Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Meliadoul (Love) Clinic: Twin Rosequartz

A/N:

Beneran parodi Help Me Professor Kokonoe: Jin Kisaragi

.

.

.

Meliadoul sedang membersihkan tongkat sihirnya sembari bersenandung riang. Suasana kliniknya pagi ini begitu tenang, menenangkan, kepalanya yang pening karena berhadapan dengan pasien-pasien ajaib.

Senandung riangnya terhenti ketika mendengar pintu klinik dibuka, Meliadoul langsung melihat ke pintu dan wajah Meliadoul emdnadak pucat, melihat ada dua pasien yang masuk membuatnya bertanya-tanya soda apa dia sampai-sampai harus berhadapan dengan dua orang itu.

"Selamat pagi, Meliadoul-san."

"Kami di sini mau konsultasi."

"Maaf hari ini klinik tutup, mungkin bisa datang lagi minggu depan."

"Kalau kliniknya hari ini tutup tidak mungkin pintunya bisa dibuka."

"Seperti apa kata kakak, jangan bilang Meliadoul-san tidak mau kamu datang ke sini?"

Meliadoul bukannya takut sama mereka berdua ini, Meliadoul hanya ingin beristirahat sebentar, menghilangkan peningnya kepala setelah syuting seris ini, namun hawa dari dua orang in benar-benar tidak membuatnya nyaman. Yang kanan emang keliatan ramah tetapi keramahan itu pasti menutup sisi gelapnya, sementara yang kiri dari wajahnya keliatan judes tapi Meliadoul bisa merasakan kalau anak ini soft.

Meskipun begitu dua anak kembar ini memiliki kesamaan, mulutnya manis dan terkesan licik.

"Bukan begitu ...."

"Jadi Meliadoul-san bisa membuka sesi konsultasi untuk kami kan?"

"Saya mengerti, di sini aja gapapa kan?"

"Di mana pun boleh." Lovie.

"Kalau Meliadoul-san nyaman di sini aku tidak akan protes." Lévis.

Berbeda dari syuting chapter kemarin, Meliadoul kembali memunculkan buku yang dia colong dari meja sutradara, buku arsip berisi headcanon sutradara terhadap anak-anak mashle.

"Jadi apa yang mau dikonsultasikan?"

"Domina." Keudnya menjawab secara bersamaan.

Dahi Meliadoul berkerut, sesuai dugaannya, Meliadoul melihat ke mereka berdua secara bergantian. "Lovie dan Lévis ya? Kenapa sama anak sahabat saya itu?"

"Gapapa sih, aslinya kita disuruh ke sini gara-gara si anak mami itu, dia nyuruh kami ke sini, kalo kami ga ke sini kami dilarang nyentuh Domina," kata Lévis malas.

"Kayaknya kalian udah ngelakuin hal buruk."

"Ga kok, kami melakukannya dengan konsen kok." Lovie.

"Ya, kami cuman ...." Lévis.

Meliadoul reflek memakai penyumbat telinga karena tidak ingin mendengar kalimat yang membuat kepalanya sakit lagi, dia tidak ada urusan untuk mengurusi urusan ranjang anak orang, dia kalau bisa protes sama sutradara pasti seris ini udah tamat, syuting seris ini membuat kewarasannya sedikit demi sedikit hilang.

Inilah kenapa peran orang tua itu penting, gua tau gak nyambung tapi ... bapaknya si kembar ini ke mana?! GUA MAU TUTUP KLINIK INI SEKARANG JUGAK! jerit Meliadoul dalam hati.

"Gitu doang, si anak mami aja yang lebay."

"Dominanya juga lagi kena efek obat yang diramu sih jadi mau gak mau ...."

Meliadoul menghembuskan nafas berat, kepalanya pening bukan kepalang, pagi-pagi sudah disuruh dengerin penuh sensoran. Merasa mereka berdua udah selesai bicara, Meliadoul melepaskan penyumbat telinganya.

"Omong-omong soal Domina, Domina harus terus memiliki kekuatan sihir untuk hidup kan?"

"Iya benar, apa tidak ada cara untuk memberikan kekuatan sihir padanya?"

"Soal itu ... sebenernya bisa pake cara Delisaster kaya mensuntikkan darah duda ubanan satu itu, tapi saya tidak menyarankannya. Saya belum menemukan cara lainnya."

Tapi ada satu cara yang muncul di dalam otak cerdasnya itu, dia jadi ingin mengetes cara itu.

Meliadoul berdiri dari kursinya, mengangkat tongkat sihirnya tinggi-tinggi.

"Anti-Twin-Roses Core Unit:The Fifth Son, Domina Blowelive."

Tiba-tiba Domina berada di klinik, sebenarnya itu bukan sihir Meliadoul melainkan sihir teleport sobat janggut putih panjangnya.

Meliadoul menghembuskan nafas lagi, lalu menepuk pundak kiri Domina. "Aku mengerti badan kecilmu itu tidak boleh menerima 2 *** sekaligus, tapi ... aku lelah mendengar mereka, sekarang aku mengerti kenapa Charles capek ngadepin mereka."

"Eh?"

"Domina, ibu mau nyemil canele, gimana kalau kalian menikmati waktu bertiga, hehe."

"Waktu ... bertiga ...?" Domina melihat  ke arah dua kakak kelasnya, wajahnya memucat, pikiran aneh-aneh sudah mengisi kepalanya. "Dikit aja ya?"

Meliadoul pergi ke ruang istirahatnya, Ochoa baru saja selesai membuat canele, Meliadoul duduk di kursi dan menikmati tiap gigit canele di tangannya diiringi suara-suara tidak layak didengarkan.

"Nee-san, apa yang terjadi di luar? Pasiennya udah pulang?"

"Pasien kembar itu sedang olahraga sama anak ke-5 si uban, gausah dipikirin."

"Olahraga di klinik? Kenapa ga ruang bawha tanah?"

"Ah aku lupa aku punya tempat itu buat berlatih, tidak usah dipikirkan. Aku lelah menghadapi pasien aneh bin ajaib, kepalaku sakit. Kalo mereka udah selesai aku akan menemui mereka lagi."

Meliadoul benar-benar menikmati waktunya di ruang istirahat, sempat tidur sebentar juga, setelah merasa suara-suara gaib sudah mereda. Meliadoul keluar ruangan.

"Oh, kalian sudah selesai? Padahal kalo mau sampe pagi lagi juga gapapa padahal."

Domina menyahut dengan sisa tenaganya. "Meliadoul-sensei ... kumohon beri saran pada mereka ...."

Meliadoul senyum berseri pada dua pasiennya, kartu asnya itu sangat berguna menghadapi mereka berdua. Meliadoul bisa melihat jelas senjata rahasianya itu sudah digendong ala bridal sama Lévis. Anaknya masih bernyawa cuman kelelahan aja.

"Saranku untuk hubungan kalian cuman satu, dengerin kakak kelas kalian yang namanya Charles Contini. Aku ngerti anak mama satu itu kalo udah kalap tentang ibunya freak banget, TAPI KALIAN HARUS DENGERIN DIA, pake bold underline italic."

"Terus ... kalo mau *** liat dulu kondisi jiwa dan raganya, aku tau kalo tuh anak agak greedy makanya dia terima-terima aja dipasangin sama kalian. Kalian udah boleh pulang, jangan lupa pillow talk."

"Kami mengerti."

"Terima kasih atas sarannya."

Setelah pasiennya pergi dari klinik. Meliadoul melihat sekeliling lobi kliniknya, masih bersih banget lobinya.

"Sudah kuduga dari anak Biro Sihir mainnya bersih. Aku sedikit kagum."

Setelah itu Meliadoul mengeluarkan ember dan tongkat pel.

"OCHOA! BAKAR LOBI INI! TEMPAT INI HARUS DISUCIKANNN!"

"Ba--baik nee-san!"

Meliadoul tiba-tiba diam, kedua alisnya menukik tajam. "Aku baru tau kalau bisa memberikan kekuatan sihir dengan melakukan itu, penemuan baru."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #mashle