Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 15 : Jump

(Author **** POV)

(Flashback *** ON)

"Jungkook kau dari mana sayang? Kakak dan adik-adikmu mencarimu, kenapa kau sangat kotor?" tanya sang mama, saat melihat penampilan bocah lucu nan menggemaskan itu berjalan masuk dengan keranjang kue ditangannya, jangan lupa kostum kelincinya yang berdebu dan meninggalkan noda putih karena suatu hal.

"Kookie tak sengaja menumpahkan tepung bibi galak."

Adunya dengan manik mata polos, merasa senang dengan kehadiran mama yang kini membersihkan wajah dan pipinya yang penuh dengan tepung. Beberapa kali bocah kecil itu mengedipkan kelopak matanya saat ada tepung yang masuk ke dalam kelopaknya. Kasihan tapi menggemaskan karena Jungkook sangat menggemaskan dengan aksen mengusap mata dengan sapu tangan kelincinya ia seperti anak kelinci yang tersesat dan menangis.

Sang mama tersenyum, ia menurunkan dengan perlahan tangan Jungkook kecil dan meniup kelopak mata kanan anak asuhnya itu. Bahkan perlakuan yang ia tujukan seperti seorang ibu pada anaknya, walau pada kenyataannya dia adalah seorang wanita yang menjanda tanpa anak. seorang wanita mulia yang membangun sebuah panti asuhan bagi mereka yang terlantar, merawat anak tanpa orang tua seperti anaknya sendiri. Sebuah ide penuh kemanusiaan yang mampu membuat ia terhibur, dan belajar bahwa tak mempunyai anak itu bukan sebuah hal yang patut di tangisi. Bersyukur karena Tuhan masih mempertemukan dengan anak-anak hebat yang ia asuh.

Bisa mengajari mereka, dan begitu sebaliknya. Karena menurutnya anak-anak yang mengajarkan dia menjadi orang tua yang baik entah itu sempurna atau tidak. Dari kelas ekonomi panti asuhan ini memang nampak kekurangan hanya saja anak didiknya berusaha untuk mencukupi kebutuhan mereka. Entah makan atau pendidikan, dan menjual kue biskuit atau makanan manis membuat mereka bisa bertahan hingga sekarang. Di dunia yang penuh dengan persaingan kasta ini.

"Sudah, tak sakit lagi kan?" tanyanya dengan suara lembut juga tatapan sayang yang teduh. Sebuah senyum tipis tertarik ke atas, yang menampilkan dimpel di pipinya. Wanita cantik dan manis secara bersamaan walau usinya tak lagi anak muda.

"Gomawo mama, Kookie sudah baikan." Si kecil tersenyum, menampilkan giginya mungil berbentuk kelinci. Senyuman yang membawa kebahagiaan itu pendapat sang mama dan beberapa anak disana. Bahkan Jungkook kecil sangat menggemaskan dengan baju yang ia kenakan saat ini, bisakah sang mama mengabadikan senyuman itu sebagai gambar foto? Agar kelak senyuman itu masih ada hingga anak asuhnya Jeon Jungkook bisa melihat dirinya ketika dewasa.

"Aigu, kenapa kau semanis ini. Kau membuat mama tersipu dengan senyuman kelincimu."

Merasa gemas, tanpa ampun sang mama mencubit pelan hidung bangir Jungkook. membuat Jungkook tertawa geli karena tangan halus mamanya. Tak ada rengekan atau pun protes hanya sebuah gelak tawa spontan dari seorang bocah yang merasa bahagia.

"Mama, mama kenapa mama suka hidung Kookie?" tanyanya setelah tangan itu terlepas. Bahkan Jungkook kecil bergelayut manja di lengan sang mama. Seperti tak membiarkan wanita itu bangun dari bersimpuhnya.

"Karena Kookie menggemaskan juga tampan itulah kenapa mama suka hidung Kookie. Kau tahu betapa bahagianya mama bisa menjadi orang tuamu, sangat disayangkan anak mama yang tampan ini harus dibuang dulu." ucapnya dengan bibir yang mengerucut gemas, bahkan tangannya sangat lihai mencubit atau menyentuh dengan ujung jemarinya. Merasa jika Jungkook pantas menerimanya dengan kasih sayang yang lebih dari ini.

"Mama kan ibu Kookie. Kookie sayang mama, jangan tinggalkan Kookie ne." Tiba-tiba saja Jungkook kecil menghampiri sang ibu, memeluknya dan merangkul manja di leher sang ibu. Ia tak peduli jika tubuhnya yang masih ada noda putih tepung akan mengotori pakaian abu-abu milik mamanya. Nyatanya ia tak menerima amarah dari sang mama, malahan dirinya di peluk dengan sayang.

Sungguh keluarga harmonis. Membuat siapapun akan iri melihatnya, nyatanya ada orang yang masih peduli dengan anak-anak walaupun bukan dari darah rahimnya.

"Kookie tadi beltemu teman, dia baik sama Kookie dan membelikan Kookie apel. Padahal dia juga beli kue Kookie ma." Jungkook mengoceh imut, ia juga memberikan keranjang kue yang separuh kosong kepada sang mama. Menunjukan pada wanita cantik itu jika teman yang ia maksud memborong semua kuenya,

"Benarkah? waaahhh... pasti senang ya Kookie bisa bermain dan dapat teman baru?" sang mama mengusap rambut bocah itu, melepaskan penutup kepala dengan telinga kelinci itu perlahan. Ia bermaksud mengganti pakaian Jungkook. Sembari mengobrol mungkin bisa juga sang mama mengganti pakaian bocah di depannya.

Tanpa diberitahu pun Jungkook sudah paham dan membiarkan sang mama menuntun tangan dan kakinya agar terlepas dari kostum kelincinya.

"Iya, teman Kookie namanya Jimin hyung. Dia lucu dan tampan, Kookie ingin sepelti Jimin hyung." bocah tersebut sangat bangga, ia bahkan tersenyum senang dan terlalu bersemangat menceritakan teman barunya.

"Waaaahhhhh... Kookie pasti orang itu baik. Mama baru pertama kali melihatmu memujinya." Sang ibu melipat kostum kelinci tersebut, membiarkan Jungkook dengan popok dan kaos kesayangan bergambar donald ducknya itu. Bukan hanya itu saja, sang mama juga mengusap wajah Jungkook dengan air hangat yang kebetulan disiapkan oleh Myungsoo, kakak dari Jungkook sekaligus penghuni panti yang kini berusia tiga belas tahun.

"Kookie kau kemana saja, kau membuatku pusing mencarimu. Aku dan lainnya cemas kau akan hilang anak nakal." Itu Myungsoo, dia menggerutu dengan bibir tipisnya. Ada rasa khawatir sekaligus kesal pada bocah yang ia anggap sebagai adiknya itu, memang ia marah tapi ia lebih marah dengan dirinya sendiri yang tak bisa mengawasi adik-adiknya yang lain.

"Kookie habis main dengan Jimin hyung, maafkan aku Myung hyung, Kookie janji gak nakal lagi." Jungkook sangat polos, ia mengatakan hal itu bukan dengan wajah bersalah. Melainkan tatapan polos dengan kelopak mata yang melebar bahkan dengan santainya dia mengunyah biskuit coklat dari keranjangnya. Tanpa rasa bersalah seolah Myungsoo tak memarahinya, tentu saja hal itu sukses membuat mama tertawa kekeh dan pergi untuk memasukan pakaian kotor Jungkook juga lainnya. Bukan hanya itu saja, Myungsoo hanya dibuat melongo akan tingkah bocah kelinci di depannya.

"Kau selalu saja, mengatakan maaf dengan wajah tanpa bersalah. Astaga aku tidak bisa memarahimu, hatiku tak tega karena kau terlalu menggemaskan. Kenapa Tuhan merasa tak adil jika aku memarahimu bongsor kesayangan." Myungsoo memang kesal, tapi kekesalannya menguap dan tergantikan dengan senyum gemas. Memainkan pipi gembul Jungkook yang sedang mengunyah seperti tupai yang menyembunyikan kacang dalam mulutnya dan membuat pipinya mengembul.

Dan itu menjadi hiburan sendiri baginya.

Pepatah bilang jika saudara itu bagaikan ikan dalam satu kolam, perangko dengan surat, dan sepatu dengan talinya. Tapi ada juga sebuah persaudaraan bagaikan air dan minyak, bumi dengan langit. Realita dalam hidup yang wajar dan sudah diatur oleh takdir. Saat itulah manusia sadar bahwa Tuhan menciptakan sebuah kehidupan dengan caranya. Hidup masing-masing dalam tempat dan waktu yang sama namun dengan cara berbeda.

Satu oksigen dan satu kehidupan, hanya saja dunia berjalan beraneka ragam. Membawa hal pada sebuah....

Hubungan keluarga....

"Darimana kau mendapatkan gelang itu, cantik sekali Kook."

"Ini dari temanku hyung. Jimin hyung bilang aku halus menjaganya, supaya Kookie bahagia."

Ucapan polos itu datang lagi dan Jungkook mengatakannya dengan penuh kepercayaan. Kepercayaan bahwa Jimin akan memberikan harapan dan kebahagiaan yang dijanjikan olehnya.

"Katanya Kookie bisa punya mama dan kakak jika pakai gelang ini."

Tersenyum dan itu sangat tulus, di wajah polosnya.

"Jungkook..."

Hanya panggilan lirih dari dia yang peduli padanya, berharap jika...

Semua itu terjadi dengan nyata.

Sebuah harapan bukan?

(Flashback **** OFF)

..........

"Kau datang kesini hanya ingin mengatakan bahwa sahamku tidak ada peningkatan, kau tahu seberapa besar kurs kuota asing yang aku keluarkan? Kedatanganmu yang mendadak membuatku curiga kau ada maksud lain."

Tatapan itu menajam, sangat menajam kepada dia yang duduk di hadapannya dengan teh yang ia teguk sekali namun sedikit. Seorang pria dengan usia kepala empat yang justru memakai jas elegantnya, ditemani oleh seorang gadis cantik yang sibuk bersolek diri. Tak peduli dengan keadaan sekitar asal ia tampil cantik.

Jenifer Park itulah panggilannya, seorang gadis berkebangsaan Korea dengan garis darah Amerika yang menurun dari darah sang ibu. Dengan kedua mata lentiknya gadis itu sibuk memainkan bulu matanya di depan cermin yang selalu ia bawa, sudah menjadi pemandangan biasa bagi sang ayah. Hanya saja, tidak bagi seorang Shi Hye yang menatap sedikit tak suka dengan gadis yang tak ada sopan santunnya itu. Berpikir, didikan apa yang diberikan oleh pria yang ada di depannya.

"Aku hanya disini bukan hanya bertanya mengenai saham, tetapi juga mengatakan janji tentang perjodohan anak kita." Si pria tersenyum, pria akrab yang dipanggil Choi Shi Joo itu sangat terkesan santai. Tak mengindahkan raut muka wanita yang mendadak menahan gejolak untuk mengusirnya.

Ditatapnya lagi gadis yang sibuk dengan urusannya, meski sesekali dia mengulas senyum sombongnya. Jangan lupa bagaimana manjanya gadis itu, sudah terlihat dari penampilannya. Shi Hye pikir anaknya tak akan bisa atau lebih baik tidak boleh menikah dengan gadis sepertinya.

Atau masa depan anaknya akan kelam, itu pikiran gila dari wanita cantik tersebut.

"Bukankah aku sudah menolak hubungan baikmu sebagai calon besan? Bahkan putraku saja menolak putrimua yang susah payah berdandan cantik." Sedikit melirik dengan tatapan tak sukanya, membuat Jenifer santai jika ibu perusahaan ini sangat sadis dengannya. Tapi bukan Jenifer namanya jika dia harus minder dengan tatapan wanita di depannya.

"Maafkan aku mama, tapi sepertinya aku menyukai anakmu yang tampan." Kini bibirnya bergerak anggun dengan menggerakan sedikit ujung rambut dengan jemarinya. Bahkan kakinya pun ia tekuk layaknya wanita kelas atas. Sungguh ketidaksopanan yang haqiqi jika di lihat.

"Tapi anakku tidak menyukaimu sayang, Yoongi tidak bisa dipaksa. Tolong mengertilah, banyak pria di luar sana yang jauh lebih tampan dan lebih baik dari anakku, Yoongi." sebuah kata yang bermakna sindiran, dimana setiap ucapan itu ia sengaja berikan senyuman tipis bak seorang wanita ningrat.

Oh.. kesombongan yang dibalas kesombongan. Sontak saja hal itu membuat gadis cantik berdarah bule itu merengut tak suka.

"Suamimu sudah berjanji akan menjodohkan putranya untuk anakku, atau kau lupa. Bagaimana kejadian waktu silam, aku disini datang sebagai penagih."

Sepertinya ada yang sedang menguji kesabaran Shi Hye, bukan hanya kesabaran tapi dia juga memancing iblis kemarahan tersembunyi dari nyonya Min. Dengan lentiknya jari itu mengambil secangkir teh, berisikan teh daun hijau favoritnya. Teh impor dari luar negeri yang selalu menjadi santapan setiap harinya, sebelum masuk ke dalam kerongkongannya teh itu ia hirup aromanya terlebih dahulu. Membiarkan kepulan asap hangat itu masuk dalam indera penciumannya dan menetralkan segala pemikiran yang sepertinya akan memunculkan kegilaan.

"Aku ingin putriku dan Yoongi berkencan sabtu malam, aku bisa mengatur jadwal jika kau mau." Itu ayahnya, ia melakukan keputusan secara sepihak.

Diam...

Diam...

Tak ada respon dari ibu dua anak tersebut, hanya tatapan yang tak bisa dijelaskan secara langsung. Tatapan yang sama seperti dimiliki anaknya, Min Yoongi juga wajah garis yang hampir mirip mendiang anaknya, Jimin.

"Bagaimana?" tanyanya sekali lagi, berharap jika wanita di depannya mengangguk iya atau lebih baiknya ikut bertasipasi.

.

.

.

Sekali lagi...

.

.

.

Dan sekali lagi.

.

.

.

Saat cangkir teh itu sudah menyentuh atas meja.

.

.

.

Sekali lagi.

.

.

.

Senyuman tipis nan elegant itu terulas.

.

.

.

Menimbulkan harapan dan sunggingan senyuman bagi kedua tamu tersebut...

.

.

.

Sekali lagi.

.

.

.

Dia....

.

.

.

Menatap dengan penuh keyakinan, dan...

.

.

.

.

Sepertinya ada kabar baik...

.

.

.

Hingga.....

.

.

.

.

"AKU SUDAH BILANG PADAMU KALAU ANAKKU YOONGI TIDAK AKAN MENIKAHI PUTRIMU!"

Sentakan mematikan datang hingga keluar pintu kantor, membuat beberapa karyawan terkejut sampai ada laporan itu jatuh.

"Astaga kenapa nyonya Min berteriak seperti itu?" tanya seorang pegawai itu dengan tubuh bergetar juga wajah terkejutnya.

"Sepertinya sedang ada perang dunia." ucap seorang wanita yang sibuk membenarkan roll rambutnya. Dia terlihat paling tenang diantara teman kerjanya yang lain, mungkin sudah hafal dan terbiasa. Bagaimana tidak dia adalah sekretaris kepercayaan dari bos besar di perusahaan ini, juga sekretaris anak dari seseorang yang berteriak dari dalam tadi.

"Mengerikan, dia sama seperti anaknya ketika marah. Astaga, buah tak jatuh jauh dari pohonnya." Ucap seorang namja berkacamata yang mengelus dadanya.

"Memang." Lagi-lagi sekretaris itu berucap dan menatap santai dengan tangan yang menyender dagu bawahnya.

..............................................

"SIALAN, KEMBALIKAN DOMPET DAN HAPEKU AKAN KUBUNUH KARENA TELAH MENCURI DARIKU!!" Yoongi berteriak keras, mengalahkan suara speaker di kantornya. Bahkan ia sudah berlari sejauh ini hanya untuk mendapatkan barang berharganya kembali.

Beberapa kali pencuri itu berusaha Yoongi tetap berhasil mengejarnya, rupanya tubuhnya yang pendek dan kaki yang terbilang kecil untuk seorang namja tak mampu mengalahkan tekadnya untuk menangkap pencuri tersebut. Tak tertinggal dengan Jungkook yang sudah berada tak jauh di belakangnya dengan keringat yang sedikit banyak dan nafas ngos-ngosan. Uniknya bocah kelinci itu berlari masih dengan memegang buku paketnya.

"Astaga kenapa dia lari cepat sekali." gumam si pencuri menyadari jika rupanya dua orang di belakangnya bak seekor kuda liar yang berusaha menangkapnya. Untung saja dia adalah mantan pelari sejak jaman sekolah tak sulit untuk menghindar dari kejaran mereka yang berhasil dan hampir menyusulnya. Hanya saja ini sulit karena Yoongi sepertinya sangat dendam.

Taptaptaptaptaptaptaptaptaptaptaptap....

Seperti itulah bunyi langkah kaki mereka, si pencuri yang beberapa kali menjatuhkan barang entah itu sebuah box kosong yang tertumpuk, bak sampah yang ada di pinggir jalan, juga beberapa diligent yang sengaja ia jatuhkan untuk menghambat Yoongi.

Si pencuri terus berlari bahkan dia juga nekad menyebrang jalan tak terkecuali Yoongi yang saking tak sabarnya berlari di atas kap para pengendara membuat suara amukan terdengar disana. Jungkook melihatnya, melihat betapa mengerikannya sang kakak jika seperti itu. pasti pencuri itu bakal habis jika Yoongi bisa menangkapnya, jujur saja Jungkook meras kasihan tapi kesal. Demi apapun dia sudah mengambil barang milik kakaknya, ingat! Milik kakanya!

"Bajingan tengik, kau sudah mengambil dompetku. Aku akan habisi wajah jelekmu!"

"Sialan!"

Yoongi marah dan si pelaku mengumpat sungguh keajaiban di setiap kata mereka.

Demi kulit kerang ajaib, Yoongi seperti seorang jago kungfu. Ia bahkan melompat dan menghindar dengan elok, tak jauh berbeda dengan Jungkook yang bisa menghindar juga. Hanya saja Jungkook punya pandangan beda saat ia melihat sebuah gang sempit.

"Oh iya." Jungkook menghentikan langkahnya, membiarkan sang kakak menjauh guna mengejar si pelaku. Ia punya ide dan mungkin ini berhasil dengan lari cepatnya Jungkook membuang tas dan bukunya di salah satu pedagang kaki lima. Ia tidak peduli jika barangnya hilang toh... di dalamnya juga tidak ada yang berharga.

Sampai akhirnya bocah kelinci itu masuk dalam gang, melompati pagar dan mendadak menjadi jago dalam menerobos apapun di depannya, hanya untuk mendapatkan si pencuri.

Sadar atau tidak baik Yoongi dan Jungkook mereka tidak tahu siapa yang sebenarnya mereka kejar. Yang pasti dia pria dengan pakaian hitam dan topi yang menutupi wajah atasnya.

Coba tebak siapa dia.

............................

Tbc...

Apakah kalian cukup terhibur dengan chapter ini. menurut kalian bagaimana?

Jika kalian berkenan bisakah kalian membagikan vote dan membagikan komentar kalian mengenai chapter ini? oh ya harap maklum jika cerita ini agak gaje dan ada typo, setiap manusia tak luput dari kesalahan hehehe

Terima kasih buat dukungan kalian selama ini, semoga kita diberi kebahagiaan dan kesuksesan setiap harinya.

Terima kasih karena telah mampir dalam fanfic ini. semoga tidak ada kata bosan dalam kamus kalian, ehe.

Thank you and saranghae...

#el

20.07.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro