A/N:

Rayne (18) x Lang!Delisaster (18)

.

.

.

Rayne sedang berjalan-jalan keliling sekolah, tidak ada salahnya menggunakan waktu istirahat untuk jalan-jalan sambil iseng mengecek keadaan Finn. Saat-saat seperti ini Rayne merasa akan melihat apa yang tidak disukainya, sesuai dengan intuisinya baru sebentar berjalan menyusuri lorong Rayne melihat tiga murid dari Asrama Lang.

Tiga murid itu sedang ngobrol sambil berbicara. Salah satu murid Lang itu bertatap mata dengan Rayne, murid itu tersenyum lebar, murid itu bisa membaca ekspresi Rayne yang datar.

"Majime-kun, jangan pasang muka kaya gitu, aku cuman ngobrol sama mereka kok."

"Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan."

"Jangan pura-pura begitu." Delisaster mengucapkan pamit kepada dua pesuruhnya. "Kalian terserah mau kemana, aku akan pergi bersamanya."

Dua pesuruhnya itu melirik ke Rayne, mereka baru tau kalau Delisaster memiliki hubungan dengan salah satu Visioner Suci di Easton. Tanpa berkata-kata mereka berdua balik badan dan pergi.

"Mereka pergi."

"Biarkan aja, toh aku ingin nemenin majime-kun."

"Tidak perlu."

"Apa kita tetep harus sembunyi-sembunyi? Apa salahnya pacarmu ini menemani?"

"Berisik."

Tiba-tiba Rayne teringat akan sesuatu, adiknya pernah mengatakan sesuatu tentang menandai sesuatu yang penting. Tangan kanannya menggenggam tangan Delisaster. Delisaster terkejut, dia masih belum biasa dengan pergerakan tanpa aba-aba dari Rayne.

"Delisa, boleh aku lepas iket rambutnya?" tanyanya sambil sambil menunjuk rambutnya.

"Boleh-boleh aja ...."

Rayne berjalan ke belakang Delisaster, melepaskan ikatan rambut Delisaster sampai semua helaian emas kekasihnya itu tergerai bebas, sehabis itu Rayne mengambil ikat rambut berhiaskan boneka kepala kelinci. Rayne menyatukan semua helai rambut Delisaster menjadi satu, lalu dia ikat ke depan sebelah kanan, dia ikat rambut Delisaster menggunakan ikat rambut keinci warna pink.

"Bagus."

"Eh?" Delisaster melirik hasil ikatan Rayne. "Kamu bener-bener suka kelinci."

"Tambah cantik."

"Tidak usah memuji seperti itu ...."

"Aku serius, satu lagi." Rayne merogoh stiker dari dalam lengan jubahnya.

"Itu stiker? Untuk apa?"

"Penanda."

"Penanda?"

Rayne menempelkan stiker kelinci di wajah Delisaster.

"Ini apa ...?"

"Penanda kamu punya aku."

Delisaster diam beberapa saat, lalu wajahnya memerah, memalingkan pandangannya dari Rayne. "Iya ... aku milikmu. Sudah hentikan, jangan berkata seperti itu dengan muka serius gitu."