Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 10 : Never Walk Alone

" Mencoba menjadi apa yang diharapkan. Ketika aku gagal, justru caci maki yang aku terima. Kenapa ku rasa dunia semakin kejam? seperti tak memberikan kesempatan pada kami yang mencoba bertahan dalam segala pelik hidup dunia. apakah dunia akan berhenti jika mengucapkan 'aku putus asa?' ".

.

.

.

(Author ***** POV)

Haruskah Jungkook pasrah?

Hanya bisa memandang benda retak tak hidup di depannya. memandang dengan tatapan sendu juga bingung beradu satu. Harapan dan kata seandainya juga bermunculan dalam otaknya. Membuang karbondioksida dengan sekali nafas, ini sudah toko ketiga yang Jungkook datangi.

"Apakah benar benda ini tidak bisa diperbaiki?" Jungkook berharap cemas, ia yakin jika ada solusi dalam masalahnya. Hanya saja pegawai di depannya seakan menghilangkan harapannya.

"Maaf tuan, kami tidak bisa memperbaikinya. Jam ini di produksi di luar negeri. Sangat sulit untuk memperbaikinya seperti semula. Seperti yang aku bilang, jam seperti ini hanya bisa dibeli lagi jika anda ingin mendapatkan yang seperti ini. tapi... ini sangat sulit karena modelnya yang lama dan pasaran sudah lama tidak mengeluarkannya."

Jungkook seakan down. Ia tidak tahu harus apa. hanya bisa menundukan kepalanya, dan menutup matanya sebentar. Dengan kedua tangan yang menyentuh pinggir etalase yang terpajang jam-jam di depannya. memaksakan otaknya untuk berpikir keras, hal apa yang harus ia lakukan setelahnya. Ia hanya ingin meminta maaf pada sang kakak dan membuat jam di depannya secara utuh.

Tentu saja Jungkook yang sedang pusing justru membawa rasa iba dari pegawai di depannya. membuat pegawai wanita di depannya memberikan sedikit solusi, yang mungkin bisa saja membantunya.

"Jika anda ingin jam seperti itu, saya bisa memberikan alamat salah satu toko yang ada di jalan Gangnam. Dekat dengan toko perhiasan dan bersebrangan dengan pakaian pernikahan. Siapa tahu disana ada jam yang anda cari karena kudengar pemiliknya juga seorang kolektor."

Seperti mendapatkan pencerahan, dimana wajah bingung itu perlahan sumringah. Ditambah lahirnya kelegaan dalam hatinya saat mendengar ucapan pegawai di depannya. oh... rasanya Jungkook ingin segera pergi kesana. Takut jika jam tersebut di beli orang lain jika ada.

"Bisakah anda memberikan alamat lengkapnya?" Jungkook meminta dengan sangat pada pegawai wanita di depannya. tak lupa dengan senyum manis yang ia tampakan, membuat yeoja di depannya samar-samar bersemu merah pada pipinya. Tak ia sangka ia mendapatkan pelanggan dengan wajah tampan dan manis seperti di depannya. apakah ini yang namanya sebuah berkah di musim panas?

Dengan cepat selembar kertas nota itu terisi oleh tinta merah milik yeoja tersebut. ditulis dengan rapi dan indah, dan memberikannya secara langsung pada Jungkook.

"Ini untukmu, kuharap kau menyukainya." Jungkook menyodorkan sesuatu pada yeoja di depannya. membuat kedua bola mata sedang milik yeoja itu membulat terkejut. Dengan ekspresi kaget yang terlihat sedikit lucu.

namun, apa yang terjadi selanjutnya? Tak ia sangka namja tampan di depannya memberikan ia sebatang coklat vanila. Sebagai ungkapan terima kasih atas bantuan yang ia terima. Tak terduga memang, tapi inilah suka dukanya sebagai pegawai toko. Kadang mereka diberikan tip, atau bonus. Kadang juga diberikan camilan dari pelanggan yang berbaik hati padanya. Sepertinya ia rasa dia tidak akan sungkan untuk membantu pelanggan di depannya jika bertemu lagi.

"Terima kasih tuan." Gadis tersebut menundukan kepalanya, ia merasa bersyukur dan berterima kasih secara bersamaan.

"Aku yang seharusnya berterima kasih karena anda telah membantu saya, selamat musim panas. Semoga anda tetap semangat bekerja."

Diberikan semangat oleh namja setampannya seperti sebuah mimpi. Tak ia sangka rupa-rupanya ia bertemu malaikat berwajah tampan tanpa sayap. Yeoja itu berharap ini bukanlah mimpi dan hilang ketika bangun.

Bisakah namja di depannya menjadi pacarnya?

Harapan yang diharapkan oleh wanita kebanyakan.

.

.

.

Jam istirahat tiba, waktu bersandai para manusia berdasi. Melepas kepenatan tugas kantor yang menumpuk. Di jam seperti ini kantin kantor ramai, memang waktu istirahat adalah waktu favorit bagi mereka yang jarang mendapatkan waktu karet.

"Kau menekukan mukamu, apa kau tidak takut jika mukamu akan jelek Min Yoongi?"

Yoongi menatap sebal, ya.. dia sebal dengan candaan temannya yang ia anggap tak lucu sama sekali. untungnya manusia didepannya adalah temannya, jika bukan. Mungkin Yoongi akan menenggelamkannya di dalam laut Cina.

"Jangan menggangguku Jin hyung, kau ingin membuat suasana hatiku semakin buruk?"

Diseruputnya kopi americano favoritnya. Ia menatap ke sekitar, wajah dinginnya sudah terkenal di kalangan pegawai. Mereka juga sudah hafal betul bagaimana Yoongi. seorang bos dingin dan galak.

"Wow, aku hanya bertanya Yoon. Tapi kau suka menyentak, jangan suka begitu atau banyak gadis yang akan menjauhimu. Kapan kau akan menikah jika sikapmu seperti itu."

"Seperti kau sudah punya pacar saja berbicara seperti itu. kau yang kalem saja masih jomblo dan mengataiku kapan punya pacar."

"Kau pandai membalas ledekanku rupanya."

"Kau pikir aku tidak berani meledekmu kembali, begitu?!"

Sepertinya dalam setiap ucapan Yoongi tidak ada kata santai, terbukti dengan bagaimana dinginnya setiap ucapan yang ia katakan. Sungguh, Seokjin ingin sekali menjitak kepala namja yang lebih muda di depannya. hanya saja, Yoongi terlahir secara beruntung karena kedudukannya sebagai anak bos. Tentu saja, Seokjin tidak ingin dipecat.

Apa mau dikata kebutuhan hidupnya lebih besar dari perkiraannya, membuat ia harus tahan banting menghadapi sikap Yoongi yang kadang labil. Dalam kamusnya ada kata teman, bersyukur baginya karena Yoongi berbaik hati padanya yang ia akui dirinya memang mengesalkan.

"Seperti ada yang beda." Aksen seorang Kim Seokjin yang menopang dagunya. Wajah berpikir layaknya orang jenius sedunia, yang hanya mendapatkan lirikan maut dari namja sipit di depannya.

"Apa!!"

"Kemana jam mahalmu Yoon, kau sangat aneh tanpa jam tangan itu."

Seokjin mengungkitnya, lagi. Membuat namja dengan kulit putihnya itu menekukan wajahnya lagi. Itu terlihat menyebalkan dan mengesalkan memang. Tapi, apa mau dikata. Bukan salah Seokjin juga, karena membahas hal tersebut. karena Yoongi juga tak menceritakan masalah kemarin.

"Rusak."

Yoongi yang tipe dingin menatap tak acuh, memilih memainkan ponselnya guna membahas pesan bisnisnya. Berbanding terbalik dengan Seokjin yang sedikit mencibir perbuatan cuek bosnya yang besar kepala.

"Bukankah itu hadiah Jimin? kenapa bisa rusak?" tanya Seokjin kembali, merasa haus ia menyeruput segelas jus guna melegakan rasa hausnya. Hanya saja dia tak sadar jika Yoongi meliriknya lagi. Kali ini, lebih tajam dari sebelumnya.

"Kau habiskan makananmu, dan segera ke ruanganku. Kita akan ada meeting Jin hyung."

Bangkit dari duduknya. Membenarkan jas kesayangannya, juga dasinya. Berjalan pergi meninggalkan tempat yang sama dengan namja yang kini sedang mengedipkan matanya beberapa kali. Ekspresi terkejut juga, datang dari wajah tampannya dan itu sukses membuat siapapun terkekeh melihatnya, dan kebanyakan pegawai wanita.

"Tunggu, meeting? What?? Bukankah tadi sudah meeting? Aisshhh... sebenarnya dia manusia atau bukan, kenapa dalam otaknya bisa menampung meeting begitu banyak. Pantas saja tubuhnya tidak tinggi, dia terlalu banyak pikiran. Aigoo... Kim Seokjin bersyukurlah kau terlahir tampan dan tinggi." Pujanya pada diri sendiri, yang memilih ikut menyusul di belakang bosnya yang menjauh. Membawa sebungkus roti coklat dan juga keripik kentang.

Menghindari amukan dari kucing galak macam Min Yoongi.

..............................

.

.

Suasana semakin terik, matahari sudah berada di atas langit. Cahaya yang berpendar menuju bumi menciptakan panas ultarviolet yang berarti. Musim panas negeri Gingseng memang menjadi hal wajar bagi warganya, itulah mengapa kebanyakan dari mereka membawa payung agar tak terkena sengatan langsung panasnya sang surya.

Sama halnya dengan yang dirasakan oleh dia yang sedang istirahat, melepas lelah karena terlalu banyak mengayuh sepeda sampai sejauh ini.

"Oppa?"

Panggilan, seorang anak kecil. Membuat dia yang baru saja meneguk sekaleng sodanya terbatuk dengan tiba-tiba. Mengusap segera air yang sempat muncrat dari mulutnya walau ada sedikit bunyi batuk darinya.

"Hyen Bi?"

Jungkook langsung sumringah, mendapati seorang anak kecil dengan rambut panjangnya yang memakai topi bak pantai. Setelan dres pink berbunga-bunga dan berpita. Dengan sebuah keranjang kue yang ia bawa. Bisa ia lihat bagaimana gadis cantik nan menggemaskan itu tersenyum ke arahnya. Tak menyangka jika ia menemukan gadis cantik itu disini. Jungkook heran kenapa dia berada disini?

"Kau sendirian?" Jungkook celingak-celinguk ke kanan dan kekiri. Mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah. Ia melihat keramaian yang wajar di sekitarnya.

"Tidak, aku pergi berjualan dengan Hyun Soo. Kookie oppa, kenapa disini sendiri eoh?"

Menggemaskan memang, terlihat dari cara bicaranya. Membuat Jungkook tak tahan untuk tidak mengulas senyumnya. Mencubit kedua pipi bocah cilik di depannya, hingga akhirnya Jungkook mengangkat tubuh mungil itu dan memangkunya sayang. Dengan suka cita gadis cilik itu anteng, dia malah sangat merindukan perhatian namja yang ia sudah anggap sebagai kakaknya. di panti, Jungkooklah favorit anak-anak.

"Oppa, belum menjawab pertanyaanku. Oppa sibukkah?"

Tanya gadis cilik itu dengan mata sedikit bebinar, lihatlah pipinya yang memerah seperti tomat. Membuat Jungkook ingin sekali menggigit pipi bocah cilik di depannya. oh... iya hampir lupa, bukankah waktu Jungkook masih remaja dia suka sekali menggigit pipi gadis ini ketika masih bayi. Ingat betul bagaimana masa itu, membuat ia rindu masa bocahnya.

"Aku hanya berjalan, kau tahu aku merasa bosan dirumah."

"kenapa Oppa tidak memakan ice cream?"

Gadis itu bertanya kembali, begitu juga dengan Jungkook yang tidak keberatan untuk menjawabnya.

"Oppa sudah banyak makan ice cream, karena bosan oppa jalan-jalan. Dan hei... kenapa kamu memakan kue jualan?"

Jungkook menggoda orang yang dipangkunya.

"Aku lapar oppa, sedari tadi belum ada yang membelinya. Dan Hyun Soo, dia membeli makanan sebentar. Aku menunggunya disini, tapi dia belum datang. Makanya aku makan. Oppa mau?" dengan polosnya Hyen Bi menyodorkan biskuit coklat kacang di depan namja bergigi kelinci itu. yang hanya mendapatkan gelengan sekaligus senyuman darinya.

"Kkkkk... kalau begitu oppa akan membelinya. Tolong bungkuskan rasa coklat dan vanilla, hem?"

"Baik, tapi tunggu sebentar aku menghabiskan kue ini dulu. aku masih lapar."

Ini menggemaskan, sungguh. Membuat Jungkook tertawa dengan sedikit keras, ia bahkan mengacak rambut Hyen Bi di depannya. Ia bahkan memeluk gadis cilik di pangkuannya, terlihat seperti anak dan ayah jika dilihat dari jauh.

Cukup lama, bagaimana keduanya sedang temu kangen. Bahkan tanpa sadar ada bocah lain yang datang menghampiri mereka berdua.

"Jungkook hyung, astaga.... aku terkejut. Hyung disini??"

"Ah, Hyun Soo... apa kabar, ya ampun ternyata kau semakin gendut eoh?"

"Yaaakkk aku kurusan hyung, pipi aku yang gendut tapi badanku sama saja."

"Berarti lambungmu pindah ke pipimu? Astaga benar-benar mengerikan aku tak bisa membayangkannya."

"Mana ada lambung pindah di pipi. Jungkook hyung banyak melihat fantasi, itulah mengapa banyak sekali korban anime."

Jutek dan suka cemberut. Karakteristik dari bocah dengan potongan rambut bundarnya. Menggunakan sebuah slayer di kepalanya, dan juga kaos belangnya. Apalagi celana pendek berwarna putihnya dengan sandal jepit berlogo pikachu yang ia pakai.

Nyaris saja Jungkook terpingkal jika dia tidak hafal dengan sikap bocah yang suka mengambek tersebut. sadar diri, jika ia tidak ingin membuat bocah itu lebih cemberut membuat Jungkook mengibaskan tangannya. mengajak namja mungil itu mendekat, hafal bagaimana tingkah namja kelinci itu jika membuju Hyun Soo membuat Hyen Bi turun dengan segera. Tak lupa memasukan kue biskuit ke dalam plastik yang telah disiapkan sang mama. Dengan menghitung jumlah biskuit tiga kali tentunya, lantaran bocah tersebut takut jika makanan yang ia bungkus kurang atau kelebihan.

Sementara Hyun Soo? Jangan ditanya bocah itu berlagak kuat. dengan cara duduk di bangku, bermaksud duduk disamping Jungkook yang nyatanya kaki kecil itu tak dapat mencapainya. Sampai membuat desahan ah uh khas bocah yang mengandung kesulitan. Si baik Jungkook bergerak untuk membantunya, oh... ternyata bocah yang masih memakai popok itu masih sama.

Sama, sebelum ia pergi meninggalkan panti. Menurutnya adik kesayangannya manja dan menggemaskan. Tak apa, justru Jungkook suka.

.

...........................

.

"Jieun? Kau masih menunggunya?"

Ada dua orang gadis. Duduk di salah satu batu dekat pohon yang rindang. Memakai handuk di leher mereka, dengan banyak keringat yang keluar dari tubuh mereka. Sepertinya mereka habis berolahraga. Terbukti dengan adanya sepeda juga botol air mineral di keranjang mereka.

"Memangnya sekarang jam berapa Wen?"

"Pukul 11.00 siang, hei kita sudah dua jam disini. kau yakin akan menemukannya disini?"

Saat sahabat kecilnya bertanya, justru jawaban seakan menggantung yang dia berikan. Ia bingung menjawab apa pada Wendy. Pasalnya seseorang yang ia tunggu juga belum datang. Mungkinkah pertemuan itu hanya kebetulan. Sejujurnya ia juga bingung kenapa harus melakukan hal seperti ini. menunggu seseorang hanya untuk mengembalikan sapu tangannya. padahal, orang yang menolongnya juga ikhlas memberikan padanya bukan?

Ah, tidak... bagaimanapun barang yang ia pinjam harus ia kembalikan. Bagaimana kalau sapu tangan yang ia bawa justru lebih dibutuhkan orang tersebut. oh, membuat pusing saja.

"Ayo pulang aku harus membantu ibuku berjualan. Kau tahu? ibuku galak."

"Bisakah kita menunggu lima belas menit lagi?"

Jieun memohon, ia hanya ingin memastikan jika memang benar orang tersebut tak lewat disini.

"Oh ayolah Jieun. Ini sudah siang, orang itu juga tak mungkin lewat. Kita sudah disini dua jam lamanya. Anggap saja sapu tangan itu hadiah untukmu karena kau terjatuh dan kakimu terluka."

"Yaaakkk kau meledekku? Kaki terluka bukan hadiah tapi musibah. Kau ini..."

"Kalau begitu ayo pulang, aku sudah lapar dan aku bau keringat. Kau ingin aku dimarahi ibuku karena tak pulang membantunya? Dia bisa cerewet dan memotong uang jajanku."

Wendy merengek, bahkan ia menarik tangan Jieun agar segera pulang. Sudah mati kebosanan rupanya, ditambah tak ada tanda-tanda yang diharapkan Jieun. Jadi kenapa harus menunggu penuh ketidakpastian. Rasanya melelahkan jika kalian tahu.

Berlangsung sedikit lama, dan rengekan Wendy semakin bertambah. Terpaksa dengan berat hati Jieun menurutinya. Tapi disisi lain ia juga tidak enak hati pada sang sahabat. Tak seharusnya dia memaksakan kehendak pada temannya, jika nyatanya banyak urusan yang memang diselesaikan.

Sampai akhirnya dua gadis cantik dengan tinggi badan hampir sama itu mengayuh sepeda mereka. Dan salah satu kaki dari kedua gadis cantik itu, terbalut akan perban. Perban yang dibalut oleh seseorang.

Pemilik sapu tangan berwarna biru laut.

Tanpa menyebut namanya pun, kalian sudah tahu kan?

........................

.

.

Waktu terus berjalan, matahari yang tadinya meninggi kini perlahan turun. Sesibuk apapun manusia, akhirnya jam menunjukan pukul akan usai. Membuat semangat tersendiri bagi mereka yang sadar jika waktu pulang telah tiba.

Tak terkecuali dengan dia...

Bos yang terkenal dingin dan jutek. Jarang tersenyum, terlalu tegas, dan setiap ucapannya mengintimidasi dan mencekik karyawannya. Tapi, anehnya jarang ada karyawan yang meminta untuk mengundurkan diri.

"Yoongi, eomma ingin berbicara padamu."

Kedatangan Shi Hye sang ibu tak membuat Yoongi bereaksi seperti kebanyakan. Jika biasanya ada orang tua mereka yang datang, pasti ada rasa terkejut sekaligus berdiri dengan hormat. Atau lebih baiknya sapaan.

Hanya saja....

Tidak untuk Yoongi.

Dan sang ibu memaklumi tabiat sang anak.

"Apa yang ingin eomma bicarakan?"

Walau serius, Yoongi tak sekejam itu. ia bahkan mempersilahkan sang ibu duduk, dan berjalan menuju salah satu lemari pendingin. Bermaksud hati untuk memberikan suguhan pada sang ibu dengan minuman instan.

"Yoongi, bagaimana kalau kau membantu eomma."

Sang ibu mengulas senyumnya. Wajah cantik seakan tak pernah keriput itu adalah bukti segalanya. Bahwa bahagia itu menguntungkan.

"Bantuan apa?" Yoongi memilah minuman dingin di depannya. mendengarkan apa permintaan sang ibu, bisa dibilang ia sulit jika menolak permintaan wanita yang melahirkannya. Kecuali, beberapa hal yang sudah masuk daftar listnya.

Sang ibu sedikit ragu, tapi dia sudah memantapkan diri untuk mengatakannya. Jika ia ingin sang anak menjadi lebih baik. Ia tahu jika sang anak akan tetap menurutinya walau ada perdebatan di kemungkinan.

"Daftarkan Jungkook di sekolahmu dulu, bisakah kau lakukan itu?"

"....."

.

.

Yoongi terdiam, tangannya yang terlanjur masuk dalam lemari pendingin hanya bisa mencengkram sebotol teh melati yang baru saja ia pilih. Meragu... dalam dirinya. Mengesalkan dalam batinnya, emosi dalam pikirannya. Bercampur satu menjadi lebur.

Kesal dengan nama yang baru disebutkan sang ibu. Membuat suasana hati seorang Min Yoongi seakan ambyar dan dongkol.

"Kau bisa membantu eomma kan?"

Memastikan sesuatu, sang ibu bertanya. Sedikit melirik apa yang dilakukan tangan sang anak yang hanya terdiam di dalam sana. Walau sang ibu sudah bertanya, tetap saja tak ada jawaban. Membuat sang ibu memanggil nama anaknya.

"Yoon?"

"Aku sibuk eomma, besok aku akan mengunjungi pabrik tekstil yang ingin bekerja sama dengan kita."

"Biarkan eomma yang mengurusnya, kau lakukan perintah eomma."

"Tapi eomma??!!"

"Min Yoongi, ini perusahaan eomma. Biar eomma menjalankannya besok, berikan saja data perusahaan itu. eomma akan mengecek dan kau daftarkan Jungkook ke SMA mu dulu, suka atau tidak eomma akan menyuruhmu kesana besok."

Sang ibu berucap tegas, ia akan memaksa sang anak mulai saat ini. tak peduli dengan wajah kesal dan kecewa namja dengan kelopak sipitnya tersebut.

"Eomma??!!"

"Kau berani membantahku nak?! kau masih anakku, dan eomma mengajarkanmu apa itu tanggung jawab!"

"Tapi kenapa harus dia?!!"

"Karena Jungkook adalah keluarga kita. Dia sekarang adikmu dan anak eomma. Jangan membantah Yoon, turuti saja kata eomma. Daftarkan dia, bilang pada gurumu dia memakai marga kita dan masukan dia dalam kelas terfavorit."

"Apa??!!"

"Jika kau membantah eomma, akan mencabut seluruh asetmu."

"Eomma??!!"

"Pilihan ada ditanganmu Yoongi. ya atau tidak... pikirkan bagaimana kehidupanmu besok tanpa aset barang yang eomma cabut."

Yoongi melongo, untuk pertama kalinya sang ibu mengancam. Seperti tak ada kata main-main dalam nada bicaranya. Kemarin sepertinya ibunya juga mengancam hanya saja, kali ini terdengar beda. Sangat tegas dan lugas. Oh... yang lebih buruknya sang ibu juga membawa kartu kreditnya. Sejak kapan sang ibu mendapatkannya? Apakah ibunya seorang ahli sulap.

"Jam Tujuh kau harus segera siap. Eomma pergi dulu, untuk mencarikan kebutuhan Jungkook. ingat Yoon, jika kau tak menurut. Mobil kesayanganmu dan seluruh rekeningmu eomma cabut."

Final sang ibu, yang disertai senyuman kemenangan.

Sadar dan tahu jika sang anak sesungguhnya masih membutuhkan aset rumah juga isinya. Membuat sang ibu itu mudah membuat ancaman. Walau sesungguhnya ia tidak tega, hanya saja ini permainan agar anaknya jera dan bisa mengenal Jungkook lebih dekat.

Strategi bagus bukan?

Yang pada dasarnya ini adalah ide briliant dari sang adik. Membuat Shi Hye, tersenyum senang di balik pintu ruangan miliknya. Membayangkan wajah Yoongi yang frustasi dan kesal ada kesan tersendiri yang lucu.

Juga...

"YAAAAAKKK SIALANNN!!!!"

Teriakan dengan umpatan kekesalan dari seorang Yoongi yang membuat sang ibu terkekeh.

Dia tahu kalau sang putra sudah kesal dengan wajah bak udang rebus.

.............................

Tbc...

Ketemu lagi dengan saya. Hehehe semoga gak bosan lihat dialog saya yang singkat ini. ehe... oh ya bagaimana puasa kalian? Apakah masih lancar atau udah ada yang bolong. Hayooo... jujur karena ini bulan ramadhan hehehe....

Btw ini hanya cerita fiktif belaka jangan anggap ini sebagai nyata. Karena tugas aurthor hanya menghibur kalian dalam tulisan receh saya, ehe.

Apakah kalian cukup terhibur dengan chapter ini. menurut kalian bagaimana?

Jika kalian berkenan bisakah kalian membagikan vote dan membagikan komentar kalian mengenai chapter ini?

Maaf ya kalau kemungkinan cerita ini membosankan. Author bikin alur seperti ini agar bisa nyambung dengan chap selanjutnya. Dan semoga kalian gak timpuk author karena banyak alasan muehehehe.

Terima kasih karena telah mampir dalam fanfic ini. semoga tidak ada kata bosan dalam kamus kalian, ehe.

Thank you and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro