Rumah Susun Kosong: Di Mesjid Al-Hidayah feat. Magia Lupus Syariah
"Bosen~ main kartu yuk," ajak Love sambil ngacungin kartu uno, dia sedang rebahan di karpet mesjid.
Love Cute, anak kuliah semester 4 jurusan bahasa, satu-satunya anggota perempuan di Geng ML Syariah, posisinya membawa informasi akurat tentang Mash(ila) Burnedead untuk Abel, senang memanggil Abyss dengan sebutan Mami Abyss, tidak suka sesuatu yang membuatnya lelah, terkadang main bersama Anna dan Lemon, teman berantemnya Wirth.
Milo merebut kartu Uno dari tangan Love dengan kasar lalu melempar kartu itu sembarang arah. "Apanya yang berkah kalo gini? Lu ngajak ngadem di mesjid cuman leha-leha doang."
Milo Genius, murid kelas 2 SMA yang pintar kimia, jarang mengeluarkan suara, bagian nyimak tapi kalau di grup chat lumayan aktif, tidak suka pada Rayne, sering ngobrol sendiri.
Anser ngangguk-ngangguk. "Iya, contoh Tuan Abel lagi ngaji di depan mimbar."
Anser Shinri, murid kelas 2 SMA yang biasa saja tapi agak narsis--tidak senarsis Ryoh, sangat menjunjung tinggi senioritas, sayangnya dia tidak bisa membuli orang-orang lemah di rusun, ada jam pasir berjalan yang siap menamparnya dengan sendal jepit selow kalau melanggar peraturan.
"Suara Tuan Abel sungguh indah."
Abyss Razor, ibunya Abel--BUKAN! Mungkin bisa dibilang sukarelawan yang rela mengasuh Abel sampe gede seperti itu dan sangat menghormati orang-orang sekitarnya, shipper garis keras Abel dengan Mash. Apapun yang menghalangi Abel akan dilenyapkan, tidak bisa dekat dengan Margareth--untuknya orang itu agak sesat karena sering memberikannya kerudung untuk dipakai, padahal Margareth tahu Abyss laki-laki.
"Terima kasih Abyss."
Abel Walker, auranya cukup unik diantara penghuni rusun lainnya, memiliki koleksi boneka di kamarnya, omongannya santun, wajah tampan, menyukai anak bungsu pemilik rusun, kata orang-orang, Abel adalah seorang pembuat boneka sekaligus dia suka menggelar pertunjukan boneka di hari tertentu.
Love memutar bola matanya malas "Lu berdua juga cuman ngomong doang, dasar dispenser sama susu shota."
Dahi Anser dan Milo kompak mengkerut, ejekan Love kena ke ulu hati masing-masing. Milo dan Anser pun menerjang Love, mereka bertiga pun berantem di dalam mesjid. Wirth memijit kening, cape menjadi yang paling waras di dalam geng syariah ini, Olore meditasi mencegah agar puasanya tidak batal karena teman segengnya yang selalu memancing emosi. Abyss? Abyss duduk di sebelah Abel, dia membantu Abel membuka halaman baru setiap sudah selesai baca dan membacakan terjemahannya juga.
Olore Andrew, murid SMA kelas 2, yang sangat tentram hidupnya, agak pemalu saat ngobrol dengan orang (selain anak-anak ML), bahasanya sopan, pokoknya penampilan dan dalemnya itu sangat beda, muka boleh serem tapi hatinya sangat helo kiti dan menghindari konflik. Paling sabar.
"Apa faedahnya sih kita di mesjid gini? Nunggu takjil gratis apa gimana? Gua ketauan kakak gua cuman goler-goler di karpet mushola bisa-bisa kena kepret sarung." Wirth cemberut, menyesal ikut ke mesjid, mending dia mengurus kopi lagi sebelum dimarahin kakaknya.
Wirth Mádl, pengangguran--membantu urusan bisnis kopi kakaknya, tulisannya bagus pake banget, agak emosian apalagi kalau sudah berhadapan dengan Love, tidak terlalu dekat dengan kakaknya tapi suka jadi tempat curhat kakaknya kalo lagi mode jatuh cinta sama kembang rusun.
"JANGAN JENGGUT RAMBUT GUA!"
"ELU JUGA BIASA AJA KALO NGEJEK!"
"TARIK KATA-KATA LU! GUA BUKAN SHOTA!"
Wirth membalikkan badan. "Olore, pulang yuk."
Tidak ada jawaban dari Olore, Wirth memasang wajah masam. Dikacang sama hiu botak, betapa sakitnya hati Wirth.
"Love, yang jadi imam taraweh siapa?"
Anser, Love dan Milo berhenti berantem.
"Menurut informan terpercaya, mas-mas yang matanya cuman segaris tok sret itu."
"Bacaan doanya panjang gak kaya kakak gua?"
Love menggeleng, "Menurut Kak Tsurara, mas-mas itu bukan tipe yang kaya gitu."
"Bagus deh kalo gitu," katanya dengan santai.
Love, Anser dan Milo kembali baku hantam.
Wirth merebahkan badannya ke karpet dengan kedua tangan sebagai batangan kepalanya, memandangi langit-langit mesjid dengan damai, baru saja memejamkan mata, dia harus bangkit dari posisi saat ini.
"Ternyata kalian yang ada di mesjid."
Perasaan Wirth sudah tidak enak, merasa merka akan dimanfaatkan karena bermalas-malasan di mesjid. Melihat kehadiran Kaldo di mesjid saat ini tidak mungkin membuat Wirth berpkir yang lain, menjaga konter pulsanya, misalnya. Apalagi Kaldo memberikan senyum lebar namun menyeramkan bagi beberapa orang.
"Aku ingin minta tolong sesuatu pada kalian," kedua matanya terbuka sedikit, memperlihatkan sepasang mata merah menyala miliknya, "ini permintaan dari Orter, anggap saja begitu. Kalian diminta untuk bagi-bagi takjil gratis yang sudah disiapkan Tsurara."
"Khhh ... kakak ya ...."
"Semoga kalian bisa melakukannya dengan baik."
Anser mengacungkan tangan. "Kalau ga baik gimana?"
Seketika Love menyikut pinggang Anser, nanya begitu sama dengan nyari mati.
"Kalau takjilnya ga abis, imam taraweh hari ini bakal jadi Orter bukan aku, yang tidak ikut taraweh bakal kena hukum Orter."
Glek, Geng Syariah ini menegak ludah berbarengan, kata-kata Kaldo itu membuat mereka khawatir dengan masa depan hari ini, imam taraweh yang paling benar cuman tuan mereka seorang saja (menurut para anggota geng), yang lain tidak jelas dan banyak kongkalikong sama yang lai, bisa berubah mendadak juga diselipkan ancaman.
Milo mengacungkan tangan. "Boleh rikues yang jadi imam taraweh hari ini Tuan Abel aja?"
"Jadi kalian menolak melakukan tugas dari Orter?"
Kenapa chapter diakhiri dengan masalah imam taraweh lagi?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro