Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter I : Back to "Home"

Seminggu sudah gue kembali kerja di kantor baru gue di Jakarta. Setelah hampir dua tahun gue kerja di Singapore sebagai konsultan arsitek. Ketika gue merasa Singapore nggak lebih baik dari Jakarta, kakak tingkat gue menghubungi gue via Linked in dan over sebuah pekerjaan di perusahannya.

Setelah berhasil mengajukan resign, gue nggak mau buang banyak waktu dan memilih secepatnya kembali ke Jakarta. Yeah, Singapore mungkin lebih menjajikan secara finansial dan kualitas hidup, tapi bagi gue, Jakarta adalah rumah kedua gue. Di mana gue seperti disambut meriah ketika menginjakkan kaki di bandara Seokarno-Hatta sebulan lalu.

"How's Jakarta?"  Ryan—rekan kerja gue yang juga sahabat baik bos, menanyai gue di hari pertama kerja waktu itu.

"Nggak banyak berubah. Macet, hectic, but ... I love it."

Ryan tersenyum kecil dan meninggalkan gue sendirian di pantry kantor dengan kopi yang gue beli di dekat kantor.

Kembali ke Jakarta, membuat gue membiasakan diri untuk kembali menggunakan transportasi umum. Gue males banget naik kendaraan pribadi dan kejebak macet, membuat gue semakin emosi dan stress. Dengan transportasi umum, gue bisa berangkat lebih pagi dan tidur di sana.

Dibandingkan kereta, gue lebih suka naik bus. Gue sudah pernah merasakan betapa brutalnya kereta pagi, apalagi di stasiun-stasiun transit. Dengan bus, gue yang termasuk morning person, bisa lebih santai.

***

Pagi ini, Jakarta cukup mendung. Sejak semalam hujan mengguyur Ibu Kota, dan baru reda shubuh tadi. Ketika di cuaca kayak ini, sepertinya untuk sebagian orang meningglkan kasur adalah cobaan terberat, tapi gue, sudah terjaga sejak jam lima pagi dan nggak bisa tidur lagi. Kadang, gue iri dengan orang-orang yang bisa bangun siang bolong di hari libur, gue sekalipun itu libur, tetep kebangun jam lima pagi dan pandangan udah secerah matahari jam dua belas siang.

"Iya, Bu?" Menjelang weekend seperti ini, Ibu jadi rajin nelepon gue. Sejak balik dari Singapore gue belum pulang ke Bandung. "Harsa pulang Sabtu pagi."

"Kamu jadinya ngontrak apa ngekos?"

"Ngontrak bu, ada temen Harsa nawarin rumahnya yang kosong. Katanya dari pada ditempatin setan, mending Harsa aja yang nempatin. Setan pergi, dia dapet duit."

"Lhaaa, dipikir kamu tukang usir setan? Eh, Jakarta hujan nggak? Semalem di Bandung Hujan terus, ini sekarang dingin banget! Adekmu sampai nggak mau mandi berangkat sekolah tadi."

"Hahahaha, dia mah, mandi nggak mandi juga tetep akhirnya bau matahari." Ledekku. Ibu tertawa renyah di sebrang. "Udah ya Bu, Harsa mau berangkat! Takut ketinggalan bis! Assalamualaikum!"

Yap, itulah kenapa gue menyebut Jakarta sebagai rumah kedua gue. Rumah pertama gue, di Bandung. Tempat keluarga gue dan ... cinta pertama gue.

Gezzz, gila!

Cuaca kayak gini emang bikin gila!

Sedikit cerita, gue kenal dia waktu SMA. Kita hampir satu ekskul di Paskibra. Gue nggak ngerti kenapa dia tertarik Paskibra walaupun untuk ukuran tinggi badan, dia nggak masuk di kriteria. Ajaibnya, dia lulus seleksi! Kata Pembina gue, walaupun tinggi badan dia nggak memenuhi syarat, tapi gerak dan sikap dia sempurna banget.

Seleksi pertama sih, dia lolosnya. Di seleksi selanjutnya, karena Paskibra sekolah gue ketat banget, dia gugur. Sebagai senior yang ikut nyeleksi dia, gue tertarik banget sama sikap dia, dan selalu gue perhatiin. Waktu itu, gue inget banget wajahnya yang memerah siap menangis karena gagal gabung ekskul Paskibra.

Waduh, kenapa gue makin ngelantur ceritanya?

Ckckck, gini nih, kenapa gue nggak suka hujan di pagi hari. Selain bikin basah, bikin gue keinget dia.

Jikalau telah datang waktu yang dinanti
Ku pasti bahagiakan dirimu seorang
Ku harap dikau sabar menunggu...

Woww!! Kayaknya pagi ini semesta sedang berkonspirasi bikin perasaan gue jadi ... kacau. Gue dulu benci banget lagu Naif ini, karena hampir setiap hari dia dengerin. Bener kata orang, kita nggak boleh benci banget terhadap seseorang atau sesuatu, akhirnya malah jadi sering di dengerin sekarang.

Lagu Jikalau yang dinyanyikan oleh Naif selalu gue selipin di setiap playlist lagu yang gue bikin di spotify. Terus kalau dengerin playlist seringnya gue shuffle. Nah, biadab banget nih, ini lagu keputer pas gue udah duduk di bus dan pandangan gue terarah pada kaca bus yang berembun karena gerimis kecil perlahan mengguyur.

Well, good morning Jakarta!

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro