Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 1 : House Of Card

"Temukan kebahagiaanmu, meski hal itu membutuhkan waktu yang lama..."

-Park Jimin-

(Flashback **** ON)

(Author **** POV)

Tak selamanya hidup itu indah.

Tak selamanya hidup itu akan menyenangkan.

Terkadang akan ada rasa tak menyenangkan dan menyedihkan.

Dunia berjalan dengan selarasnya.

Dengan waktu yang telah tertulis oleh tangan Tuhan,

Dan juga sebuah takdir....

Sama halnya dengan sekarang....

"Jimin..."

Suara berat dengan tepukan pelan di pundaknya, membuat namja dengan rambut hitam juga pipi yang dulunya tembam yang kini mulai mengurus.

Kelopak bawah mata yang mengantung, bagaikan mata panda. Bibir yang memucat dan kering, tak ada lagi bibir kenyal berwarna cherry. Tubuh yang dulunya terlihat gendut dan berisi kini menyisakan sebuah kulit dengan tulang, badan yang terlihat kurus di balik baju sweater hangat yang ia gunakan tepat di musim semi ini.

"Hyung..."

Tersenyum, hal pertama yang ia tampilkan. Seakan senyumnya memudarkan keadaannya saat ini. mematahkan bahwa dirinya sedang lemah dan sakit.

Tentu saja hal itu membuat seseorang yang memanggil dan menepuk pelan pundaknya ikut tersenyum.

"Maaf hyung terlambat, apa kau lama menunggu saeng?"

Raut penyesalan itulah yang dilakukan Min Yoongi, menatap sang adik yang menggelengkan kepalanya sembari mengatakan 'Gwenchana' dengan nada lirih, bahkan Yoongi pun yakin jika sebenarnya cukup sulit sang adik mengucapkannya.

"Tadi, ada banyak klien yang datang. Hyung tidak bisa mengabaikan mereka, kau tahu bukan perusahaan appa, banyak yang mengajak kerjasama."

Yoongi menyampaikan keluh kesahnya, atau lebih tepatnya curhat. Mengingat bahwa Jimin lah yang selalu menjadi pendengar setia seorang Min Yoongi. Meski kenyataannya banyak sekali cerita Yoongi yang terdengar membosankan, tapi bagi Jimin apa yang diceritakan sang kakak adalah hal yang paling sederhana untuk membuat harinya berwarna.

Bagi Jimin, menghabiskan waktunya bersama sang kakak adalah salah satu absen yang tak bisa dihindarkan.

"Kenapa hyung tidak mengusirnya saja?"

Jimin mengajak berbicara sang kakak. Melihat bagaimana penampilan Yoongi saat ini dapat Jimin tebak jika sang kakak sangat kelelahan apalagi....

Dapat Jimin lihat kelopak bawah yang menghitam, saat Yoongi menampilkan senyumnya.

"Aigoo, kau ini... kau ingin hyungmu dimarahi appa karena bangkrut? Lalu bagaimana cara agar kau sembuh, jika perusahaan bangkrut. Kau ini!"

Yoongi dirinya mengeluarkan protesnya, dia tahu jika sang adik memang sengaja menggodanya dan itu berhasil.

"Habisnya para klien itu jahat membuat hyung datang terlambat, apa hyung tahu? aku sampai habis beberapa episode acara kesukaanku."

Jimin mengurucutkan bibirnya, dan itu sukses membuat dirinya terlihat menggemaskan meski bibirnya terlihat pucat.

Jujur, Yoongi merasa gemas melihat tingkah sang adik dan justru dia mengusap acak rambut sang adik.

"Jangan kau tunjukan keimutanmu Jimin, atau akan banyak orang yang menculikmu saeng..." Yoongi mencubit kedua pipi sang adik. Merasa gemas meski yang ia rasakan pipi itu tidak setembam dulu.

"AAAA... AAAA HYUNG, SAKITTTT AIGOOO HYUNGGG..." tanpa sadar Jimin berteriak namun tidak sekeras biasanya, mengeluarkan protesnya. Mencoba melepaskan kedua tangan sang kakak yang mencubit pipinya. Tapi entah kenapa Jimin menyukai perlakuan Yoongi yang menurutnya menyebalkan ini.

"Ini hukuman untukmu karena terlihat menggemaskan, rasakan hahahaha..." Yoongi, dirinya tertawa lepas. Sesekali tangannya bergerak mencubit hidung bangir sang adik. Mencoba membuat sang adik kesal adalah hal yang paling ia sukai.

Jimin tak berhenti mengeluarkan protesnya, sesekali kedua tangan kurusnya menggapai sang kakak. Mencoba membalas perlakuan sang kakak, meskipun Yoongi berusaha menghindarinya. Membuat Jimin mau tidak mau menerima perlakuan usil sang kakak terhadapnya, tanpa ada balasan.

"Awas hyung, aku akan mencubit kedua pipimu yaaakkkk..."

"Hahahah coba saja, aku ingin melihat apakah kau mampu melakukannya." Yoongi menjulurkan lidahnya, mengganggu sang adik dengan ledekannya. Mencoba membuat Jimin yang sedang terduduk bersandar pada tempat tidur rumah sakit.

Tak bisa dipungkiri, bahwa Jimin dapat tertawa dan tersenyum dengan hal yang begitu sederhana. Dirinya yang sakit tak merasa sakit saat sang kakak datang dan menggodanya ataupun menemani dirinya.

Bahkan rasa sepi dan juga sesak yang sempat ia rasakan hilang begitu saja. Rasa sedih dan takutnya hilang begitu saja, saat namja yang berstatus sebagai saudaranya datang dan membawanya dalam sebuah kasih sayang antara seorang kakak dengan adik. Membuat Jimin menyadari bahwa masih ada orang yang sayang dan begitu peduli dengan dirinya, menepis fakta bahwa Jimin adalah orang yang sedang diuji oleh Tuhan dengan sakit yang ia idap selama ini.

Semangat...

Satu kata positif yang Jimin miliki.

Dan di depan matanya semangat itu berada.

"Hahaha, aigoo... kau ingin membalas hyungmu hem?"

"Hahaha hyung curang, kau selalu menghindar sini kau!"

"Hahaha tak akan, hyung tidak akan kalah darimu."

"Aishhhh.... Yoongi hyung mengesalkan..."

Tes...

Tes...

Tes...

.

Menetes...

Salah satu hal yang tak disadari, saat tetesan pertama, kedua dan ketiga telah sukses jatuh. Cairan basah yang terasa diantara dua lubang hidungnya menyadarkan dan membuat tawa keduanya bungkam. Apalagi...

"Akh...."

"JIMIN, ASTAGA! JANGAN BERGERAK HYUNG AKAN MEMBERSIHKANNYA!"

Yoongi, orang pertama kali yang merasakan kekhawatiran luar biasa. Kedua bola matanya sukses membola saat melihat cairan merah kental itu keluar dari hidung sang adik. Membuat kotor selimut yang menutupi pinggang sang adik.

Dengan gerakan cepat Yoongi mengambil sekotak tisu, membuat salah satu benda di atas meja itu terjatuh.

Ya... tentu saja. Yoongi merasa sangat gugup dan khawatir dengan keadaan sang adik. Hingga membuat tangan kanannya bergetar.

"Biarkan hyung yang membersihkannya."

Dengan telaten tangan putih itu bergerak, membersihkan darah kental itu. membuat tisu yang tadinya putih bersih beralih warna menjadi merah pekat.

Sementara Jimin?

Dirinya memilih diam, membiarkan sang kakak membersihkan darah mimisannya. Namun, kedua bola matanya tak lepas menatap wajah sang kakak yang khawatir.

"Hyung..."

Jimin memanggil sang kakak, dengan raut wajah datarnya.

"...."

Terdiam, Yoongi sedang fokus dengan apa yang ia lakukan.

"Yoongi hyung." suara lirih dan serak.

"....." Mati-matian Yoongi mencoba untuk fokus. Tak menjawab pertanyaan sang adik.

"Hyung kau mengabaikanku." Ucap Jimin parau. Apalagi Yoongi tidak menjawab panggilannya dan Jimin sangat tidak menyukai sikap sang kakak yang seperti ini.

"Jangan khawatir, aku janji tidak akan meninggalkan hyung."

Mengulas senyum, menatap antara yakin dan tidak. Binar kesedihan terpancar di kedua netra seorang Jimin. Melihat hal itu membuat Yoongi ingin menangis saja.

"Jimin..."

Tes...

Tes...

Jatuh sudah air mata itu, membuat kelopak sipit itu sembab. Apalagi tangan kanannya berhenti untuk bergerak membersihkan darah yang menetes dari hidung sang kakak.

"Aku pasti sembuh kan hyung? Aku yakin jika aku akan sembuh."

Tes...

Tes..

Bukan hanya air mata Yoongi saja yang jatuh, kini air mata itu juga jatuh dari kelopak mata Jimin.

"Ne, Jimin... hikksss... kau pasti sembuh hikksss... kau pasti sembuh. Hyung akan mengerahkan semua dokter untuk menyembuhkanmu hikksss... hyung janji akan membuatmu sembuh hikkksss... Jimin."

Bergetar sudah tangan putih bagaikan susu itu, begitu pahit saat menghadapi kenyataan bahwa melihat keadaan Jimin, dan vonis yang di tetapkan dokter. Menyadari bahwa semakin parah dan sakit yang dirasakan Jimin. Pasti sangat berat....

Jika mampu Yoongi ingin menggantikan posisi Jimin, tak peduli jika dirinya yang harus menerima semua rasa sakit yang diidap oleh adiknya. tapi... justru dengan tega takdir memberikan ujian berat pada adiknya.

Yoongi berpikir apakah Jimin mempunyai kesalahan di masa lalu, hingga membuat sebuah penyakit mematikan harus hidup di dalam tubuhnya. Membuat tubuh sehat sang adik terlihat begitu menyedihkan dan menyedihkan seperti sekarang.

"Hikksss.... hikksss.... Jimin, aku... hikksss.... Jimin..."

Tertunduk, menangis dan bergetar lantaran isak tangis yang membuat dirinya tersenggal. Tangan yang sempat membersihkan noda itu perlahan turun, tergantikan dengan pergelangan tangan yang telah di pegang oleh tangan sang adik.

Perlahan namun pasti Jimin dia...

.

.

.

Grep...

.

.

"Ikhlaskan aku hyung, jika suatu saat aku pergi. Aku yakin kau akan mendapatkan kebahagiaan meski itu membutuhkan waktu yang lama."

Memeluk dan menepuk punggung sang kakak, menjatuhkan dagunya di atas pundak sang. Mengulas senyum yang begitu tulus diantara bibir pucatnya. Dan ada satu fakta yang tidak diketahui Yoongi, yaitu...

Ada air mata seorang Jimin yang jatuh.....

"Gomawo hyung..." bisikan lirih yang begitu menyakitkan, apalagi bisikan itu dikatakan oleh seorang Park Jimin.

.

Apakah itu akhirnya....

(Flashback ***** OFF)

......................................................

2018

PRAANKKKKKKK!!!!

"APA YANG KAU PIKIRKAN SIALAN! SIAPA KAU YANG BERANI MEMBERSIHKAN SWEATER ITU, HAH!!!?"

Teriakan yang begitu mengerikan, nada kemarahan yang begitu kentara. Setelah dengan keras Yoongi membanting vas tepat di sampingnya.

"KAU TAHU SWEATER ITU SANGAT BERHARGA, SIALAN! BERANINYA KAU MENCUCINYA. APA KAU INGIN AKU MENGHAJARMU, HAH!!?"

BRAKKKKKK!!!

Satu dorongan kuat dan itu sukses membuat namja di depannya merasakan sakit saat punggungnya menabrak meja di belakangnya. Bahkan bibirnya sempat ia gigit menahan nyeri.

"Ak..aku tidak tahu, sungguh... Akh... maafkan aku hyung. aku hanya ingin membersihkannya, karena ku lihat baju itu kotor dan bau." Jeon Jungkook, dirinya susah payah menjelaskan niat baiknya. Memegang lengannya yang mungkin saja membiru setelah menubruk meja di belakangnya.

Yoongi tidak bisa menahan emosinya, kalut sudah pikirannya. Berjalan dengan cepat menuju namja dengan gigi kelincinya.

"Jeon Jungkook!!! hak apa kau?!"

Mengacungkan jemari di depan mata yang berkaca ketakutan itu, tanpa melawan ataupun berniat menjawab lantaran ketakutan telah memenuhi pikiran namja dengan marga yang masih ia sandang.

"Yoongi hyung, maafkan aku. Aku..."

"jangan berharap kau bisa menggantikan posisi adikku Jeon, sampai kapanpun... sampai kau mati sekalipun, kau bukan dongsaengku!!!"

Tes...

Tes....

Tes....

"Yoongi hyung, tapi eomma bilang aku..."

"JANGAN HARAP!! SAMPAI KAPANPUN KAU BUKAN ANGGOTA KELUARGA INI. KAU HANYA ANAK YANG DIAMBIL DARI PANTI!!!"

Tes...

Tes...

Hancur...

Sakit...

Perih...

Sesak...

Dan air mata...

Semua lengkap dalam diri Jungkook. meremat dadanya yang terasa sangat sakit, apalagi mendengar bahwa dirinya hanya berstatus sebagai namja beruntung yang diambil dari sebuah panti.

Apalagi, melihat tatapan tajam dari seorang Yoongi.

"Jimin lebih baik darimu, kau paham!!!!"

BRAAKKKKKK...

BRUKKKK....

Dengan kasar Yoongi menendang kursi di sampingnya, membuat benda pakai tak berdosa itu jatuh dengan tidak elitnya. Membuat Jungkook ketakutan luar biasa.

Jujur saja...

Inilah yang ditakuti Jungkook, selama dua bulan dirinya mengenal Yoongi.

Dua bulan juga Jungkook tak pernah absen dengan apa itu takut, dan air mata. Kebahagiaan yang dijanjikan oleh ibu barunya. Kasih sayang yang ia harap dari seorang saudara pun tak ia dapatkan. Yang ada hanyalah....

"Kau bodoh Jungkook, kau hikkkssss.... hikksss... hikksss..."

.

.

Apakah besok lebih buruk lagi?

Mengingat bahwa...

Tak ada kata menerima dari kamus seorang Min Yoongi untuknya.

Haruskah Jungkook tetap bertahan?

Mampukah?

.

"Kau tak pernah memberikan kesempatan untukku hyung, apakah aku harus berhenti berjuang?" berharap hatinya masih sabar dan sanggup.

Ya, semoga....

.................................

Tbc...

Hai semua maaf sepertinya aku sudah terlalu lama absen di dunia orange ini. maaf membuat kalian lama menunggu, harap maklum karena real life lebih padat dari yang aku kira. membuat ide dan mood dalam menulis kadang naik turun, ditambah lagi laptop yang udah mulai dipakai untuk sekolah adek membuat aku harus mengalah :v

oh ya maaf kalau bagian ini chapnya gak ngefeel atau malah jelek, aku juga bingung sebenarnya karena ide itu yang muncul, tapi aku dah berusaha sebaiknya. semoga kalian suka.

jangan lupa vommentnya, semoga kalian tidak kapok mampir ke lapakku.

salam cinta hangat untuk kalian...

saranghae...

#el


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro