak, dia tak pernah berkata halus atau akrab yang ada hanya nada ketus, dan itu dia lakukan jika berada di dekat Kim Seokjin. Manusia yang sama dengan marganya juga yang ditakdirkan Tuhan menjadi saudaranya walau dulu Taehyung sendiri senang dan pada akhirnya kecewa.

Masa sekarang tak mengobati rasa sakitnya. Hingga dia menemukan Jungkook yang bisa menjadi temannya di kala dia susah dan senang.

"Apa yang kau lihat huh!"

Taehyung sangat ketus dan membuat Seokjin memutar matanya malas, tak apa... baginya Taehyung hanya namja remaja yang memasuki pubertas dan perlu bimbingan jiwa sekaligus rohani. Kemungkinan gereja menjadi tempat yang tepat untuk dia membawa Taehyung menuju ketenangan. Sekaligus membuang sifat nakalnya sedikit demi sedikit, tentu saja itu permintaan sang ibu.

"Kau akan tahu, sekarang diamlah aku akan mengantarkanmu pulang." mengulas senyumnya dan menancapkan gasnya, sementara Taehyung hanya malas dan memilih bersandar nyaman dalam mobil mercedes kakaknya. Semoga dia segera pulang dan melakukan ritual luar biasanya.

Rebahan berkualitas dengan menunggu balasan temannya. Ya, kehidupan simpel tapi dinikmati bagi Taehyung seorang.

.

.

....................................................

Yoongi rasa dia melihat Jimin, tapi... ada apa dengannya? seperti menangis dengan tatapan kecewa. Dia berada di tempat yang kosong dan juga gelap hanya cahaya lampu yang berada tepat di depannya dan Jimin yang menatap kosong kearahnya.

"Jimin... kau kenapa saeng." Yoongi rasa sang adik marah padanya, hingga akhirnya dia sendiri memeluk adik kesayangannya. Ia pun menangis dan tak malu jika dianggap cengeng. Dia rindu dan semakin sesak saat Jimin tak membalas ucapannya, terlebih wajah sang adik yang tak ingin Yoongi sendiri lihat. Berfikir apa kesalahannya hingga sang adik demikian.

"Yoongi hyung kau jahat."

Itu Jimin dan ucapannya membuat Yoongi melepaskan pelukannya begitu saja. ditatapnya sang adik yang justru menjatuhkan air matanya dengan wajah dinginnya. Dia yang selama ini begitu bahagia dekat dengan sang kakak justru merasa sejengkel ini dengan kakaknya. kemungkinan dia juga tak ingin bertemu dengan Yoongi saat ini.

Yoongi ingin menghapus jejak air mata Jimin pun di tepis, sang adik tak mau disentuh atau di peluk kakaknya. Dia pun tak peduli jika pada akhirnya Yoongi akan marah atau sedih karena sikapnya.

Terdiam... memikirkan apa kesalahannya, bahkan selama ini dia sangat sayang dengan sang adik. Jadi, wajar dia merasa jika dia tak salah.

"Ada apa denganmu Jim..." wajah Yoongi berbeda jika dia berhadapan dengan sang adik, tak seperti dia berhadapan dengan Jungkook. Tatapannya menandakan rasa sayang dan juga kekhawatiran luar biasa. Berbeda dengan yang selalu ia tujukan di hadapan Jungkook yang ada selalu kebencian dan juga tatapan agar Jungkook pergi.

"Aku benci Yoongi hyung, pergilah... jangan temui aku jika kau tidak bisa menyayangi bintang." Usirnya dengan wajah yang meminta sangat dia tak ingin berhadapan dengan sang kakak seperti sekarang, dia juga sangat muak dengan sang kakak yang egois.

"Jim apa yang kau katakan?"

Rasanya hati Yoongi mendadak remuk, bahkan namja bermata sipit ini sempat mendorong dan mengguncang tubuh sang adik dengan kuat hingga Jimin merasa kakaknya bukan kakak yang dia kenal.

Sampai akhirnya....

"Hyung aku tidak ingin jadi adikmu..."

Min Jimin memutuskan hubungan dan itu mimpi buruk bagi seorang Min Yoongi yang terkatup dengan tatapan kosongnya.

"Jimin..."

Membisu tak mampu dan tak bisa bicara....

...........................

Tbc...

Sudah selesai dengan chap ini kali ini akan mengetik buat kelanjutan besok tapi aku

Akan mengatur jadwal agar bisa rapi.

Oh iya jangan sampai bosan dengan fanfic ini ya aku harap kalian tetap menunggu kelanjutannya.

Author akan berusaha agar next chap lebih cepat.

Oh ya jangan lupa jaga kesehatan ya, semoga kita berada di lindungan Tuhan. jangan lupa perbanyak ibadah dan sebentar lagi Ramadhan tiba, tetap semangat oke.

Salam cinta dari author untuk kalian...

Semangat dan salam bahagia...

Gomawo and saranghae...

28/04/2020

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro