Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 2: Let Me Know

"Apakah kelahiranku memang tak dianggap, mengetahui bahwa fakta sebenarnya. Diriku yang ditolak entah dimanapun kaki ini menginjak, hidup tanpa orang tua tak sekandung, dan kini harapan palsu bahagia dengan yang namanya saudara. Apakah memang kelahiranku menandakan sebuah cerita tanpa yang namanya kebahagiaan? Sampai kapan cerita ini berhenti?"

-Jeon Jungkook-

................................

(Jungkook *** POV)

Perkenalkan namaku Jeon Jungkook, atau kalian bisa memanggilku Jungkook. sebenarnya aku juga mempunyai panggilan lain, seperti Kookie. Hanya saja orang yang paling dekat dan sangat mengenalkulah yang akan memanggil nama kecilku. Sebenarnya panggilan 'Kookie' sangat terdengar manis atau imut kedengarannya. Membuatku berpikir bernahkah aku nampak manis dan imut meski usiaku sudah bukan bocah lagi?

Hahaha mengingat bagaimana anak-anak di panti yang sering memanggilku dengan sebutan Kookie tak lupa dengan embel-embel hyung di belakangnya membuat diriku sering tertawa kecil. Ditambah wajah mereka yang tampak menggemaskan dengan aegyo yang selalu menghiasi wajah adik-adikku di panti.

Ya, itu dulu...

Dua bulan sebelum aku dibawa ke sini. Menjadi bagian dari keluarga bermarga min. Seorang wanita cantik dan baik yang tak sengaja aku tolong ketika hendak dirampok, membuatku mendapatkan takdir baru. Seorang eomma baru, yang memberikanku kebahagiaan baru. Menjanjikan aku sebuah kehidupan baru dengan sekolah yang berkualitas yang ia janjikan. Membuatku berpikir bahwa inilah kesempatan untukku merasakan bangku pendidikan lebih tinggi sama seperti lainnya, bahkan harapan yang tak pernah terbayang olehku. Saat dengan jelas nyonya Min yang kini aku panggil dengan 'eomma' mengatakan bahwa aku akan menjadi dongsaeng bagi anak pertamanya.

Apa kalian tahu bagaiamana perasaanku saat itu? aku merasa bahagia luar biasa. Bahkan aku mengucapkan terima kasih pada Tuhan yang mengabulkan keinginan dan doaku yang selalu aku ucapkan setiap malam sebelum tidur.

Bagiku...

Apa yang dijanjikan eomma adalah hadiah terindah yang aku dapatkan. Hadiah yang menurut orang lain adalah hal sepele, namun tidak bagiku. Karena setiap orang tidak sama, jika mereka punya orang tua atau sauadara. Sementara aku tidak punya, jika mereka mempunyai kehidupan lengkap dan normal, aku tidak. Aku hanyalah seorang namja muda yang tinggal di sebuah panti, yang dibuang oleh orang tua yang tak menginginkanku sejak aku masih bayi. Berpikir apakah aku adalah anak haram yang tak diinginkan oleh ayah atau ibuku, sehingga mereka tega meninggalkanku dan menitipkanku di panti. Disaat hujan deras dan badai menerjang ibu kota.

Tak berpikirkah mereka, bisa saja aku mati kedinginan karena cuaca tersebut. ataukah mereka tak bisa mendengar tangisan kerasku hingga mereka tuli akan pendengaran dan nurani mereka. Berpikir bahwa aku barang yang tak diinginkan mereka.

Ah, setiap kali aku mendengar cerita bagaimana aku ditemukan membuatku menangis saja. Memilih memejamkan mata dan melupakannya adalah hal terbaik yang harus aku lakukan. Meski begitu ada sekecil harapan terdalamku untuk bertemu dengan eomma kandungku. Menatap bagaimana rupa dan senyumnya, memeluk dan menangis dan bersujud di hadapannya. Sekalipun dia membenciku, tapi aku tak bisa sedikitpun membencinya. Apakah aku seorang malaikat? Yang tak bisa membenci orang yang dengan teganya membenci dan membuangku. Melupakan fakta bahwa aku adalah salah satu manusia yang tak diinginkan oleh seorang ibu.

Ah, aku bukanlah seorang malaikat. Melainkan aku adalah seorang manusia, yang mencoba menjadi lebih baik. Berharap hal baik selalu datang padaku saat aku menjadi baik.

Seperti sekarang....

Aku tetap tersenyum dan bersikap baik.

Meski....

Ada air mata yang jatuh di sudut mataku, dan mencoba tak menyimpan dendam atau benih benci terhadap seseorang yang mungkin masih baru bagiku dan baginya.

Atau, aku sebut sebagai saudara tertua. mengingat bahwa dia-lah namja dengan status anak pertama.

Seorang namja dengan kulit putih pucatnya, iris mata sehitam arang, wajah yang terkesan dingin dan jutek, namun memiliki sifat yang baik meski tak nampak. Jarang tersenyum dan terlihat tertutup, terlebih lagi aku sering melihat dirinya yang tak suka akan keberadaanku, membuatku harus mati-matian menundukan kepalaku agar tak bertatap langsung ke arahnya.

Jujur....

Aku takut saat dia menatap diriku tak suka, dengan kedua iris mata arangnya. Mengatakan bahwa diriku harus enyah dari hadapannya.

Mungkin ini terdengar kejam, tapi percayalah....

Aku tak pernah dianggap dongsaeng baginya. Bahkan aku tak pernah pantas menjadi pengganti mendiang adiknya, menurutnya aku hanyalah namja yang suka memanfaat kebaikan ibunya. Mengatakan jika aku adalah namja penuh dusta dengan sikap baik yang menurutnya dibuat untuk mendapatkan hati eommanya. Berharap aku bisa menggeser posisi mendiang Jimin, adik kesayangan dari...

"Aku sudah bilang jangan memasak makanan yang tak berguna sialan!"

Suara itu...

Membuatku hafal, bagaimana perlakuan yang akan aku terima. Berpikir bahwa ini menjadi ritual yang sangat wajib untuk aku dapatkan, bahkan panggilan sialan sudah melekat dalam diriku. Dan gelar itu aku dapatkan darinya. Hanya saja, aku mencoba bersabar dan bersabar seperti biasanya.

Aku tersenyum, dan aku memaklumi sikapnya.

"Hyung maaf tapi kau harus makan, kau sakit hyung dan aku membuatkanmu semangkuk bubur hangat agar kau baikan." Kubuat tutur kataku selembut mungkin, sebaik mungkin aku akan bertindak baik dan lembut dengannya. Karena aku yakin lama-lama hubunganku akan membaik.

"Jangan pedulikan aku Jeon, kau tak pantas mendapatkan imbalan dariku!!"

Sarkatik, meski itu terucap dari bibir pucatnya.

"Nah sekarang buka mulutmu, dan biarkan perut kosongmu terisi dengan hangatnya bubur ini, hem?" kududukan pantatku di atas ranjang mahal ini. memberikan sesendok bubur hangat, menatap lembut wajah dinginnya.

"....."

"Yoongi hyung, jika kau ingin sembuh makanlah. Setidaknya makanlah beberapa sendok, aku tahu bagaimana mulut orang sakit saat mengecap rasa makanan tapi setidaknya-"

"Menyingkirlah!!"

"Andwe, aku tidak akan pergi setelah kau memakan bubur ini."

Aku tetap kekeh dengan tujuanku.

"Aku bilang enyahlah!!"

"Yoongi hyung ak-"

PRAAANKKKKKK!!!

Panas...

Pecahan yang begitu memekakan telinga...

Dan juga...

Terkejut...

"Hyu...Hyung..."

Rasanya sakit...

.

(Author **** POV)

"Kenapa kau menggangguku hah! tak bisakah kau enyah sehari. Aku muak melihat wajah sialanmu bocah!!!"

Entah tenaga dari mana, seorang Min Yoongi mengeluarkan bentakan kerasnya. Mengacungkan jemari telunjuknya di depan seorang bocah dengan gigi kelincinya.

Membuat kedua bola mata seorang Jungkook membulat tak percaya, lirikan yang ia lakukan kala melihat semangkuk bubur yang telah hancur dan berserakan di atas lantai, ditambah panas dan bekas memerah di punggung tangannya saat tak sengaja cipratan bubur panas itu mengenai kulitnya.

"Yoongi hyung tenanglah, aku hanya ingin membantu merawatmu."

Dengan perlahan Jungkook berdiri, membantu Yoongi yang hendak bangun dengan cara menopangnya, namun di tepis kasar oleh Yoongi apalagi hal itu membuat Jungkook merasakan sakit hati untuk beberapa kalinya saat melihat kedua netra Yoongi yang menatap jijik kearahnya.

"Jangan mempedulikanku, kau hanyalah akh-"

"Hyung??!!"

Dengan cepat Jungkook menyentuh pundak yang tertua, membantu namja sipit yang sempat meledakan emosinya. Yang kini memegang kepalanya yang berdenyut saat pusing itu menyerangnya.

"Yoongi hyung beristirahatlah, kau sangat lemah..."

Dengan susah payah Jungkook, dirinya menopang tubuh yang sempat limbung itu. ada guratan khawatir di wajahnya, namun bagi Yoongi apa yang dilakukan Jungkook adalah sebuah kesalahan besar, membuat dia mendorong tubuh Jungkook yang berusaha menopangnya. Meminta untuk di lepaskan. Namun dengan erat Jungkook menolak apa yang dilakukan sang kakak, dan tetap membantu Yoongi untuk berbaring di atas ranjang. Meminta Yoongi agar mengistirahatkan tubuhnya yang lemas.

"Pergilah akh-"

Yoongi mengernyit, mengerang sakit saat pusing menderanya. Kepala yang telah jatuh di atas bantal empuknya terasa sedikit ringan saat tangan putihnya memijat kecil kepalanya.

"Hyung biar aku pijat ya, siapa tahu pusing hyung berkurang."

Jungkook merasakan khawatir yang luar biasa, apalagi melihat wajah yang mengernyit kesakitan milik sang kakak membuat Jungkook ingin sekali menolong Yoongi.

"Jangan sentuh aku!!"
Plak!!

Belum sempat kening itu tersentuh namun sang empu telah menepis kasar tangan Jungkook, dan itu membuat Jungkook harus menahan sesak dan sakitnya.

Oh, ayolah sudah berapa banyak penolakan yang Jungkook terima. Tak tahukah kau Yoongi berapa banyak sakit hati yang di terima adikmu?

Setidaknya untuk saat ini Jungkook adalah adikmu bukan?

"Hyung?" hanya tatapan nanar yang diberikan Jungkook, tak mampu membuat hati sedingin es milik Min Yoongi luluh. Dan sayangnya Jungkook terlanjur menyayangi Yoongi meskipun ada kata tidak dalam diri Yoongi untuknya.

Hingga pada akhirnya Jungkooklah yang menjadi korbannya.

.

Tapi sampai kapan?

.

Sepintas rasa iba muncul dalam raut wajah dengan gigi kelincinya itu, kala menangkap sebuah atensi yang membuat hatinya berdenyut sakit dan tak tega. Melihat bagaimana wajah pucat yang menampakan ketidaknyamanan akan keadaan sakitnya. Mencoba membantu tapi terlalu takut.

Mendekat sama saja menantang bahaya...

Bahaya untuk hati dan juga raganya...

Tapi kenapa hati ini begitu tak tega?

Padahal Jungkook bukanlah malaikat, seharusnya dia juga merasa sakit hati dengan sikap Yoongi tadi bukan? Kenapa justru rasa benci itu malah tidak ada? Apakah ada yang salah dengan diri Jungkook. atau memang benar Jungkook begitu baik dan tidak tegaan akan segala sesuatu?

"Yoongi hyung."

"Pergilah, biarkan aku beristirahat! Kedatanganmu malah membuat diriku semakin sakit!"

Lidah bagaikan pisau yang tajam, begitu menyakitkan sampai membuat darah tak nampak muncul mencelos dalam hatinya. sakit dan sesak berpadu menjadi satu seakan saling melengkapi bagaimana menyedihkannya perasaan hati seorang Jungkook kala indera pendengarannya yang masih normal mendengarnya.

Menundukan kepala adalah hal yang ia lakukan, mempermainkan kedua jemarinya sebentar. Mencoba menghilangkan rasa gugup yang kian mendera dalam dirinya. Sungguh hal itu belum mampu membuat Jungkook menyembunyikan dari aura menakutkan seorang Min Yoongi yang mungkin saja masih mengharapkan dirinya enyah dari hadapannya.

"Aku a-akan pergi setelah membersihkan lantai ini hyung."

Gugup dan bergetar, berjongkok. Menggapai pecahan mangkuk dengan jemarinya, menggigit bibir bawah cherrynya dengan hati-hati. Sekedar menenangkan kegelisahan yang mendera dirinya. Sungguh, Jungkook ingin segera keluar dari kamar ini jika Yoongi terus saja memancarkan aura tak mengenakannya.

Berharap semoga pekerjaannya rampung, meski kenyataannya Jungkook melakukannya dengan suka rela.

.

.

.

"Beristurahatlah hyung, maaf aku mengganggumu tadi."

Mencoba bersikap sopan, walau pandangan orang yang tahu akan kebenarannya bisa mengelak dan mengatakan jika seorang Min Yoongi tak pantas mendapatkan sopan santun setelah sikap kurang ajar dan tak menghargainya baru saja ia lakukan pada adik yang tak sedarah dengan dirinya.

Boleh saja...

Karena apa yang dilakukan Yoongi termasuk tindakan yang tak terpuji. Mengingat sikap baik dibalas olehnya dengan keburukan dan kebencian yang tak beralas. Tak ada kesempatan dan ego yang selalu ia utamakan, tanpa memandang bahwasanya egonyalah yang salah.

.

Ceklek!

.

.

Tak ada balasan....

Tak ada jawaban,

Hanya dengusan nafas sebal dan kepala yang menoleh tak suka. Merasa lega kala pintu itu tertutup pelan dan menimbulkan suara yang mampu membuat hati kesalnya mendingin.

Dan menganggap, bahwa....

Kepergian Jungkook adalah harapan yang sangat ia dambakan.

.

Hingga tanpa sadar....

.

Jika ada dua tetes air mata jatuh dari kelopak sipitnya.

..............................................................

"Jimin hyung, maaf..."

Tes...

Tes....

Tes...

Sudah berapa lama air mata itu jatuh, dan sudah berapa banyak pula cairan bening murni itu membasahi bingkai foto itu. tertuduk dengan mata sedih dan sayu, memandang sebuah foto namja dengan senyum manis yang menampilkan dua buah pipi chubbynya. Membayangkan bahwa gambaran namja di depannya adalah orang dengan kebaikan hatinya, sama halnya dengan senyum manis yang terpatri di wajahnya.

"Aku memang tidak mengenalmu hyung, aku masih baru disini. dan eomma memberikanku izin untuk menyimpan fotomu. Hyung aku yakin kau orang yang baik dan mengasyikan andai saja waktu mendukung aku ingin menjadi saudara hyung, dan memperkenalkan diriku sebagai adikmu."

Tes...

Tes...

Meski sakit, meski perih tak apa....

Meski sulit, meski hancur tak apa....

Mengusap setetes air mata yang jatuh dari sudut mata kirinya, mencoba menetralkan deru nafas akibat isakan lirihnya. Oh ayolah, Jungkook mencoba untuk tidak menangis hari ini, namun pada kenyataannya gagal.

"Hyung maaf, aku tidak mampu menjaga Yoongi hyung. aku bukan adik yang baik dan sama sepertimu. Semua yang aku lakukan dua bulan ini selalu salah dimata Yoongi hyung."

Terlihat bodoh memang saat Jungkook bercerita pada bingkai foto tak bersuara, tapi entah kenapa ada sedikit kelegaan yang lepas dari hatinya.

"Aku tidak akan menyerah, ini baru awalnya bukan? Eomma sudah mempercayakan Yoongi hyung padaku. Aku janji akan memberikan senyuman untuk Yoongi hyung, aku akan mengembalikan sifat Yoongi hyung seperti dulu. Jimin hyung tenanglah disana, aku tahu kita tidak saling mengenal tapi biarkan aku Jeon Jungkook membantu kakak dari seorang adik yang hebat sepertimu."

Seulas senyum, menampilkan gigi kelinci putihnya. dan jangan lupa ada air mata yang keluar dari kelopaknya.

"Salam kenal Jimin hyung..."

.

Sepertinya ada yang mencoba menghibur hatinya....

Dengan caranya sendiri....

Bukankah begitu, Jeon Jungkook?

............................

Tbc...

Hai semua, author kangen kalian. Adakah yang kangen dengan author? Maafkan aku yang libur lama banget. Btw kemarin aku sakit jadi ff lain harus tertunda masa pengetikannya, dan buat ff chanhun yang pernah aku janjikan akan aku up segera mungkin tinggal pengeditannya yang masih kurang dan agak berantakan yang harus aku benarkan. Ngomong-ngomong untuk bagian ini udah feel belum, maaf kalau ff ini gak ngefeel sekuat ff lainnya dan maaf kalau lama up hueeee.....

Author ikhlas dengan respon kalian, apapun apresiasi kalian author terima. Asal jangan berhenti untuk membaca ff author, author bersyukur banget.

Oh ya maaf banyak ngomong wkwkwk, semoga tidak mengganggu hari kalian.

Selamat bersenang-senang.

Bahagia selalu...

Gomawo and saranghae....

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro