Rumah Susun Kosong: Permintaan Tante Margarette
Finn menghembuskan nafas panjang sembari menaruh ponselnya di kasur, suara isakan keluar dari mulutnya, meratapi nasib, lagi-lagi tertimpa kesialan, kalau menolak pasti dirinya yang akan dalam bahaya. Sepertinya Finn harus segera ke lantai 10. Finn bangkit berdiri dari kasur,mengambil ponselnya dan segera keluar kamar, sebelum ke Lantai Orca Finn mengunci kamarnya terlebih dahulu, kunci kamar dengan gantungan kue sus dari Mash.
Finn mengepalkan kedua tangannya dan diangkat setinggi dada. "Aku pasti bisa, Pacho-kun itu baik tapi menyeramkan," gumamnya smebari menganggukan kepala.
Setiap langkah yang Finn buat, hati dan otaknya terus berusaha untuk meyakinkan diri sendiri bahwa ini cuman permintaan tolong biasa, dia tidak akan menjadi tumbal proyek atau sejenisnya, semua penghuni rusun ini baik, cuman teman satu sirkelnya aja suka tidak tahu diri dan tidak mau membantunya.
"Ah ... udah nyampe ...."
Finn terkejut dia berhasil berada di lantai 10, di depan pintu kamar Carpaccio, tangan kanannya gemetar, takut untuk memutar knop pintu.
"Langsung buka aja nih?"
Finn memutar knop pintu, lalu mendorongnya ke dalam. "Permisi, Pacho-kun ...?" Finn melangkah masuk pelan-pelan sambil melihat ke sekeliling ruangan.
Finn tidak mengerti mengapa kamar ini sangat gelap, tak ada satu pun lampu yang menyala, jendela terhalanagi tirai warna coklat, dan di lantai sangat berserakan buku-buku, kertas HVS, sampai pulpen. Finn menggumamkan kondisi kamar yang sangat mengerikan di matanya itu. Finn berjongkok, lalu mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan menjadi satu, buku-buku yang terbuka di tutup dan ditumpuk, pulpen beragam warna dikumpulkan juga dan ditaruh di atas buku yang sudah ditumpuk di dekat lemari.
Finn sangat fokus membersihkan barang-barang di lantai, tidak sadar pintu kamar yang terbuka perlahan tertutup. Cklek, suara pintu yang tertutup membuyarkan fokus Finn, tubuh Finn membeku.
"Aku tadi belum tutup pintu kan? Masa angin yang nutup hahaha ...." Tawa renyah keluar dari mulutnya, masih berusaha untuk berpikir positif, sayangnya pikiran positif itu hancur saat sadar jendela tertutup rapat dan masih tertutup tiri coklat, tidak mungkin ada angin masuk sampai menggerakkan pintu.
"Siapa yang berani masuk ke dalam kamarku? ...."
Badan Finn sudah gemetar takut, tanpa harus menengok, dia sudah tau itu siapa. "Maafkan aku ... aku disini cuman karena disuruh Tante Margareth ...."
"Oh begitu ya, kalau begitu terserahmu."
"Eh?"
Setelah itu lampu menyala, Finn kaget bukan main ternyata kamar ini benar-benar mengerikan, Finn mengerti sih, mengetahui kebiasaan pemilik kamar ini yang mudah tenggelam dengan kegiatan yang sedang dilakukannya sampai lupa makan dan minum.
"Anggap saja kamar sendiri, terima kasih udah mau beresin, kamu membantuku."
"Iya ... sama-sama ...." Finn bangkit berdiri, lalu membalikkan badannya.
"Jadi kamu ke sini mau apa?"
"Masak ...."
Carpaccio menumpu dagu. "Jadi tante itu nyuruh kamu masak untukku?"
"Iya, Pacho-kun ingin makan apa?"
"Apapun yang kamu masak, aku akan makan."
"Baiklah ...."
Finn berjalan agak takut menuju dapur, matanya tak berhenti melihat pada Carpaccio, mau berapa kali pun bertemu, rasa takutnya selalu muncul, padahal Carpaccio tidak semenakutkan yang ada di bayangannya.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu?Tenang aja, semua bahan makanan ada di kulkas, kalau ada yang kurang aku akan belikan."
"Baik ...."
"Finn."
"Ya?"
"Gapapa."
Percakapan berhenti sampai di situ, selanjutnya Finn hanya perlu fokus untuk memasak, Finn membuka pintu kulkas, matanya berkedipsaat melihat kulkas yang penuh dengan bahan makanan, sangat lengkap, tertata rapi seakan tidak pernah disentuh, mungkinkalau botol berisi air dingin masih tersentuh, Finn bisa melihat sidik jari di dinding botol.
Setelah 1 menit melihat ke dalam kulkas, Finn memutuskan untuk membuatkan sup hangat, takutnya perut Carpaccio benar-benar kosong, kalau tiba-tiba makan makanan berat perutnya akan kaget.
"Finn jadi kamu mau masak apa?"
"AAAHHH!" Finn berteriak tiba-tiba mendengar suara Carpaccio dari belakangnya, sangat dekat.
"Maaf, menganggetkanmu."
"Ti ... tidak apa ...." Sebuah helaan nafasdihembuskan dari mulut. "Aku mau bikin sup."
"Sup apa?"
"Pacho-kun ... suka sup sayur biasa atau krim sup?"
"Apa aja, aku suka semua makanan yang dimasak Finn."
Itu bukan jawaban yang dibutuhkan Finn saat ini, hatinya menangis karena bingung.
Finn mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat sup dari kulkas, Finn melirik ke belakang, Carpaccio tengah melihatnya. Baru kali ini Finn merasa berat untuk masak sesuatu.
Finn berusaha dengan keras utnuk mengabaikan tatapan Carpaccio yang untuknya seperti menunggu waktu yang tepat untuk menikamnya dari belakang. Pertama-tama, Finn akan memotong wortel, setiap kali Finn memotong wortelnya, hasilnya besar-kecil tidak konsisten saking terganggunya dengan tatapan orang di belakangnya.
"Kalau begini pasti tidak akan enak supnya ... duh mati ak--Arghh!"
"Finn ada apa?"
"Keiris dikit pas mau motong baso."
"Sini lihat."
Carpaccio menarik tangan Finn paksa ke dekatnya. luka iris di ujung jari, mengeluarkan darah.
"Sakit?"
"Tidak ...?"
"Jangan berbohong, bersihkan lukanya, biarkan aku yang motong bahan-bahannya."
"G--GAK USAH! Pacho-kun duduk aja, ini gapapa kok, cuman luka kecil."
"Cepat bersihkan."
"I ... iya, baik." Finn menundukkan kepalanya dan memebersihkan lukanya di wastafel. Tidak butuh waktu lama untuk membersihkan darah di lukanya. Baru saja mengeringkan tangannya menggunakan tisu, Finn berteriak kaget melihat potongan kentang, wortel dan baso di dalam tiga mangkok berbeda lebih parah dari hasil potongannya.
"PACHO-KUN! AKU AJA YANG MOTONG!"
"Aku aja, nanti Finn terluka lagi."
"Tapi kan aku yang disuruh buat masak ...."
"Gapapa, Finn siapin kuah kaldunya aja."
Baiklah ... Pacho-kun, makasih."
"Ya."
Tak lama setelah itu Finn dibuat menjerit lagi saat melihat jari Carpaccio keiris, lukanya lebih parah dari Finn, jika Finn tidak menyadarinya mungkin ujung jari telunjuk Carpaccio beneran teriris sampai lepas.
"PACHO-KUN! KITA KE RUMAH SAKIT SEKARANG!"
"Aku ga ngerasa sakit jadi gapapa."
"GABISA GAPAPA! POKOKNYA KITA KE RUMAH SAKIT!"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro