Part 14 : Boy Meet Evil
"Ketika kau mendapatkan kesempatan segera tangkap kesempatan itu, genggamlah seperti kau menggenggam tangan orang tersayangmu. Karena jika kau melepaskannya, kesempatan tak akan datang untuk kedua kalinya."
- Jungkook –
..........................................
(Author ***** POV)
Jungkook sangat menyebalkan, itu yang dikatakan Yoongi. Sudah lama ia berdiri disini menunggu bocah itu. Kalau bisa ia akan meninggalkan bocah kelinci itu untuk pulang sendiri, hanya saja ibunya sudah menelfonnya untuk mengingatkan dirinya agar menunggu adik angkatnya. Oh... apakah ibunya seoarang cenayang? Begitu perhatiannya sang ibu pada anak yang dipungut dari panti asuhan tersebut.
Ngomong-ngomong Yoongi tak suka menunggu, ia ingin segera menyelesaikan tugasnya dan pergi untuk menyelesaikan urusannya. Perlu digaris bawahi jika dia terpaksa melakukan ini semua.
"Aissshhh... sial!" Yoongi berdecak sebal, dirinya memilih duduk dengan wajah datar mempesonannya. Kedua bola mata sipit itu malah sibuk mengedar ke arah lingkungan sekitar yang nampak sedikit ramai dengan kedatangan beberapa siswa. Tak terasa sekarang jam istirahat, tentu saja beberapa pasang mata menatap pesona kearah si pemilik kulit putih pucat tersebut.
Dan Yoongi tak suka menjadi pusat perhatian, sebisanya dirinya nampak acuh dengan sekitar. Masa bodoh dengan beberapa siswi yang menatap dirinya melongo ataupun terpekik senang. seperti melihat seorang pangeran dari negeri dongeng.
"Aigu.. apakah ia guru di sekolah ini, kenapa dia tampan sekali?"
"Yaaaakkkk... aku akan semangat belajar jika gurunya namja tampan itu."
Yoongi memutar bola matanya malas, kalian dengar?! Dia sangat malas mendengar celoteh abg yang baru pms seperti mereka. Entahlah, rasanya telinga Yoongi gatal dan ingin ia garuk dengan kelingkingnya. Hanya saja ia enggan melakukannya karena ingin tampil berwibawa dan tak ingin menjatuhkan harga dirinya.
Mungkin mengabaikan gangguan kecil seperti itu adalah hal yang baik. Berdoa dalam hati semoga adik sialannya itu segera keluar dari ruang pendaftaran.
"Apakah aku harus menyusul bocah itu, merepotkan!" kedua bibir itu mencibir, Yoongi yang sudah kesal diatas kuadrat hingga ia memilih untuk berdiri dan memasukan ponsel mahalnya ke dalam sakunya. Ia akan melakukannya dengan sendiri.
"Permisi, apakah kau guru disini. Aku-"
"Maaf aku bukanlah guru, aku juga tidak berniat bekerja disini." Yoongi tak suka bertele-tele. Seperti biasa wajah judesnya juga sikap dinginnya menghancurkan hati seorang siswa. membuat yeoja berkacamata itu menunduk sedih. Entahlah... rasanya ada yang sakit disini.
Dengan santainya dia meninggalkan yeoja itu, yeoja yang Yoongi saja tidak kenal. Bahkan tak ada niat untuk mengenalnya.
.
.
.
"Kita sudah lama tak bertemu, ternyata kau sudah setinggi ini." senyum itu terulas, berbentuk kotak yang menawan sangat cocok dengan wajah tampannya. sebuah seragam dengan name tag 'Kim Taehyung' tertera disana.
"Iya, Kookie tak akan menyangka bertemu hyung lagi. Tae Tae hyung sudah lama tak bermain di panti, aku pikir hyung sudah bosan bertemu mama dan lainnya." Jungkook sangat senang, bagaimana tidak ia bertemu kembali teman semasa kecilnya. Sejak kecil dia sudah bermain dengan namja di depannya kurang lebih tujuh tahun. Ketika SMP keduanya berpisah tanpa kabar, tetap saja Jungkook berpikir positif setelahnya.
Ia hanya yakin jika Taehyung mempunyai maksud lain atas ketidakdatangannya itu.
"Maafkan aku, aku tidak mengabarimu dulu. ya... aku memang pergi lama dan tak bertemu dengan kalian. Bukan aku bosan berteman denganmu dan mampir ke panti. Hanya saja... aku harus ikut pindah appa dan eomma ku ke Amerika."
Jungkook mengangguk paham, ia baru saja mendengar kebenaran cerita dari sahabatnya. Jungkook pikir Taehyung bosan dengannya atau lainnya. Ternyata, keputusan orang tua yang harus membuat sahabatnya itu terpaksa meninggalkan jarak.
"Tidak.. ini salahku. Kau tak perlu meminta maaf, aku sudah berpikir buruk tentang hyung. Aku memang bodoh berpikir demikian, maafkan aku. Aku terlalu sedih dan sepi saat hyung tiba-tiba menghilang."
Jungkook merasa tak enak, sungguh ia merasa canggung dengan situasi sekarang. Apa karena waktu sudah berubah lantaran mereka sama-sama dewasa?
"Kau terlalu berlebihan Kook. Kau tak pernah berubah." Taehyung tersenyum tipis, ia menundukan kepalanya sebentar menatap lantai putih dibawahnya. Setelahnya meneguk botol mineral di tangannya. kini keduanya hanya duduk di salah satu bangku yang telah ada di lorong sekolah tersebut, melupakan sesuatu yang mungkin bisa saja membawa masalah bagi Jungkook.
"Kau bersekolah disini? kenapa aku tak melihatmu kemarin?"
"Ah, aku baru saja mendaftar. Aku juga akan masuk minggu depan mungkin." Lagi-lagi dia tersenyum kikuk. Serba salah dan takut jika kegugupannya terlihat sangat jelas dimata sahabatnya. Bodohnya Jungkook karena berperilaku gugup dengan orang lain yang notabene adalah sahabat masa kecilnya. Bantulah dia Tuhan agar penyakit gugupnya hilang.
"Mendaftar? Wahhh... hebat aku tidak akan kesepian lagi disini. karena sahabatku akan menjadi siswa disini." tiba-tiba saja Taehyung merangkul namja bergigi kelinci itu. senyum senang merekah begitu saja. Ia terlanjur senang dengan kabar ini. Tentu saja, Jungkook juga ikut senang karena ia bertemu dengannya lagi.
Sahabat yang jujur saja ia rindukan saat ini.
"Oh ya dimana kau tinggal, apakah kau mendapatkan orang tua baru?" Taehyung sangat penasaran, ia tak akan segan bertanya banyak hal dengan sahabatnya itu. mungkin saja ketika liburan dia bisa menghabiskan waktu bersama dengannya.
"Aku tinggal dengan-"
"Dasar bocah sialan, aku menunggumu di luar sana dan kau malah bersantai."
Taehyung menoleh dengan Jungkook yang terkejut hingga membola kedua matanya. Tubuhnya mendadak tegang setelah mendengar suara itu. suara yang sangat familiar.
"Yoongi hyung?"
Benar saja kedatangannya membuat Jungkook menelan ludah kesusahan. Lagi-lagi ia membuat masalah dan Jungkook lupa jika dia datang kesini tidak sendiri. Tanpa sadar Taehyung melihat gerak-gerik sahabatnya dengan raut khawatir, bisa ia lihat bagaimana tubuh pemilik gigi kelinci itu bergetar. Ditatapnya namja dengan mata sipit itu, walau atensi itu tidak bertemu Taehyung bisa merasakan bahwa dirinya tak suka akan kehadirannya.
"Kesini kau! Dasar bodoh, kau membuatku bodoh menunggumu disana,hah!"
Menurutnya ini keterlaluan terlebih dengan Jungkook. Sebenarnya siapa dan hubungan apa dengan Jungkook, hingga membuat dia menurut dengan perintah sengak yang baru saja berteriak itu. Taehyung pikir ini tak wajar lantaran hanya sepele emosi itu meledak.
"Maaf hyung, aku lupa jika hyung menungguku." Tunduk patuh dengan semburat penyesalan di wajahnya. Memeluk erat buku paketnya, sedikit menggigit bibir bawahnya. Menahan butiran air mata yang hendak menetes, hatinya terasa sakit saat mendengar bentakan yang tua tersebut. Sangat tertohok dengan segala kesesakan yang mencelos dalam hatinya. Jungkook tak akan mungkin bisa berdalih sebab dirinyalah yang salah. Terlalu senang bertemu dengan teman lama membuat Jungkook membuang waktu sang kakak yang terlanjur muak dengannya.
"Kau sangat mudah sekali meminta maaf. Apa kau lupa aku disini karena eomma, kau pikir aku punya waktu untuk menunggumu seharian! Kenapa kau selalu merepotkanku, hah!!? apa kau pikir aku akan sudi bersamamu terus?! TIDAK JEON!"
Yoongi keterlaluan sungguh, bentakannya mampu membuat Taehyung sedikit terlonjak. Entahlah Taehyung saja merasa sakit mendengarnya bagaimana dengan Jungkook. Taehyung bisa melihat bagaimana punggung itu bergetar takut juga wajah yang tertunduk sesal, dilihatnya Jungkook yang mulai memerah pada hidung dan kelopak matanya. Wajah sendu itu... membuat Taehyung benci melihatnya. Ia sedikit kesal dengan sikap seseorang yang berani melakukan demikian dengan teman masa kecilnya.
"Aku tahu Yoongi hyung marah, maafkan aku. Aku akan segera pulang, ayoo hyung kita pulang. Aku janji ini terakhir kalinya hyung menemaniku, jangan lagi agar hyung tidak kesal ketika menungguku." Jungkook mencicit, untungnya Yoongi masih bisa mendengarnya ia tak peduli bagaimana mulut itu bergerak gugup. Saat Jungkook berusaha meraih lengannya untuk sekedar meminta maaf justru Yoongi menepisnya, membuat si bocah kelinci itu meringis sakit.
Suara tamparan tangan yang keras membuat Taehyung spontan melepaskan emosinya.
"Hei kau, santai saja. Apa masalahmu, kau membuat temanku kesakitan."
Taehyung bertindak dirinya cukup jengah melihat pemandangan yang menurutnya adalah penindasan itu. Ia berusaha membela Jungkook, walau ia tahu Jungkook pasti tidak akan menyukainya. Tanpa ada yang tahu Jungkook merutuki kebodohan temannya dan berdoa dalam hati agar Yoongi tak terpancing emosi atau Taehyung bisa menahan amarahnya.
Dia tak ingin masalah semakin besar hanya karena dirinya.
Yoongi yang mendapatkan seruan itu memicingkan kedua matanya tajam, melirik dengan sangat tidak suka ke arah dia. Seorang siswa dengan seragam yang masih terlalu muda untuk menentangnya, oh... bisakah Yoongi menyebutnya sebagai bocah menyebalkan. Jujur saja ia terlalu malas berdebat dengan orang yang menyebalkan apalagi yang berani mencampuri urusannya.
Taehyung kesal, ia tidak suka diabaikan. Terlebih dengan yang lebih tua, meremat kedua tangannya hingga memutih sadar jika dia harus menahan emosi agar tak membogem si kulit pucat itu.
Haruskah Taehyung melakukannya? Ia tidak suka adegan kekerasan ngomong-ngomong.
"Hei kau! Aku berbicara denganmu tuan, apakah kau tidak meminta maaf dengan temanku. Kau menyakitinya dengan menampar tangannya. Kau juga membentaknya sampai dia mau menangis, apa kau tidak malu dengan penampilanmu yang cukup, wah?"
Oh... tidak Taehyung seperti menghidupkan korek api di atas minyak tanah. Sadarkah dia jika ucapannya bisa saja membuat Yoongi terpancing. Jungkook hafal bagaiamana sifat Yoongi yang mungkin bisa tenang dengan segala sikap tsunderenya. Hanya saja Taehyung... dia tak berbeda dengan bocah yang sangat hiperaktif. Memang tingkahnya sangat mengesalkan hanya saja kebaikannya tak ada yang bisa menandingi.
Ada rasa sedikit terharu dalam hati Jungkook yang nyatanya masih ada orang yang mempedulikan dirinya walau itu bukan kakak angkatnya.
Sadar diri dengan statusnya yang tak bisa menggantikan Jimin dalam kedudukannya di hati Yoongi. membuat Jungkook berkali-kali jatuh bangun agar diakui oleh Yoongi.
Tapi disisi lain ia takut jika Yoongi dan Taehyung berkelahi.
"Jangan mencampuri urusanku, jika kau mencoba menjadi pahlawan kesiangan sebaiknya kau enyah karena ini urusanku dengan Jungkook." mata itu menatap setajam elang yang dibalas wajah penuh percaya diri dari seorang Kim Taehyung.
"Tapi kau menyakitinya." Taehyung membela, ia tidak peduli jika namja di depannya marah atau memukulnya.
Yoongi melirik namja yang tengah menunduk itu, melipat kedua tangannya di dada. Lalu, mengedarkan pandangannya sekali lagi ke arah bocah resek yang ikut campur disana. yang Yoongi lihat penampilan mereka sedikit mirip dengan sifat yang sama-sama menurutnya. Entah kesialan apa yang jelas ia benci menghadapi orang bodoh seperti mereka, tak ada yang bisa mengurangi rasa sakit kepalanya sampai detik ini. Dalam hatinya, haruskah ia meladeni bocah itu, ah... Yoongi terlalu malas melakukannya. Kenal saja tidak, kenapa di harus repot. Namja sipit itu hanya bisa menghela nafasnya pelan.
"Katakan padanya, apa aku menyakitimu. Bilang padanya kalau kau tidak sakit, cepat sana katakan." Sedikit mendorong tubuh itu untuk berbalik. Jungkook kini tepat di depan sang sahabat dengan jarak beberapa meter. Bisa dilihat Taehyung tidak ada wajah senyum dan semangat disana, yang ada hanya lelah dan kesenduan di balik wajah tersenyum tipisnya yang muncul beberapa detik setelahnya.
"Aku tidak apa-apa Tae Tae hyung, jangan khawatir dia hyungku." Itu Jungkook, suaranya sangat santai dengan wajah yang tersenyum. Seakan semua baik-baik saja namun hatinya tidak, dan Taehyung melihat itu semua.
"Kau berbohong."
Mudah ditebak, Jungkook yang cukup terkejut dengan ucapan sahabatnya terperangah. Kenapa sahabatnya masih sepeka itu, apakah ia memang tak pandai berbohong?
"Tidak, aku be-benar baik-baik saja. Hyung jangan khawatir, aku harus pulang Hyu-hyung." rasa gugup itu ada, terlebih Jungkook merasakan sahabatnya dengan sang kakak angkat saling menatap penuh dengan intimidasi.
Meski begitu tetap saja Taehyung terdiam, dia mendengar tapi bibirnya tak memberi tanda untuk respon. Membuat seseorang disana semakin bersalah, karena dirinya suasana tak mengenakan seperti ini ada.
"Ayo pulang." Ajak Yoongi ia cukup lelah berdiri seperti ini, tak ada urusan dengan perdebatan tak guna ini. sedikit kasar kala menarik tangan adik angkatnya, mengajak untuk lekas pergi. Dan Jungkook hanya menurutinya, mungkin ini yang terbaik atau akan ada api yang membuat masalah jadi besar.
Taehyung sedikit kesal, lagi-lagi ia harus diam seperti ini. Ia juga tidak tahu harus apa karena ia juga tak punya hak untuk itu semua. Saat ini hanya kasihan dengan Jungkook, melihat manik sendu seperti ada keputus asaan dan pertolongan.
Dan Taehyung benci dengan Jungkook yang berstatus sebagai adik dari orang menyebalkan dan sombong itu.
Sampai akhirnya ada benda kotak persegi yang tergeletak di bangku tempat dimana mereka duduk. Hingga Taehyung mengambil benda tersebut....
.
.........................
Sudah cukup lama wanita cantik itu duduk berhadapan dengan jendela perusahaannya yang memampang pemandangan kota. Menikmati teh hangat juga...
"Biasanya disaat seperti ini kau akan datang dan merangkul eomma, sayang." Bergumam, menatap bayangan dirinya yang samar. Pandangan yang terlihat kuat dan tegar tanpa ada air mata yang berkaca disana. Sudah biasa itulah yang menjadi hal utama. Sadar jika tak selamanya kesedihan itu harus selalu diingat. Walau rindu seorang ibu terhadap anaknya akan selalu ada.
Jimin...
Anak kedua yang telah pergi ke sisi Tuhan, ditemani sang suami yang mungkin sudah menemani anak kesayangannya. Disini, hanya bisa mendoakan dan mengenang semuanya bersama anak pertamanya. Kini hanya Yoongi dan Jungkook yang menjadi penyemangatnya. Semangat untuk merubah semua menjadi baik-baik saja.
"Sayang kau tahu kakakmu sangat keras kepala, rasanya eomma ingin menjitak kepala Yoongi agar sadar nak. hhhh.... kau pasti senang bukan jika Jungkook menjadi anak eomma. Aku yakin kau pasti menyukai Jungkook karena sifatnya polos dan baik." Sang ibu menatap foto sang anak, dimana saat itu Jimin tersenyum dengan tangan berbentu V di jembatan yang menjadi tempat favorit Jimin anaknya.
Sungguh wanita itu sangat merindukan senyum sang anak.
Mati-matian ia menjaga agar kelopaknya tak mengeluarkan air mata.
"Doakan eomma nak, agar bisa membuat Yoongi sadar betapa pentingnya Jungkook disini. Eomma kasihan Jungkook karena sifat Yoongi." sedikit bergetar dengan suara yang sumbang. Oke dia tidak boleh menangis di depan sang anak, atau Jimin akan cemberut karena tak suka.
Jimin memang tak suka melihat dirinya atau pun orang yang ia sayang menangis. Jika sudah terlanjur maka dia orang yang pertama memeluk dan menghibur. Seakan kedatangannya membawa warna sendiri, dan Shi Hye tak akan pernah menyesal melahirkan anaknya yang telah pergi meninggalkan dirinya terlebih dahulu.
Ini terasa menyesakan memang.
..........................................
Jungkook terlalu takut untuk berbicara. Ia hanya bisa duduk termenung di dalam bus dengan sang kakak disampingnya. Kebetulan hanya tersisa bangku itu dan mau tidak mau Yoongi duduk bersama dengan namja disampingnya. Tak ada perbincangan diantara keduanya, sampai akhirnya...
CKIIITTTT!!
Bus berhenti secara mendadak, membuat semua penumpang terkejut dan membentur bangku di depannya tak terkecuali Yoongi yang membentur kaca saat sedang asyiknya melihat perjalanan tersebut. sedangkan Jungkook membentur tubuh Yoongi di sisi kanan dimana Yoongi duduk disampingnya. Keduanya meringis sakit, tak terkecuali Yoongi yang sedikit mendorong tubuh Jungkook yang tak sengaja menindih lengannya.
"Kenapa berhenti mendadak, eoh?!" protes seorang pegawai wanita yang jatuh terjerembab di bawah. Terlihat rambutnya yang sangat berantakan.
"Maafkan aku sepertinya kalian harus turun disini. karena busku mogok." Ucap sang supir tak enak hati apalagi beberapa penumpang hendak melayangkan protes. Tak terkecuali Yoongi yang menampilkan wajah malasnya dan tak sukanya. Andaikan mobilnya tak bermasalah sudah pasti dia bersantai dirumahnya.
Semua kecewa dan memilih turun, tak sudi juga bagi mereka untuk menunggu bus mogok. Begitu juga dengan dua namja yang sama-sama memiliki wajah tampan tersebut.
"Kita akan menaiki taksi, aku akan...."
Yoongi melotot, merasa aneh pada kantung celana belakangnya. sedikit gelisah saat...
"Hyung kenapa? apa ada sesuatu?" tanya Jungkook penasaran ia juga heran melihat wajah gelisah Yoongi yang demikian.
"Dompet dan ponselku hilang."
"Hah, kenapa bisa?"
Jungkook terkejut, apakah sang kakak bercanda. Tapi melihat mimik wajah Yoongi sepertinya tidak, dengan susah payah Yoongi merogoh semua saku jas dan celananya. Sadar atau tidak ada seseorang yang mulai menjauh dari mereka, dan Jungkook melihatnya. Seseorang yang berjalan dengan gerak-gerik aneh memasukan sesuatu dalam tasnya.
1 detik....
2 detik...
3 detik...
Ketika Jungkook melihat ponsel hitam dengan gantungan ponsel yang Jungkook kenal.
"Hyung dia yang mengambil dompet dan ponselmu?"
Tunjuk Jungkook dengan teriakan kerasnya, membuat Yoongi kebingungan langsung memicingkan penglihatannya. Rupanya suara Jungkook terdengar oleh pria yang mulai menjauh itu, tiba-tiba saja ia berlari cepat. Tentu saja Yoongi ikut berlari mengejar, meninggalkan Jungkook yang tertinggal.
"YOONGI HYUNGG!!!"
"YAAAAKKK SIALAN, KEMBALIKAN DOMPET DAN PONSELKU!!"
Yoongi mengejar, begitu juga dengan Jungkook yang ikut mengejar hyungnya. Sepertinya ini akan menjadi hari yang panjang bagi Min Yoongi.
Apakah kesempatan Jungkook memang panjang hari ini?
.......................................
Tbc...
Apakah kalian cukup terhibur dengan chapter ini. menurut kalian bagaimana?
Jika kalian berkenan bisakah kalian membagikan vote dan membagikan komentar kalian mengenai chapter ini?
Cerita ini hanya fiktif belaka apabila ada kesamaan dalam kehidupan nyata itu berarti hanya kebetulan yang tidak disengaja, semoga ada pelajaran yang mampu di petik setia chapternya. Jangan bosan mampir ke lapak saya, karena akan ada cerita lebih seru lainnya.
Terima kasih buat dukungan kalian selama ini, semoga kita diberi kebahagiaan dan kesuksesan setiap harinya.
Terima kasih karena telah mampir dalam fanfic ini. semoga tidak ada kata bosan dalam kamus kalian, ehe.
Thank you and saranghae...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro