Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 3 : Fool

'Even though you can't see me like the passing wind, my heart and i for you...'

..........................

.

.

.

(Author **** POV)

Senja...

Semburat oranye tenggelam olehnya, ketika raja siang hendak lengser dari tahtanya. Digantikan oleh sang rembulan malam sebagai ratunya nanti, hanya beberapa menit lagi maka gelap menguasai. Duduk dengan secangkir teh hangat, mengabaikan kondisi panas di tubuhnya.

Manik mata sehitam arang itu tak henti-hentinya ia tujukan di langit barat. Angin senja bukanlah tandingan bagi tubuh sakitnya, justru rasa nyaman yang ia dapat. Sedikit basah saat bibir pucat itu menyeruput secangkir teh yang ia buat dengan tangannya sendiri. tak terasa waktu menunjukan pukul 18.30. dimana malam akan tiba, dan senja akan pergi.

Min Yoongi, namja dengan mata sipitnya seakan tak peduli dengan tubuh lemasnya. Merasa bosan karena terlalu lama berbaring di atas ranjang nyamannya.

Dua hari....

Waktu yang di benci oleh Yoongi ketika sakit mendera dirinya, membuat dirinya harus merasakan pahitnya obat dan juga tidak enaknya makanan saat lidah menyentuhnya. Selera makannya menguap begitu saja, bahkan raja tidur sepertinya juga merasa bosan jika tertidur dalam keadaan sakit. Terlebih sakit kepala lebih mendominasi dirinya.

Setidaknya, beberapa obat telah ia konsumsi. Memberikan efek lumayan baginya, walau suhu hangat di tubuhnya belum sepenuhnya turun.

"Jimin..." terucap lirih, mata terpejam menahan kerinduan. Senja yang begitu mendrama dirinya, dan senja yang disukai oleh dongsaeng kesayangannya.

"Bogoshipo saeng..." terdengar menyedihkan saat namja dingin itu mengucapkannya. Wajah dingin dan datar itu mampu menyembunyikan raut sendunya, tapi tidak dengan manik netra berkacanya.

Rindu yang besar dan menggembu. Membawa perasaan yang tidak baik untuk hatinya. sudah lama kepergian Jimin sang adik, meninggalkan segala kenangan masa kecil yang tertulis indah dan rapi. Seperti tinta yang menulis di atas buku diary.

Perjalan hidup Yoongi di masa lampau, terlalu banyak ia habiskan bersama dengan sang adik. Tak ada yang mampu mengalihkan rasa sayang dan cinta terhadap sang adik, terlebih lagi Tuhan telah mengutus sang adik ke dalam rahim sang ibu. Membuat Jimin lahir seminggu setelah ulang tahunnya, bagaikan kado ulang tahun yang sedikit terlewat. Tapi tak apa, bagi Yoongi di masa kecilnya.

.

"Eomma, benalkah ini adik Yoongi?"

"Benar sayang ini adikmu, ucapkan hallo pada adikmu yang manis..."

"Hallo saeng, aku Yoongi... aku akan jadi hyungmu."

"Anak pintar."

"Eomma, dia sedikit sipit. Pipinya sepelti donat yang mengembung."

"Kkkkk... lihatlah sayang, bukankah kakakmu sangat jahil padamu hem?"

.

Tersenyum...

Terlalu indah untuk dikenang...

Terlalu menyakitkan untuk dilupakan....

Akankah kisah itu mampu Yoongi hapus dalam ingatannya?

.

"Eomma, Yoongi ingin gendong saeng. Ppali eomma... ppali..."

"Besok ya sayang, jika kau sudah sedikit besar kau boleh menggendong adikmu."

"Kenapa eomma, Yoongi ingin gendong dongsaeng. Kumohon eomma..."

"Yoongi dengarkan kata eommamu, ini demi kebaikanmu dan Jimin, Yoongi."

"Uhhhh... semua olang dewasa sama saja. Padahal Yoongi ingin bawa dongsaeng jalan-jalan."

"Ne, kau bisa mengajaknya jika kau sudah tumbuh besar."

"Yoongi ingin cepat besar! Supaya bisa bawa Jimin jalan-jalan dan kenalan sama teman-teman."

,

Ucapan bocah yang begitu naif.

Namun, sangat manis saat diingat....

Kapan masa itu akan terulang olehnya?

.

"Hyung, jangan lari-lari. Aku... astaga lelahnya."

"Hei bantet, jika kau malas-malasan kau akan telat. Kenapa aku yang justru lari, padahal kau yang bangun kesiangan."

"Aku heran sama hyung, karena tingkah anehmu."

"Maksutmu?"

"Maksutku, kau namja dingin dengan segala kekonyolan yang haqiqi."

"Sekali lagi kau mengejekku aku akan memotong uang sakumu Jimin!"

"Silahkan saja, aku akan minta sama Appa."

.

Dulu tawa itu ada, masih tersimpan rapi di dalam memori.

Hanya senyuman di bibir pucatnya yang menjadi perwakilan semua perasaannya. Bukan hanya itu saja, bagaimana sifat jahil dirinya, membuat inagtan di otaknya semakin kuat. Dan Yoongi menyukainya.

Tapi masih ada sendu di hatinya...

Rapuh, dan semakin rapuh dari waktu ke waktu.

"Jimin..."

Melekat secara loyalitas di hatinya. rasa sayang dan cinta yang tulus dari seorang kakak menjadi buktinya. Brothership akan menjadi prinsip hidupnya, setiap nafasnya, detak jantungnya, pijakan kakinya dan juga untuknuya. Bukan yang lain.

Bisakah sesak di hati itu hilang?

Tes...

hanya sebuah mitos jika rindu itu hilang.

Diambilnya sebuah pigura foto dalam dekapannya, menatap teduh senyuman sang adik yang membawa piala olimpiadenya. Seragam SMA masih melekat di tubuhnya, meski hanya gambar. Tapi mampu membawa ingatan Yoongi terjun ke dalamnya. Seperti angin yang berhembus tepat pukul 18.00 malam. Ternyata waktu berjalan cepat, ternyata waktu tak terasa kala terlalu sibuk dengan rasa rindunya. Dan ternyata, Min Yoongi tak mampu melupakan kenangan dan sang adik dalam dirinya.

Tak bisa...

Tak bisa...

Dan selamanya akan begitu...

"Kenapa kau tega meninggalkanku, saeng. kau membuat hyungmu merasa sakit tak berdarah. Bisakah kau menemui hyung, walau hanya mimpi. Terakhir kau datang dalam mimpi, dan memintaku untuk mengikhlaskanmu. Aku mencoba tapi-"

Terdiam...

Menatap sendu foto sang adik dalam pandangannya.

"Aku tidak bisa siapapun menggantikan posisimu Jim. Kau terlalu berharag untuk digantikan, kau dongsaengku dan aku hyungmu. Tak ada orang lain yang bisa menggantikan posisimu. Tidak ada Jim..."

Tes..

"Aku tersiksa dengan takdir ini, sudah lama kau pergi dan aku ingin menyusulmu. Tapi Tuhan, dia masih menyayangimu, dan belum menyayangiku. Karena aku belum di beri kesempatan menemuimu."

Tes...

"Saeng... rindukah kau padaku. apa aku hanya rindu sendirian?"

Mencoba bangun dari mimpi, tapi tidak bisa.

"Aku membenci dia Jim. Aku membencinya... berharap dia enyah. Aku tak akan ikhlas dia menjadi sisimu. Dongsaengku."

Sadarkah dia dengan ucapannya. Tanpa tahu jika ada seseorang yang mendengarnya. Meremat dada yang terasa sakit dan nyeri, tanpa ada suara rintihan dari bibirnya. Menggigit bibir bawahanya sebagai pelampiasan rasa sakitnya.

Apakah ini rasa sakit karena ditolak?

"Jeon Jungkook bukanlah Min Jimin, Jeon Jungkook hanya orang asing, dan bukan dongsaeng Min Yoongi. Dia hanyalah anak buangan. Anak yatim piatu, dan anak haram yang tak diinginkan dia hanyalah sebuah, benalu..."

PRANG!!

Yoongi tercekat, suara benda jatuh memainkan gendang telinganya. Membuat dirinya menoleh dengan cepat, saat dilihat samar-samar dalam kamar yang sedikit gelap lantaran lampu belum ia nyalakan. Ada tatapan sendu yang terlihat di manik matanya. ditatapnya sebuah mangkuk sup yang tercecer sia-sia. Membuat sedikit luka memerah di kaki pembawanya.

Tapi apa peduli Yoongi, sepertinya dia benar-benar tak peduli akan hal itu.

"Siapa yang menyuruhmu masuk, sialan!" sarkatik. Hal pertama yang sudah menjadi ucapan biasa bagi Jungkook.

"A-aaku, a-aku..." tergagap, namun menangis. terlalu menyakitkan saat kata-kata Yoongi beberapa detik yang lalu terngiang di kepalanya.

"Dasar benalu! Kau semakin membuatku muak. Jangan masuk sembarangan, apa hakmu?! Apa kau ingin mencari perhatianku Jeon?!!" meninggikan volume, melangkahkan kakinya. Tatapan tajam yang begitu menyeramkan, membuat Jungkook mati kutu.

"Hyung, sungguh a-aku minta maaf. Aku memasakan sup untukmu, a-aku khawatir kau kelaparan Yoongi hyung." tergagap, apalagi tubuh itu bergetar takut. Melangkah mundur secara perlahan, mencoba menghindari tatapan intimidasi dari namja sipit di depannya.

"Jangan pernah memanggilku dengan sebutan hyung anak jalang!" ucapnya.

Menyakitkan bukan? Bagaikan samurai yang mengiris tepat di hati dan jantung. Luka tak berdarah, dan itu sangat menyakitkan karena tak ada obat yang menyembuhkannya.

"A-aku bukan anak jalang!" balasnya. Sedikit kesal saat kata-kata itu menohok hatinya.

"OH BENARKAH LALU KENAPA KAU DIBUANG DI PANTI HAH?! KAU PASTI ANAK PELACUR YANG TAK DIINGINKAN BUKAN?! KENAPA KAU MASUK DALAM KEHIDUPANKU HAH?!!" terucap sadis. Meninggikan volume suaranya. Kemungkinan beberapa tetangga mendengarnya, tapi apa peduli Yoongi? Yang jelas dia hanya ingin mengutarakan semua emosinya.

"AKU BUKAN ANAK PELACUR, DAN AKU BUKAN ANAK JALANG, HYUNG!!" Berteriak keras. Sangat keras, seakan membalas ucapan keras sang kakak.

"Aku tidak peduli, yang jelas kau benalu!" tanpa rasa bersalah Yoongi menubruk jidat Jungkook dengan telunjuk tangannya. Tentu saja Jungkook hanya mampu menundukan kepalanya.

Sadis memang, apalagi kata itu terucap dengan nyata.

"Kau tidak lebih baik dari Jimin!"

Lagi dan lagi. Jari telunjuk itu mendorong jidat Jungkook, sadis memang.

Sadarkah kau Yoongi, jika sikapmu menyakiti namja di depanmu.

"Enyahlah Jeon!"

Tap..

Tap..

Tap..

Berjalan, mengikis jarak antara dirinya dengan namja yang dianggap benalu. Melupakan fakta bahwa ada luka di hati yang sudah menganga lebar.

Tak lama tangan itu terulur, getaran jemarinya. Sedikit membungkuk, mengambil sesuatu yang terjatuh di bawahnya. Suatu benda yang dekat dengan sendok terbaring tak berdaya.

.

Hingga pada akhirnya...

Ada senyuman getir dari namja dengan gigi kelincinya.

"Katakan!!!"

"......"

"Katakan apa yang salah dariku!!!!"

Tes..

Tes...

Tetesan air mata jatuh, membuat kelopak darinya terlihat sembab. Sudah cukup baginya untuk menangis, sudah cukup untuk dirinya menenteskan air mata yang tak berguna.

"KATAKAN PADAKU BRENGSEK, APA KESALAHANKU!!!!"

Meski serak....

Meski sembab tapi nyatanya nada suaranya mampu membuat seseorang yang hendak melangkahkan kakinya berhenti. Tetapi, tak ada sedikitpun kepedulian dan lirikan untuknya.

"Karenamu aku terluka dan karenamu aku bertahan. Sudah cukupkah egomu padaku? Padahal ku sudah kenyang dengan sikapmu. Segala sikap egois dan dinginmu yang tak menghargai keberadaanku. Jujur aku menyesal telah bahagia menjadi saudaramu."

Bisakah dia berhenti menangis...

Bisakah dia berhenti untuk merasakan rasa sakit ini....

Nyatanya, dirinya pun tak mampu....

"Apa kau ingin aku mati..."

Tes...

Tes...

air mata itu terjatuh, senyuman tipis itu terukir di wajah tampannya. bahkan kelopak sembabnya terlihat begitu jelas, tetapi dia... tak menoleh atau pun hanya untuk menengok.

"Lakukanlah, aku tahu itu sia-sia..."

Hanya itu...

Sebuah balasan kecil namun menyakitkan bagi hatinya. tak dapat dipungkiri memang bagaimana sulitnya dia. Hingga air pun sangat sulit dan membutuhkan waktu lama untuk meluruhkannya.

"Hyung...."

Tersenyum...

.

.

.

Sebuah pisau tajam telah menempel di pergelangannya. Terlihat begitu mengkilap saat mengenai lampu rumah dengan ukuran sebesar itu. tapi tetap saja tidak ada kata bahagia dalam diri seorang namja berusia sembilan belas tahun itu.

"Kau bukan dongseangku Jungkook, kau tidak akan bisa menggantikan jimin di dalam posisinya."

Begitu menyayat tapi apa daya fakta tak bisa dielak, membuat Jungkook sadar apa dan siapa posisinya. Meski begitu ia masih menganggap Min Yoongi sebagai panutannya.

"Ya, sebentar lagi tidak akan ada yang bisa menggantikannya. Bahkan diriku tak mampu. Terima kasih untuk segalanya, aku minta maaf pada eommamu, karena gagal berada disamping anaknya. Hyung terima kasih, karena eommamu juga aku bisa merasakan apa itu kasih sayang eomma, dan bagaimana punya seorang saudara. Aku..."

Tes...

Tes...

.

Cairan kental itu menetes, memberi warna merah pada lantai berwarna putih itu. bagaikan tinta merah yang menodai sebuah kertas putih miliknya...

Rasa sakit...

Perih...

Kesedihan...

Dan sesak....

Menyatu menjadi satu...

Bahkan meninggalkan bekas luka yang begitu dalam... tapi apakah bekas luka itu sedalam rasa sakit dan luka dihatinya? Mengingat bahwa... tidak ada yang namanya kesempatan baginya.

Hingga......

"Dan aku tidak bisa menjadi seperti adikmu, Yoongi hyung..."

Tersenyum dengan air mata... merasakan perih yang teramat di pergelangan tangannya....

Sakit...

Sakit...

Dan sakit....

Tes...

"Saranghae hyung, gomawo untuk semuanya...."

Lalu semuanya gelap...

.........................................

Tbc...

Hai semua author come back di bulan desember ini, dengan chapter tiga. Semoga kalian suka dengan jalan ceritanya, btw adakah yang menantikan kedatangan kelanjutan ff ini? semoga kalian tidak bosan dengan apa yang aku tulis ini.

Aku tahu kalau chap ini kurang baper, maafkan aku jika hasilnya kurang maksimal. Otakku lagi rendet soalnya, hehehe.

Jangan lupa vommentnya guys, biar makin semangat nulisnya.

Salam cinta untuk kalian...

Gomawo and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro