Part 22 : Butterfly
" Sangat mudah saat orang berbuat jahat, tapi terlalu sulit menjadi orang baik disaat orang berubah jahat. Terkadang... Aku takut akan tidak bertahan, mencoba. Tapi selalu saja gagal... Apa aku harus menyerah?"
.
.
.
.
(Yoongi ***** POV)
Berpijak disini merupakan hal yang pertama bagiku. Aku tak tahu ini dimana, bagaikan fatamorgana ruang dan waktu. Aku mengedari seluruh pandanganku, yang kulihat hanyalah Padang ilalang dengan aku diantaranya.
Melindungi wajahku dari terpaan angin yang datang mendadak.
Apakah aku sendirian?
Berpikir inilah hanya bunga tidurku semata yang akan hilang ketika aku bangun. Aku masih memakai jas dan baju yang seharian ini aku pakai, itulah mengapa aku berpikir bahwa aku bermimpi.
Mungkin berjalan sebentar akan membuatku tahu tempat apa ini, bisa saja aku menemukan jalan pulang. Dengan pandangan hati-hati takut jika ada binatang liar di sini. Tapi, sepertinya ini bukanlah alam liar Amazon yang sering aku baca di ilmu pengetahuan. Ah, terlalu lucu jika aku berada disini.
Berpikir terus kalau aku akan menemukan macan kumbang. Oke, aku bodoh dan ini semua karena Jungkook. Kemungkinan besar bodohnya menulariku dan aku tidak mau menjadi bego seperti dia.
"Yoongi hyung."
Ada yang memanggilku, aku tersentak saat aku mendengar suaranya. Apakah aku benar-benar bermimpi? Tak mungkin aku bertemu dengan dia bukan? Karena aku lihat Jimin, dia...
"Yoongi Hyung..."
Aku membalikan badanku, aku mendengarnya dengan sangat jelas. Bagaimana cara dia memanggilku menjadi hafalan yang membuat aku merasa rindu.
"Jimin..." Panggilku, aku merasa terkejut.
(Author ***** POV)
Mata berbinar dengan semburat kerinduan yang majemuk. Kebahagiaan itu muncul seiring nafas yang ia tarik dalam. Yoongi yang kini berdiri disana memaksakan kakinya bergerak. Mendekat.... menipiskan jarak dirinya dengan sang adik. Alangkah bahagianya dia yang saat ini bisa melihat kedatangan sang adik.
Tak terasa jarak diantara dua kakak beradik itu menipis, dia berdiri di tengah padang ilalang. Luas nan cantik, sepertinya Jimin tinggal disini.
"Jimin, aku merindukanmu hikkkss... hikksss... Jimin, dongsaengku."
Yoongi memeluk adiknya saat ini, adiknya yang pucat dan adiknya yang tak tersenyum bahagia. bahkan dia melihat Jimin yang....
Terakhir kali meninggal dunia...
Halusinasi tapi terasa nyata, bunga tidur yang indah ataukah buruk? Hanya saja Yoongi terlampau bahagia bertemu adiknya. Tak sadar jika...
Dunia disekitarnya berubah, perlahan ilalang itu menghilang.
.
.
.
Tubuh itu terbaring tak sadarkan diri dalam beberapa menit saja, pandangan orang yang lalu lalang kini tak lagi acuh seperti yang terlihat. Satu dua orang mencoba melewatinya tanpa menoleh sedikitpun, menganggap tubuh itu adalah gelandangan yang terlunta adalah pikiran yang nampak di mata mereka. Akan tetapi, bagaimana seorang gelandangan bisa memakai baju yang masih bagus meski kotor dan sepasang sepatu ket yang terlihat mahal? Sementara disana juga ada pria dengan jas kantor juga nampak tampan meski kucal terlelap disana.
Benarkah mereka berdua gelandangan? Mereka seperti seseorang yang tersesat. Sebatas penasaran semata itu berubah menjadi penasaran yang sangat besar, salah seorang namja dengan gadis kecil yang ia gandeng mendekati mereka. Termasuk tubuh yang tersungkur miring berhadapan dengan kaki namja yang terlelap.
"Oppa, apakah mereka mati?" seorang gadis bersembunyi di kaki kakaknya dengan tatapan takut, pertanyaannya begitu polos juga mengejutkan secara bersamaan. Dirasa sang adik yang merasa tak nyaman membuat namja dengan paras tampannya itu mengusap pelan rambut hitam adiknya.
"Hobi oppa, jangan dekati mereka. Bagaimana kalau mereka bangun dan menyerangmu." Ketakutan si kecil terasa, begitu juga manik mata untuk meminta pada sang kakak agar tak mendekat ke arah mereka.
Sang kakak menggeleng dengan kekehannya. Ia merasa jika sang adik terlalu banyak melihat film yang diputar oleh ayahnya sampai akhirnya adik kecilnya berpikir aneh. Tak masalah, dia masih kecil dan cukup memakluminya.
"Ssssstttt... jangan berkata seperti itu, mungkin mereka sedang tertidur. Oppa, kasihan padanya karena dia tidur disini." serunya dengan senyum tipis menenangkan adik kesayangannya. Sae Rin mengangguk kecil, bahkan bando kelincinya ikut terayun karena tingkahnya. Masih sama dengan memeluk kaki sang kakak yang kini mendekati tubuh Jungkook.
Kini namja dengan seragam sekolahnya itu berjongkok, melihat sekitar bagaimana keadaan keduanya. Kedua bola matanya begitu teliti, hingga ia melihat bagaimana bibir tipis Yoongi disana bergerak. Gerakan pelan Yoongi yang sedang bersahutan dengan bunga tidurnya. Ia pikir jika seseorang disana memang tertidur dengan posisi yang menurutnya nyaman hingga terlihat pulas seperti itu. Merasa aneh dengan keadaan namja di bawahnya membuat ia sedikit memeriksa.
"Hei dude, apakah kau tertidur? bangunlah, kau akan sakit jika tidur seperti itu." mengguncang tubuh itu sedikit keras agar yang dibangunkan segera sadar. Namun tak ada tanda untuk membuka kelopak matanya, yang ada wajah pucat Jungkook yang kini mengkerut dan juga berkeringat di sekitar wajahnya.
"Apakah dia demam?"
Tangan itu bergerak pelan, menyentuh kening dan juga pipi manusia di depannya. cukup mengejutkan hingga kedua bola matanya membulat, saat ia merasakan suhu panas di kulitnya. ini gawat, lantaran hal ini tidak boleh dibiarkan atau nyawanya melayang.
"Astaga, panas sekali. hei dude, apakah kau bisa bangun?"
Jung Hoseok, nama yang tertera diseragamnya. Segera bergerak mengangkat tubuh lemas itu, menepuk pelan kedua pipinya agar sadar dan bisa menolongnya. Cukup susah memang karena ternyata tubuh itu terlalu berat walau ia hanya angkat setengahnya. Hoseok panik sendiri lantaran ia menemukan seseorang yang tengah sakit, ditambah sang adik yang memanggilnya lirih karena takut dan penasaran. Ah, adik kecilnya ketakutan dan ia sendiri pun berusaha tersenyum menenangkan. Sementara itu ada seseorang yang sedikit terganggu dengan tidurnya.
.
" Jimin kenapa kau meninggalkanku, Min Jimin kenapa kau malah diam dan tak menjawabku, hei saeng...." Yoongi berlari mengejar sang adik, dirinya sedikit kehilangannya di antara pohon menjulang di tengah hutan. Yoongi tak mengerti kenapa dia bisa menyasar sampai di sini. Ia tak menggubris dan memilih memanggil Jimin yang mencoba menjauhinya.
" Jimin! apakah kau tidak merindukanku? Kenapa kau acuh seperti itu?" Yoongi terus mengejar, nafasnya juga sedikit tersenggal. Dia berhenti tepat di tengah hutan yang semakin gelap dalam pandangannya. Sementara punggung sang adik yang ia lihat tak terlihat lagi. Mengedarkan pandangan mencari jalan keluar sekaligus keberadaan sang adik, ia berdiri di tengah hutan tepat sebuah lubang tersisa terdapat cahaya matahari.
Yoongi kehilangan sang adik dan dia tersesat.
"Hahhhh.... haaahhhh... kenapa kau lari dariku saeng. Apakah aku membuat kesalahan terhadapmu?" ucap Yoongi dengan seribu pertanyaan dalam otaknya. Ia membungkuk sebentar sembari berpegangan pada dua lututnya. Ia kelelahan dan tiba-tiba saja menjadi haus, terleih suara angin hutan terdengar seolah menyambut kedatangannya disini.
Aneh...
"Yoongi hyung..." panggil seseorang, membuat Yoongi langsung bangkit dan melihat sekitar. Dimana ia mendengar suara Jimin tadi membuat dirinya segera melangkah maju dengan lari kecilnya.
"Jimin, kaukah itu... Jimin." Yoongi berteriak sedikit keras, suara beratnya bisa mengimbangi nafasnya yang tersenggal. Ada ketakutan di hati Yoongi saat mendengar suara itu. ia mengingat bagaimana Jimin yang nampak seperti ketakutan dan pilu, suara ini membuat dirinya berusaha untuk menemukan adiknya.
"Yoongi hyung."
Lagi-lagi dan lagi, membuat Yoongi semakin kalut akan suara itu. Ia terus berlari sampai membiak semak di depannya, menyingkirkan ranting pohon yang mengenainya dan menerima sayatan duri yang menyenggol pipinya. Membuat ia mengaduh sakit dan menyentuh luka gores itu, rasanya perih dan meninggalkan noda darah. Terasa nyata dan basah, tapi ia tak peduli. Yang ia lakukan adalah....
Menemui adiknya dan tak akan melepaskannya lagi.
"Jimin...."
Saat itulah Yoongi bisa melihat cahaya, langkah kakinya seakan mengangkat melayang dia yang berlari dan melompat kecil. Dan saat penglihatannya semakin jelas, saat itulah ia merasakan kejanggalan. Pohon yang ia lihat tadi kenapa berubah menjadi tebing tinggi dan besar, sementara ia merasa tak mendapatkan pijakan setelah lompatan kecil pada kedua kakinya.
"Aku membencimu..." ucapan Jimin terasa begitu nyata, menyayat hati dan membuat ulu itu tertusuk duri. Jimin mengatakannya entah dimana dan didengar Yoongi membuat sang kakak tersentak. Kata singkat bagaikan mantra terlarang yang menurut Yoongi adalah sebuah ledakan bom waktu kekecewaan mendalam milik adiknya. ini salah dan ini keliru...
Menggelengkan kepala, menolak kata mentah sang adik. demi keegoisannya, Yoongi dia...
Mendadak turun dengan cepat, jatuh dari atas tebing tanpa ada tanah yang ia pijak. Tak lagi melayang dan turun ditarik oleh gravitasi tanah. Disaksikan secara nyata dengan mata sipitnya, melihat sekilas bagaimana Jimin berdiri di sisi sana. Dengan wajah sendu dan pucatnya, tak ada senyum dan justru menyaksikan dirinya yang notabene sang kakak ditarik ke bawah.
"Jimin..." bergumam dengan pelan, menutup matanya perlahan. Yoongi dengan kemantapan hati dan juga tubuh pasrahnya. Jatuh dan membiarkan semua ini terjadi, tanpa ada teriakan ketakutan seperti orang lain biasa lakukan. Mati... satu hal yang terlintas dalam pikiran Yoongi, dan itu bisa terjadi padanya saat ini.
Mungkin ini jalan terbaik agar dia bisa bersama sang adik.
"Namaku Jeon Jungkook, senang berkenalan denganmu..." terdengar secara samar suara seseorang yang memperkenalkan dirinya. Bayangan tubuh yang membungkuk dengan senyum manis dan gigi kelincinya. Mengesalkan saat Yoongi mengingatnya...
"Menyebalkan..." gumamnya pelan, sembari memejamkan mata. Dan membiarkan batu tebing di bawah menyakiti tubuhnya. Meski ia menolak mengingat itu, hanya saja...
"Hyung, tolong aku..."
Suara Jungkook yang semakin melemah dan meminta pertolongannya.
BRUUUUKKKKKK!!!
Disusul suara benda jatuh dari ketinggian yang luar biasa, tubuh yang serasa mati rasa dan mata sedikit terpejam meski ada titik semburat matahari menyinari wajahnya.
"Tolong ak-aku hyung..."
Terdengar samar, Yoongi membuka kelopaknya pelan. Tubuhnya tak bisa bergerak dan dirinya hanya bisa memandang langit dengan penglihatan buramnya. Diam dan diam, berusaha tak menggubrisnya. Hanya saja...
"Hikkkkssss... tolong aku..." suara Jungkook terdengar pilu dengan tangisan menyesakkannya. Membuat Yoongi,
"Dasar bego."
Menutup matanya pelan....
.
.
Mata itu terbuka, wajah yang nampak tegang itu terlihat jelas di wajah tampannya. dia yang samar-samar mendengar bagaimana seseorang berteriak entah karena apa. Kepala yang awalnya bersandar pada tiang terangkat pelan. Yoongi rupanya sudah bangun dari tidur lelapnya, dan disuguhi beberapa orang yang berkerumunan akan sesuatu.
"Aigu, kasihan sekali dia. Apakah ada yang sudah memanggil ambulance?"
"Ck! Kenapa dia dibiarkan begitu saja, kasihan sekali dia."
"Apakah dia bersama orang yang tertidur itu, sungguh mengesalkan karena ia tak bangun dan melihat temannya pingsan seperti ini."
"Badannya sangat panas, dan wajahnya terlihat pucat. Astaga, dia bisa bahaya jika seperti ini."
Banyak orang yang membuat komentar disana tanpa ada niat untuk bergerak dan bertindak. Menyaksikan seseorang yang berusaha membangunkan tubuh lemas itu, dan memberikan sedikit demi sedikit air mineral pada bocah kelinci yang setengah sadar itu.
Jungkook sangat kehausan dan tubuhnya membutuhkan cairan.
"Minggir kalian!" umpat Yoongi yang membuka jalan untuk dirinya, menyingkirkan kumpulan manusia yang melihat dirinya tak suka dan mencibir berbisik.
"Syukurlah kau bangun, tolonglah temanmu ini. dia sedang sakit, bawalah ke dokter. Diujung sana ada klinik yang tak jauh kau bisa membawanya kesana." Tunjuk Hoseok dengan jemarinya, ia semakin khawatir dengan keadaan Jungkook yang seperti sekarang dengan masih membiarkan kepalanya tidur diatas pahanya.
Yoongi tak mengindahkan ucapan manusia di depannya, ia hanya berdiri acuh tegak dan melihat wajah Jungkook yang pucat. Kedua mata Jungkook sangat sayu, tangannya bergerak pelan dengan jemari yang terangkat kelimanya. Wajahnya terlihat sangat pucat melebihi kulit putih pucat milik Yoongi dan dia sendiripun merasa tubuhnya tak ada daya sama sekali. meski ia sudah meminum beberapa teguk air dari orang yang menolongnya kini.
"Yoo-Yoongi hyunghh..." ucapnya dengan nafas berat, tubuh yang semakin lemas dan hangat. Kepalanya mendadak pusing dan itu membuat Jungkook tak tahan sakitnya, suaranya sulit keluar dan dia susah untuk mengeluh walau ia ingin agar rasa sakitnya lega. Yoongi masih sama, berdiri disana dengan tatapan datarnya.
"Kenapa kau diam saja, lihatlah dia memanggilmu. Kau kakaknya bukan? Dia bisa mati disini, bawalah dia ke klinik." Hoseok sedikit terheran dengan reaksi cuek seseorang di depannya. merasa muak dan juga jengkel saat melihat Yoongi yang tak ada niat merespon Jungkook disana. berpikir jika manusia di depannya seperti patung dan tak berperasaan.
"Yoongi hyung, tolong..." Jungkook berusaha memanggil sang kakak, tangannya bergetar dan dia semakin pucat. Mengabaikan penolakan Yoongi yang bisa saja diterima olehnya, membuat beberapa orang disana menggelengkan kepalanya. Emosi melihat respon namja sipit itu dengan tatapan kesal.
"Cepatlah bantu dia, adikmu membutuhkanmu dasar bodoh!!" umpat seorang wanita dengan kipas ditangannya. Wajah geram dan gemas sendiri, ia seperti melihat sebuah drama yang ia sekarang lagi sedang ditayangkan. Bolehkah ia menjitak kepalanya dan menampol muka songong namja tersebut. jika boleh, dengan senang hati ia melakukannya.
"ASTAGA KAU INI KENAPA?! JANGAN DIAM BODOH!" Seorang bapak-bapak menghampirinya dan mendorong bahu Yoongi, memakinya sedikit agar dia sadar meski wajah itu masih saja datar.
Sampai akhirnya Hoseok meletakan tas miliknya, membiarkan tas itu menjadi bantal. Ia menyuruh sang adik agar memberikan air pada Jungkook pada mulutnya, dengan menurut gadis kecil itu mengangguk. Berjongkok di sebelahnya dan dengan tangan mungilnya memberikan sedikit demi sedikit air di sela bibir lemah tersebut.
"Hyung macam apa kau, membiarkan adiknya terbaring lemah dan kau hanya diam saat dia meminta tolong padamu, hah!" wajah itu terlihat emosi, ia bahkan mendorong bahu Yoongi dengan santai dan sedikit keras. Membuat Yoongi melirik sebentar, dan menatap tajam ke arah Hoseok setelahnya.
"Kau bukan manusia." Ejeknya dengan wajah tersenyum meremehkan, mendadak suasana menjadi tegang dan beberapa orang sedikit takut sekaligus aneh karenanya. Apakah akan terjadi sesuatu yang buruk? Sementara Jungkook sedikit khawatir dengan kedua orang disana. Dalam setengah sadarnya Jungkook menggeleng pelan, ia meminta agar orang itu tidak memancing emosi sang kakak. Bagaimanapun, Yoongi dia...
"Kumohon jangan..."
Lirihnya, dan Jungkook meneteskan air matanya. merasa kepalanya semakin berdenyut dan sakit. Ingin rasanya ia bangun dan menenangkan sang kakak.
Atau dia akan melihat Yoongi yang dulu lagi....
.
.
.
...........................
mobil itu berhenti disebuah persimpangan jalan, wajah si pengemudi itu terlihat putus asa dan kebingungan. Ditemani sang adik yang juga sama bingungnya, mereka baru saja memutari sekitar. Mereka adalah Shi Hye dan Shi Ah.
"Kita tak menemukan mereka, kemanakah mereka berada?" sang adik menggigit ujung kukunya, ia baru saja menelfon Seokjin. Semakin khawatir karena ternyata sahabat keponakannya itu belum ditemukan. Merasa bersalah, membuat Seokjin turut andil dalam pencarian ini.
"Aku yakin mereka berada dikota eon." Ucapnya menenangkan dengan mengusap pundak sang kakak. Menggigit bibir bawahnya dengan gugup, apalagi wajah sang kakak terlihat sembab. Sempat menangis saat mereka mengecek pada sebuah restaurant di dekat sini. Apalagi ini sudah malam dan cuaca semakin dingin tak baik untuk Jungkook maupun Yoongi di luar sini.
"Dimana Seokjin apakah ia sudah menemukan mereka?"
"Dia akan kesini, dia sudah mengitari arah barat dan belum menemukan mereka. Aku menyuruhnya disini agar dia bisa membantu kita. Ini tempat terakhir kita mencari disini."
Shi Ah, mengecek ponselnya ia membaca pesan sahabat keponakannya yang mengatakan jika beberapa menit lagi dia akan sampai di tempat mereka menunggu. Melihat sekitar dengan beberapa kendaraan yang lewat.
"Astaga, aku sangat jahat pada anak-anakku. Aku sampai tak bisa berpikir waras lagi Shi Ah, aku sangat khawatir dengan mereka." Mengusap wajahnya sedikit kasar, rambut sang kakak berantakan dan tak ada niat untuk membenarkannya. Penampilan bukanlah segalanya, ia ingin menemukan anaknya dan kapok sudah membuat mereka seperti ini.
Kedua kakak beradik ini berpikir bahwa apa yang mereka rencanakan berjalan lancar, rupanya ini terlalu lancar dan semakin runyam. Jujur saja mereka menyesal dengan hal ini, begitu juga dengan Seokjin. Disana ia juga merasa kalut sendiri dengan menyetir mobilnya, dirinya merasa malu bertatap langsung dengan Yoongi jika teman sekaligus bosnya itu tahu.
Mungkin saja Yoongi akan mendepaknya dari status karyawan dan sahabat.
Sudah beberapa menit Seokjin berjalan di tempat tujuan, ia menoleh ke samping saat menemukan mobil milik bos besarnya berada disana. Ia menghidupkan lampu belok mobilnya, menoleh ke belakang dan dengan hati-hati membelokkan mobilnya. Shi Ah juga melihat mobil putih itu mendekat ke arah mereka, mungkin itu mobil Seokjin pikirnya kemudian. Dan benar saja, namja tampan itu langsung keluar dan melambaikan tangannya kearah mereka berdua.
Dibalas oleh Shi Ah yang keluar dan memanggil namanya untuk segera menyusul mereka. Berlari kecil mendekat dan menyebrang kesana. Kini ketiganya sudah berkumpul dan berada disisi mobil milik ibu Yoongi.
"Nyonya, maafkan saya ini semua gara-gara saya." Hormat Seokjin dengan wajah penuh sesalnya, dia membungkukan badannya tepat di depan bosnya. Mendapat hal seperti itu membuat ibu Yoongi merasa sedikit tak enak hati. Ini bukan sepenuhnya kesalahan Seokjin dia yang meminta dan namja di depannya hanya menjalankan tugasnya. Tak wajar bila semua kesalahan dilimpahkan kepadanya sementara rencana dan ide dia yang menyuruhnya. Ia hanya belajar menjadi bos baik.
"Seokjin taukah kau, dimana tempat Yoongi selalu pergi jika dia merasa bingung atau pusing? Mungkin kau tahu sesuatu, bisa saja Yoongi tersesat dan dia mencari tempat yang menurutnya bisa menolongnya." Tanya Shi Ah dengan wajah penasarannya, cukup pintar memang karena dia memiliki pemikiran seperti itu. pantas, jika dia dulunya menjadi orang kepercayaan seorang kolega teman ayahnya.
Pertanyaan tersebut juga mengejutkan sang kakak, lantaran ia juga tak berpikir akan hal demikian. mungkin karena dia sudah kalut dan fokus untuk mencari keberadaan Yoongi dan Jungkook yang nyatanya belum membuahkan hasil.
"Yoongi sangat sulit ditebak, aku sudah lama berteman dengannya saja masih sering memahaminya. Dia suka menyendiri jika ada masalah dan soal tersesat menurutku dia akan mencari tempat dimana setiap orang bisa melihatnya." Seokjin mengangkat dagunya, kedua matanya terpejam mengingat sesuatu yang tersembunyi.
"Bagaimana kalau mereka berdua di halte!" ucap sang ibu langsung yang berhasil mengejutkan mereka berdua yang sedang berpikir.
"Kenapa kau berpikir mereka disana?"
"Apakah kau tidak sadar Shi Ah? Kita sudah memutari hampir seluruh restoran dan pinggir toko. Yoongi tidak bodoh dan dia selalu menggunakan rasionalnya, jikapun dia tersesat dia pasti akan ada di halte. Dia bisa menunggu bus ataupun mendapatkan bantuan disana, banyak orang yang lalu lalang di sekitarnya dan tempat yang bisa menjadikan patokan."
Sang ibu menerawang, dia sangat hafal bagaimana sifat sang anak. jelas betul dulu saat Yoongi tersesat dari genggamannya ketika menghadiri sebuah festival, sang anak menangis dan berjongkok di sebuah halte. Saat itu orang-orang mengerubunginya dan menanyakan apa yang terjadi, yang ada Yoongi kecil hanya menangis dan memanggil ibunya. syukurlah waktu itu ada polisi yang sedang bertugas, dan digendongnya Yoongi yang terpisah dari ibunya. Di bawa ke pusat pos dan memberikan sebuah pengumuman melalui microphone suara.
Kemungkinan besar Yoongi juga berada di halte sekitar sini. Merasa yakin jika sang anak tak jauh darinya, nalurinya cukup kuat. terlebih sejak awal pencaharian mereka kedua matanya sudah meneliti masing-masing halte, dan tak ada siapapun disana. Tinggal disini, di daerah yang mereka pijaki ini.
"Eonni, tapi-"
"Sudah jangan berisik, Seokjin kau ikut denganku. Kedua mata kalian harus awas, jika tidak kau akan melihat diriku yang sesungguhnya. Apakah kalian melihatku demikian?!"
Tiba-tiba saja jiwa sang ibu meronta, dirinya persis seperti Yoongi yang sedang mengalami masa emosionalnya. Dimana kedua manik mata yang sama dimiliki dan tatapan tajam itu membuat Shi Ah menelan ludahnya kesusahan. Jika dipikir hampir delapan puluh persen gen yang dimiliki oleh keponakannya ditularkan oleh kakaknya. pantas saja aura yang ia rasakan sama saja, sama-sama berhadapan dengan kakaknya secara langsung. Tak ayal jika Shi Ah selalu mengalah untuk kebaikan, terlebih menghadapi sang kakak seperti ini.
Dengan gerakan cepat kaki itu melangkah, tak ada niat untuk memakai mobil hanya memutari daerah sekitar. Menurutnya menggunakan mobil justru akan membuat kewaspadaan berkurang dan hal itu akan membuat kedua anaknya semakin lama ditemukan. Toh, jika dipikir disekitar sini memang ada beberapa halte yang mudah dijangkau dan cukup dekat. Bukan itu saja, jika berjalan kaki kemungkinan besar ia akan menemukan anaknya yang bisa saja berjalan disekitar sini.
"Seokjin ayo, kau tidak ingin tanduk kakakku keluar bukan? Dia lebih berbahaya dibandingkan dengan Yoongi yang mengamuk." Menarik dasi Seokjin dengan berjalan tergesa, membuat namja tampan dengan bahu lebarnya itu sedikit terkejut. Tak sempat memprotes karena wanita di depannya telah menariknya dengan sembarangan. Mau tidak mau dia harus mengikuti dengan cepat langkah kaki seseorang di depannya, atau Seokjin akan tinggal nama karena kehabisan nafas.
Ini gawat, dan bukanlah hal baik untuk melakukan penolakan.
"YOONGI, JUNGKOOK... DIMANA KALIAN, ANAKKU INI EOMMAAAAA!"
Pencarian sang ibu dengan mengerahkan manusia yang tak perlu digaji pun dimulai.
.............................
.
.
.
Ketegangan terjadi, dimana beberapa orang disana bingung sendiri saat melihat sebuah keributan yang terjadi. Tepatnya di depan halte tercinta penunggu setia transportasi kota yang menjadi candu bagi sebagian orang. beberapa orang disana berusaha melerai, ada juga yang melihat sekaligus penasaran, dan ada juga yang memvideo kejadian tersebut dengan maksud menyebarkannya ke internet.
Disanalah keributan terjadi pada dua manusia adam yang sama-sama berantakan akibat tingkah polah mereka satu sama lain.
"Kau pikir hanya kau yang bisa berkelahi dasar sialan, kau hanya anak bau kencur yang sok mengatur!" Yoongi nampak tak terima dia bahkan berteriak tak suka, dengan posisi tubuh yang sedikit membungkuk. Ditahan oleh beberapa orang disekitarnya, kedu tangan yang menarik kuat rambut namja di depannya. Membuat namja yang ia tarik mengernyit dan berteriak kesakitan lantaran tangan putih Yoongi begitu bertenaga melakukannya, tak terima dengan serangannya membuat dia juga tak kalah untuk menarik rambut Yoongi. Membuat namja sipit bermulut pedas itu menerima kebadasan seorang Jung Hoseok.
"Yaaakkkk, kau menarik rambutku. Lihat saja ahjussi sepertimu pasti akan kena karma, dasar sialan!"
"Apa, kau menyebutku ahjussi?! Dasar buta, kau tak lihat jika aku muda seperti ini. otak udang!"
"Kau pikir sifatmu tak ada bedanya dengan ahjussi yang malas? Kau, menolong adikmu saja enggan bagaimana kau menolong dirimu sendiri, bego!"
Yoongi tak habis pikir kenapa ada orang yang begitu berani membalas, dan mengatainya kata kasar seperti yang ia lakukan pada Jungkook. Lebih parahnya, tenaga namja di depannya tak kalah kuat. mungkinkah dia adalah pentolan sekolah atau memang tenaganya kurang lantaran rasa lapar di perutnya? Ah, sepertinya Yoongi akan memilih opsi kedua.
Disaat mereka ribut, semakin banyak penonton yang melihat, semakin sulit mereka yang melerai, dan semakin pusing Jungkook juga seorang gadis yang kini bersembunyi di punggungnya. Ya, sadar atau tidak mereka terlalu sibuk dengan keributan mereka, tak sadar jika Jungkook sudah cukup untuk bangun dan mendapatkan kesadarannya perlahan. Jika dipikir, anak kecil di belakangnyalah yang sudah menolong dan kedua orang dewasa disana tak membantu sama sekali.
Meski Jungkook akui keadaanya belum pulih, malah masih terbilang sakit. Hanya saja, air memberikan dia tenaga.
"Perkelahian macam apa ini? kenapa diakhir seperti ini malah seperti perkelahian seorang wanita?" celetuk salah satu pelajar yang sepuluh menit lalu melihat kejadian tersebut. dirinya juga sibuk menggerakan kipas agar wajahnya tidak merasa kegerahan, terlalu penat setelah seharian belajar dan berada di sekolah hari ini.
"Kau tidak tahu, sebelum kau datang kesini mereka sudah adu jotos bahkan berguling-guling, mereka seperti menarik tangan dan kaki satu sama lain, lihatlah muka bonyok mereka. Sangat disayangkan wajah tampan mereka membiru karena ketololan mereka." Jawab seorang yeoja di sampingnya, dia yang sudah disini sejak awal mengumpulnya. Melihat bagaimana keduanya berkelahi hingga kehabisan tenaga, dan yang paling aneh kenapa tak ada manusia pun yang bisa menghalangi keributan mereka. Sementara disana yang mencoba melerai saja sudah nampak menyerah karena kelelahan dan ada beberapa yang menjadi korban salah sasaran. Salahkan saja Yoongi yang terlalu over pada suatu hal.
Saat ini Yoongi semakin kalap, dia membuat Hoseok kewalahan. Tentu saja pelajar itu tak mau kalah apalagi ia melirik ke arah sang adik yang khawatir melihatnya. Bodohnya dia, seharusnya sang adik tak harus menyaksikan kebar-barannya ini.
Dan sekali lagi keduanya tak mau kalah.
.
.
"Kau tidak tahu tentangku, jangan berlagak sok pahlawan sialan!"
"Oh, kau sama seperti ahjussi-ahjussi yang keras kepala dan menang sendiri. siapa yang kau katakan sialan! Kau bahkan lebih sialan dariku kunyuk sialan!"
"Apa, kau mau mati ditanganku, hah! Aku tidak akan melepaskanmu aku akan hajar kau dan membuat mukamu biru, bodoh!"
"Kau yang bodoh, lihat mukamu kau saja sudah bonyok karenaku bego!"
Baik Yoongi atau Hoseok, keduanya tak mau mengalah. Membuat persaingan itu semakin sengit, karena susah untuk dipisah beberapa orang pun memilih pergi meninggalkan mereka yang masih sibuk. Biarkan saja, jika tenaga habis maka akan selesai itu pikir beberapa warga Korea disana. karena percuma dan akan menguras tenaga jika hanya memisahkan dua anak muda disana.
"Hobi Oppa..." lirih gadis kecil yang memeluk erat lengan Jungkook. dia sendiri sudah berkaca saat melihat kakaknya seperti itu. apalagi sang kakak juga terluka membiru membuat gadis cilik nan menggemaskan itu hanya bisa bergetar ketakutan.
Sadar jika dia sedang ketakutan membuat Jungkook merasa kasihan, ditatapnya gadis cilik di depannya itu. Mengusap lembut rambut hitam anak kecil itu dan mengulas senyum gigi kelincinya. Ia tahu pasti rasa khawatir itu semakin menjadi, terlebih Jungkook juga seorang adik sama halnya dengan gadis kecil disampingnya. Ini tidak boleh... apa yang mereka lakukan justru bukan suatu tindakan baik yang menarik perhatian orang.
"Tenanglah, kau akan segera pulang dengan hyungmu. Adik manis tetap disini, oke." Mencubit kedua pipi gadis cilik di depannya, tersenyum manis meski bibir itu pucat. Dan ia masih terlihat tampan meski dalam keadaan sakit.
Jungkook sadar karena dirinyalah semua ini terjadi, dan dia tak akan lagi membiarkan orang kerepotan hanya karena dirinya. berdiri dengan perlahan meski tubuhnya terasa sangat lemas, tapi apa pedulinya jika ia bisa menghentikan mereka. Ini lebih baik ketimbang dia membiarkan demamnya melemahkan pergerakannya, lagi pula ia hanya harus mengehentikan pergerakan Yoongi dan membuat dia diam maka masalah pun akan selesai. Sedikit demi sedikit Jungkook mengenal sang kakak, meski tak sebaik mendiang Jimin setidaknya dia hafal dengan apa, siapa dan bagaimana seorang Min Yoongi.
Jungkook berdiri dengan tegak. Ah, tidak..... lebih tepatnya berusaha karena tubuhnya sedikit oleng dan dia berhasil berdiri dengan tegak meski kedua bahunya tidak tegap.
1 detik...
Jungkook mengambil nafas,
2 detik....
Kedua tangan itu ia gerakan sekali,
3 detik....
Lehernya ia gerakan agar terasa merenggang sedikit,
4 detik....
Kedua mata itu memejam, menghilangkan pusing dan buram itu meski kepalanya berat Jungkook tetap memaksakan diri.
5 detik...
Sekarang atau tidak, Jungkook akan melakukannya. Meski esoknya, mungkin Yoongi akan semakin muak dengannya.
.
.
.
"Maafkan aku Yoongi hyung." ucapnya lirih.
Jungkook memaksakan kakinya berlari kecil, dia mendekat kearah keduanya. Sadar jika Jungkook diantara mereka membuat keduanya terdiam meski sesaat, begitu juga dengan Yoongi yang heran sejak kapan bocah kelinci itu sadar. Jika kalian tahu posisi Yoongi menjepit Hoseok menarik bahunya dengan tarikan lengan ke belakang, gerakan mengunci seperti yang ada di bela diri. Tentu saja itu membuat lawannya kewalahan dan sulit membalas, apalagi cengkraman lengan Yoongi tak main-main.
Inilah saatnya, Jungkook harus melakukannya. Ia memilih sang kakak yang nyatanya lebih salah, mengabaikan minta tolongnya, mengatainya seharian ini dan menghabiskan air minumnya. Mungkin sedikit membalas dendam tak masalah, hanya saja Jungkook tak sekejam itu dan memilih bersabar serta mengikuti alurnya.
Dan ketika tangan itu berhasil menyentuh pundak Yoongi, saat itulah dia...
"YAAAAAKKKKK!!"
BRRRAAAAKKKK
BRUUUKKKKKKK
"Akh!"
Yoongi mengaduh, menyentuh punggungnya yang terasa remuk. Mengabaikan situasi dimana Hoseok yang tengah melongo menyaksikan kejadian di depan matanya. Sang gadis kecil yang ada disana juga membuka tangannya yang sempat menutupi matanya. dan melihat Jungkook yang membungkuk dengan menahan tangan di kedua lututnya, dengan nafas tersenggal dan juga menahan nyeri di sekitar perutnya.
Yoongi berat meski ia bertubuh mungil dan Jungkook baru tahu itu.
"Aaakhhhh sshhhhh sialan, sa-sakit." Keluh Yoongi dengan tubuh yang bergerak tak beraturan diatas tanah. Beruntung tulangnya kuat dan dia terbiasa dengan benturan, membuat dirinya tak mengalami patah. Apa mungkin Jungkook menggunakan teknik bela dirinya hingga ia menjatuhkan korban tanpa berniat melukainya, sementara itu yang ia serang adalah kakak tirinya.
Oh... yang benar saja, besoknya Yoongi akan memberikan kebengisannya pada sang adik.
Beberapa detik kemudian Jungkook jatuh lemas diatas tanah dia sendiri tak bisa menahan pusing di kepalanya, keringat semakin banyak dan perutnya semakin sakit. Mungkin saja luka di perbannya kumat, dan anehnya ia merasa basah di pinggangnya.
"Astaga, perutmu berdarah." Hoseok yang tak sengaja melihat keadaan Jungkook segera menghampirinya, menggeser sedikit tubuh Yoongi yang kesakitan. Ia masa bodoh dengan keadaan si pendek pikirnya.
Jungkook tak tahu apa yang dimaksud berdarah, ia sudah tak bisa berpikir apapun karena rasa sakitnya. Ia sibuk dengan denyutan nyeri di setiap urat tubuhnya dan Jungkook serasa ingin pingsan.
Bisakah keajaiban datang? Sementara Hoseok bingung dengan situasi ini.
.
Jungkook merasa sangat pusing pandangannya kembali berkunang dan memburam ia hanya mendengar teriakan pelajar yang menolongnya dan pandangannya semakin berat dengan kelopak yang ia paksa tapi pasti gagal.
Apakah ia akan pingsan lagi?
Rasanya dia mendengar seseorang memanggilnya....
Menyebut namanya...
Terdengar khawatir...
Ah, dia juga mendengar nama hyungnya disebut...
Disana ia melihat, gerakan tiga orang yang mendekatinya....
"Jungkook, Jungkook kau kenapa? Yoongi kau tak apa?"
Rasanya aneh, ia tak terlalu jelas. Tapi, Jungkook rasa Tuhan telah memberikan bantuan. Bantuan yang sangat membantunya.
"Eom-eomma...."
Panggilnya di tengah kehilangan kesadarannya....
...........................
Tbc...
Tak terasa udah sampai sejauh ini, btw berkat dukungan kalian author bisa ngetik sepanjang ini. udah lama keknya gua bernafas didunia orange ini wkwkwk. Oh ya apakah kalian puas dengan hasilnya? Semoga kalian gak kapok buat mampir kesini dan baca setiap kisah yang kutulis. Semoha kalian terhibur juga.
Jangan bosan dengan author dan ceritanya ya. Semoga kalian bahagia selalu... masih setia dengan haru-haru? Dan menunggu next chap minggu depan? Maaf masih banyak typo bertebaran, dan masih banyak bahasa yang kurang bagus. Semoga kedepannya jauh lebih baik dari sekarang.
Tolong selalu bahagia dan sehat selalu, aamiinn...
Doakan author sehat selalu ya, dan bisa tetap hibur kalian.
Kalau kalian berkenan,
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komentar. Jangan lupa mampir ke ff yang lain ya biar gak bosen muehehehe...
Bahagia selalu untuk kalian...
Gomawo and saranghae...
#el
05.11.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro