Rumah Susun Kosong: Tidak Jelas Chapter ini
Jam 3 sore, keluar seekor badut dari kandangnya, kepalanya menengok ke kiri dan kanan memastikan keadaan sekitar aman, sosok badut itu berjalan ke kamar nomor 060, mengetuk pintu berwarna pink bergradasi biru, setelah diketok beberapa kali keluar laki-laki berambut pink seleher lurus seperti habis catok tiap hari.
"Ada apa Kak Famin?"
"Domina, mau bantu kakakmu ini ambil petasan yang aku kubur di belakang rumah ga?"
Dahi Domina mengkerut, sepertinya kakaknya ini akan melanggar peraturan yang Orter buat, Domina tidak ingin ikut-ikutan menjadi kriminal, tetapi kalau menolak permintaan Famin juga tiada guna, Domina akan diseret paksa sampai tempat tujuan.
Beberapa menit kemudian bisa ditebak apa jawaban yang Domina pilih adalah tidak tetapi kini dia sedang berdiri di atas tanah, tepatnya di belakang rumah susun, dia menjadi pengawas.
"Kayaknya taraweh hari ini bakal penuh suara kembang api ...." Domina menghela nafas.
"Orter kagak ada kan?"
"Engga ada, kayaknya pergi kerja ... mungkin."
"Kalian ngapain di belakang sini?"
Tiba-tiba saja muncul Kaldo memakai hakama kendo, tangan kanannya menggenggam pedang kayu, senyum lebar menghiasi wajahnya.
"Kembang api ya? Jangan-jangan Famin berniat untuk bikin ribut di depan mesjid eh?"
Domina menengok pada kakaknya, kelihatannya kakaknya ini tidak akan menyerahkan kembang api yang ditangannya itu pada Kaldo, dia tidak ingin diikut sertakan dalam hal seperti ini, mending dia ikut serta ngurus buka bersama satu RT.
"Kak! Domina pergi, harus ngurus temen-temen Domina di kamar dadah!"
Setelah itu yang terjadi adalah sesi penghakiman ke pelanggar peraturan dimulai.
----
Sudah lama kita tidak kembali ke lokalAU ini, pasti kalian sudah kangen rencana lima sekawan kali ini kan? Kalau tidak mari kita melipir ke Visioner Suci--gamau? Yaudah, kita fokus ke lima sekawan aja yak, kalau itu yang kalian inginin, adek kita yang paling kecil banyak fansnya ya Bang Doom.
"Baca aja itu naskah Deli."
Iya, iya--EHEM, narator kali ini gua, Delisaster yang pernah dibilang tai ngambang nomer 4 sama si titisan jinchuriki ichibi di chatfic. Lupain perkenalan gua tadi, kita intip kamar adek bungsu gua.
"Mash-chan, hari ini mau buka puasa pake apa~?" Lemon.
"Kue sus." Mash.
"Gimana kalau martabak? Udah lama." Finn.
"Mending kurma, sehat." Lance.
"Mending bolos taraweh aja gak sih?" Dot.
Empat pasang mata tertuju ke si landak merah gajelas, keempatnya menyipitkan mata seakan mempertanyakan maksud dari si landak ngomong seperti itu padahal harusnya sudah tau konsekuensinya seperti apa, yang waktu itu bolosnya belum kesampean sih, masa ni landak merah keukeuh banget mau bolos taraweh, gua aja ketauan minum dikit langsung disuruh ngepel satu rusun, cuih.
"Dot-kun, kenapa ingin banget bolos sih?" Finn.
"Lu kek mau caper sama tuh pemilik rinnegan kuning." Lance.
"Jangan ngajak berantem Kak Orter." Lemon.
"Tapi kayaknya asik." Mash.
Sekarang Mash ikutan, Dot pun dituduh sebagai pembawa kesesatan dalam grup.
"Jangan dengerin landak gajelas ini." Lance.
"Iya, Mash-chan itu anak baek-baek." Finn.
"Aku gamau kena hukum." Lemon.
"KOK GITU SIH?! Gak asik banget." Dot.
"Kan kalo ketauan baru kena hukum." Mash.
Dot mengangguk mantap. "Iya, kita kena hukum kalo ketauan aja, kalo engga ketauan ya gabakal."
Ctak, ctak, ctak, dengan brutal Lance, Lemon dan Finn menyentil dahi Dot sebagai tanda kekesalan mereka karena sudah membuat Mash kepikiran untuk bolos taraweh. Teman itu membantu ke jalan yang benar bukan ke jalan yang sesat.
"SAKIT! Dahi gua nanti bengkok ke dalem gimana?!"
"Bodo amat." Lance.
"Makanya jangan ngotorin pikiran Mash-chan." Lemon.
"Itu akibatnya bikin Mash mikir buat bolos." Finn.
"Aku cuman bilang asik." Mash.
Dot membuang muka sambil cemberut.
Mereka berlima kembali tidak ada kerjaan, lagi engga ada kerjaannya, pintu kamar Mash terbuka, ternyata itu adalah adik kesayangan Lance. Gadis berumur 12 tahun itu berjalan menghampiri Mash, menarik-narik tangan Mash.
"Ada apa Anna?"
"Bikin kue sus buat buka puasa."
"Boleh gak sama Lance-kun?"
Anna melihat pada kakaknya dengan wajah imut, otomatis Lance jatuh tak sadarkan diri dengan darah menetes dari hidung dan mulutnya. Yang lain melihat itu menggelengkan kepala pelan.
"Tuh boleh sama kakak, ayo Kak Mash!"
"Lance-kun belum bilang apa-apa ...."
Mash pun ditarik keluar kamar oleh Anna, sisa Finn, Lemon dan Dot yang masih sehat. Ketiganya diam, terus saling liat-liatan. Tiba-tiba Dot memiliki sebuah ide.
"Main rumah tangga yuk."
"Hah?"
Tangan kanan Finn mengepal erat, tangan kirinya memegang tangan kanan, menahan gejolak emosi di dalam diri. Kekerasan itu gak boleh.
Finn menarik nafas. "Ular tangga ...."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro