Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Meliadoul (Love) Clinic: Sophina Biblia

A/N:

Dipastikan kalian semua udah baca warning di chapter paling depan buku ini, kalo ga suka bisa skip, bisa lari ke fanfic lain, pokoknya JANGAN ILANGIN BUKU INI LAGI! Kan udah dikasih warning gila-gilaan di depan.

Love: kadang aku bersyukur aruji gak bisa OOC-in Tuan Abel.

Wirth: dan engga familiar sama seiyuu-seiyuu di Magia Lupus, kalo seiyuu kita seiyuu terkenal semua, image Magia Lupus langsung kaya VS.

Anser: tapi karena kebagian cerita serius mulu, naskahnya selalu tersimpan jadi draft terus.

Milo: mending kaya gitu daripada diOOC-in gajelas kaya Visioner Suci.

Olore: kita harus bersyukur.

Abel: sedikit demi sedikit aruji menjauh dari Tuhan.

Abyss: Tuan Abel, sutradara udah menjauh dari dulu, seleranya di luar nalar

Love: kalo ga di luar nalar aruji ga mungkin ngeship RayDeli sama SophiDeli, malahan dia bahagia banget si keempat itu di*** terus di*** sama Kak Sophina, tidak boleh ditiru seleranya ini.

Abyss: tetaplah di jalan yang lurus para pembaca, JANGAN DI-TI-RU.

Wirth: banyak-banyak istighfar kata gua mah.

MELIADOUL JUNGKIR BALIK DAN ACTION!

Keringat mengucur di dahinya, Meliadoul tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, barang yang ada di dalam kantong kertas di depannya. Meliadoul kelihatan agak takut dengan pasiennya siang hari ini.

Inikah mantan ketua kelas? Yang bisa marahin satu VS tanpa basa-basi? ...  gadis ini sangat-sangat menyeramkan ..., Meliadoul mendorong kantong kertas menjauh darinya. "Kenapa bawa peliharaan ke sini? Klinikku ini khusus manusia ...."

Si janggut putih itu kerjaannya apa sih?! Sampe gak ngecek anak-anak asuhnya yang udah kelewat abstrak gini, sampe gua gabisa berkata-kata! AAAAA! Meliadoul menjerit di dalam hatinya. Sekuat mungkin Meliadoul tidak menjerit sambil menjambak rambutnya sendiri.

"Habisnya ga ada yang jaga di rumah, jadi mau ga mau harus dibawa dan keadaan peliharaanku ini sedang tidak baik."

Rayne kan ada ... tapi ya .. kerja sih ..., Meliadoul melirik sebentar "peliharaan" Sophina dan segera kembali melihat ke pemiliknya.

"Sudah kubilang klinik ini klinik manusia bukan ... bukan hewan ...."

"Tapi saya yakin Meliadoul-san bisa bantu."

Meliadoul menghembuskan nafas pasrah. "Baiklah, apa yang bisa kubantu?"

"Transfer energi sihir."

Tiba-tiba kepala Meliadoul pening untuk kesekian kalinya, baru kemarin syuting masalah itu, sekarang harus bahas masalah ini juga. Meliadoul memijit dahinya, mencoba untuk tidak kehilangan emosinya meski sekarang dia ingin menonjok yang bikin naskah chapter ini. Meliadoul mengerti yang buat naskah ini sangat menginginkan asupan untuk kapal geteknya ini, tapi tidak dengan cara kaya gini. Melaidoul kalau bisa membalikkan meja resepsionis, sudah dia lakukan dari tadi.

"Domina pas syuting kemarin sudah membuktikan cara itu ... tapi Rayne yang punya alatnya errr ... begitu." Aku gak bisa nyebutnya! "Ehem, tapi di dalam kantong itu kayaknya bisa juga dipake ...," ucapnya agak ragu. "Yasudah mari kita ke ruang praktek saja." Kalau dilihat-lihat emang memprihatinkan juga energi sihir tuh anak.

Meliadoul berdiri dari duduknya, menuntun pasiennya ke ruang praktek, jantung Meliadoul berdetak dengan kencang, perasaannya sangat-sangat buruk dengan "Peliharaan Sophina yang tidak sehat", rasanya Meliadoul cuman ingin lari ke Easton, nyuruh sobat berjanggut putihnya untuk membawa anak asuhnya dari kliniknya dan menjambak sobat ubanan dudanya agar membawa anaknya pulang ke istana.

Meliadoul yakin seyakin-yakinnya, rambut panjang nan indahnya ini sudah rontok akibat naskah tidak ngotak buatan sutradara.

Sekarang Meliadoul dihadapkan dengan peliharaan Sophina yang sudah berbaring di meja operasi. Meliadoul dan peliharaannya Sophina saling tatap, yang satu minta tolong, yang satu lagi menebak-nebak apa yang dimaksud Sophina tidak sehatnya. Menurut Meliadoul anak yang terbaring di depannya ini sehat walafiat, terakhir dia sembuhkan pake gergaji mesin miliknya.

"Jadi apa yang tidak sehat?"

"Buka roknya."

Meliadoul diam membisu, untuknya perintah itu terasa tidak enak di telinganya dan tidak sopan, Meliadoul sendiri tidak ingin tau ada apa di dalam sana.

"Kalau saya yang ngomong pasti Meliadoul-san tidak percaya, jadi saya sarankan untuk melihatnya sendiri. Saya awalnya juga tidak percaya."

Meliadoul menegak ludah dramatis, mendengar Sophina berkata seperti itu Meliadoul jadi tambah tidak ingin mengintipnya. Setelah mengumpulkan keberanian dan melempar harga dirinya ke dalam tong sampah terdekat, Meliadoul mengintip ke dalam rok dan wajahnya langsung pucat.

"Ini bukan karena ulah kakak ketiganya kan? Itunya gak ada ... ga ada ...," kata Meliadoul gemetar, berubah jadi itu ... iya itu ....

"Makanya saya bilang tidak sehat, dan saya pikir Meliadoul-san bisa menyembuhkannya."

Meliadoul berpikir sebentar. "Kalau udah disunat semua gergaji mesinku tidak bisa memperbaikinya." Meliadoul menusuk-nusuk pipi anak yang berbaring menggunakan jari telunjuknya. "Kamu gak ngomong? Biasanya mulutmu itu harus dibekep dulu baru berhenti ngomong."

Sekilas Meliadoul bisa merasakan sihir Sophina dari anak itu, kemungkinan besar anak itu tidak bisa bicara karena dibungkam paksa sama pemiliknya. Meliadoul akting pura-pura tidak tahu.

Meliadoul melipat kedua tangannya di depan dada. "Jangan bilang Sophina menyiksamu habis-habisan sampai ga punya tenaga buat ngomong? Mungkin pake cara itu aja ya, lebih cepat, lebih hemat, dan berbanggalah anak keempat! Kamu juga bisa merasakan yang pernah dirasakan adikmmu kemarin." Meliadoul mengacungkan jempol ke anak itu.

Meliadoul memanggil tongkat sihirnya. "Aku malu melakukan ini tapi ... mantra yang dikasih sutradara seperti ini ...." Meliadoul berdeham ganteng. "Pipiruma pipiruma puririnpa papareho papareho doriminpa! Rayne Ames datanglah!"

Poof! Seketika prefek asrama Adler muncul di ruang praktek Meliadoul dalam keadaan bingung.

"Kenapa aku ada di klinik Meliadoul-san lagi?"

"Bantu Sophina mengatasi kekurangan energi sihir anak keempat, kamu bisa pake itu dan Sophina juga pake itu." Meliadoul udah tidak mengerti apa yang dikatakannya, karena emang tidak boleh terlalu blak-blakkan, buku ini genre komedi abstrak.

"Jadi kalo aku ga bantu Sophina aku tidak bisa keluar dari klinik ini?"

"Iya."

Rayne mengangguk-ngangguk aja, dia tidak mengerti apa yang dikatakan Meliadoul, mungkin yang akan menjelaskan lebih detail adalah Sophina.

"Kalian boleh menikmati waktu kalian di ruang praktek ini, mainnya pelan-pelan ya, jangan sampe ada yang rusak."

Meliadoul beranjak ke luar ruangan. Menarik nafas dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. Meliadoul tidak ingin tau apa yang terjadi di dalam, intinya, dia harus punya kekuatan sihir yang cukup untuk menggunakan gergaji mesinnya itu nanti.

"Nee-san."

"Oh Ochoa, kamu jangan ganggu yang di dalem ya, nanti kamu menyesal dan matamu buta permanen."

Ochoa agak kaget mendengar peringatan Meliadoul, seperti di dalam sana terjadi adegan berbahaya yang tidak boleh dilihat. Ochoa ngangguk aja, dia juga tidak mau buta permanen. Ochoa pamit mau latihan, Meliadoul pergi ke luar kliniknya.

Meliadoul berjalan menjauhi kliniknya sembari menyumpah serapahi naskah tidak jelas. Meliadoul lebih ikhlas jadi kameramen dibanding syuting seris yang bisa menggerus kewarasannya dan mempercepat penuaan di wajahnya.

"Aku ingin libur," gumamnya seraya mendudukan dirinya ke rumput, menyandarkan punggung ke batang pohon. Kepalanya mendongak ke atas, menatap langit cerah, suasana hutan ini sangat tenang, ketengan ini berhasil mewaraskan pikiran Meliadoul.

"Mereka berdua lagi ngapain ya~? ... hmm ... apa selagi nunggu mereka selesai aku ke Easton dan Istana Magol ya?"

"Tapi aku lelah. Nyuruh mereka yang ke sini bisa gak sih?" Tanpa sadar Meliadoul merasa lelah juga mengantuk. Meliadoul tertidur.

"Cewe gorila napa lu tidur di sini?"

"Meliadoul, nanti kamu sakit kalau tidur di luar."

"Hm? Wahl, Cyril? Kenapa kalian keliatan muda lagi?"

"Ni cewe gorila masih ngelindur, ayo balik ke Easton."

"Cyril, jangan manggil Meliadoul kaya gitu terus."

"Berisik, mata empat."

"Maaf, aku gak bisa, mungkin nanti aja kita ngobrol-ngobrol bertiga lagi kaya dulu." Meliadoul bangkit berdiri, menepuk-nepuk bajunya. "Aku masih harus mengurus anak kalian berdua yang bisa bikin aku ga waras, dadah."

Saat Meliadoul membuka matanya, kedua sahabatnya sudah tidak ada. Yang tadi itu cuman mimpi, mungkin itu juga bisa jadi tanda, dua sahabatnya itu ingin mengajaknya ngobrol lagi saat mereka masih menjadi murid Adam Jobs.

"Waktunya kembali ke klinik, mengecek mereka bertiga, aku jadi penasaran apa mereka sampai jungkir balik ya? Atau depan-belakang?" Meliadoul menggelengkan kepalanya cepat. "Aku ga boleh bejat kaya yang bikin naskah."

Sekembalinya Meliadoul, dia langsung mengetuk pintu ruang prakteknya, meminta izin untuk masuk, setelah mendapatkan izin, Meliadoul takjub karena tidak ada perubahan sedikit pun di ruang prakteknya ini, seakan akan saat Meliadoul pergi mereka tidak melakukan apapun.

"Sudah?"

"Sudah selesai."

"Lumayan mengurangi stres ternyata melakukan hal tadi."

Meliadoul pura-pura tidak dengar. "Tapi hebat juga cara ini, tapi aku tetep ga menyarankannya ... aku akan memperbaiki anak ini dengan gergaji mesinku, kalian bisa tunggu di luar."

Setelah Sophina dan Rayne ke luar. Meliadoul mengeluarkan gergaji mesinnya, seketika Meliadoul merasa deja vu, seperti pernah melakukannya.

"Cuman kaya digigit semut doang kok, hehe."

Pengobatan ala Meliadoul pun berjalan dengan lancar tapi tetap tidak bisa mengembalikkan yang sudah hilang.

"Kayaknya masalah 'itu' ulah kakak ketigamu, minta dia kembaliin 'itu'mu lagi, tapi gapapa sih kalo dibiarin kaya gitu, Rayne sama Sophina seneng banget." Meliadoul tersenyum dan mengacungkna jempolnya lagi. Meliadoul sedikit merasa aneh kalau perkataannya tidak dibalas. "Kayaknya kamu masih dimantrai Sophina jadi gabisa ngomong, ayo ke luar."

Meliadoul kembali ke meja resepsionis, memberikan tali kalung anjing yang dipeganggnya pada pemiliknya.

"Aku tetep gabisa ngembaliin itunya, jadi kalau mau kamu tanya ke Epidem masalah bagian itunya."

"Makasih Meliadou-san sudah membantu."

"Aku tidak mengerti, tapi syukurlah kucing besar ini kembali normal."

"Saran untuk kalian berdua, tolong mainnya pelan-pelan kalian bukan Orter."

"Kami udah pelan-pelan," sahut keduanya bersamaan.

"Yasudahlah, terima kasih udah datang, gausah balik lagi ya~." Meliadoul melambaikan tangan pada ketiga tamunya.

Meliadoul menghembuskan nafas lega, akhirnya pekerjaannya hari ini selesai, namun seketika Meliadoul terpikirkan akan sesuatu.

"Mereka pasti bakal balik lagi kalau di dalem perutnya malah jadi bayi--GAWAT! Aku tidak mau berurusan sama mereka lagi."

"OCHOA KITA PINDAH TEMPAT PRAKTEK!"

"Kenapa?!"

"Lari dari tanggung jawab adalah kunci."

Tiba-tiba seekor burung gagak dan burung hantu datang masuk ke dalam kliniknya, dua burung itu membawa sebuah amplop di paruhnya.

"Apa ini? Dari si janggut putih sama si ubanan duda?"

Meliadoul membaca dua surat itu, lalu sebuah senyum tipis mengembang. "Mereka kangen sama aku? Haha, mungkin aku bisa minta ke sutradara buat liabur satu hari, ayo kita ngobrol-ngobrol lagi seperti dulu, Wahl, Cyril."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #mashle