Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Meliadoul (Love) Clinic Series: Wirth Mádl

Suara erangan keluar dari mulut seorang perjaka muda yang saban hari pacarannya sama buku pelajaran, memakai kacamata hitam bulat, tengah terbaring setengahs adar di lantai lobi klinik. Perjaka yang diketahui bernama Wirth ini sudah berada di lobi dalam keadaan pingsan tanpa ada yang tahu bagaimana bisa dia pingsan di klinik ini.

Kesadaran mulai terkumpul di dalam diri perjaka itu, badannya bangun, tangan kanannya memegangi kepalanya yang pusing.

"Aku di mana ini ...? Klinik?" Dia melihat ke sekitar, berkedip beberapa kali. "Terakhir aku ingetnya lagi dimarahin sama Love ... abis itu gelap ... JANGAN-JANGAN AKU DICULIK?!"

"Oh, aku kedatangan pasien sore-sore begini, padahal aku mau tutup klinik."

Sesosok wanita muda berambut blonde panjang bergaun merah menampakkan diri di hadapan si perjaka. Wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada, lalu memiringkan badan beserta kepalanya sembari melihat pasiennya dengan serius.

"Biar kutebak, kamu adiknya pasienku di episode 2 ya? Dan kamu di sini karena berantem sama pacar." Dahinya berkerut. "Aku pikir kamu bakal kaya kakak kamu, tapi ternyata setia sama satu aja, langka."

"Tolong jangan omongin soal itu ...."

Meliadoul tertawa. "Oke, kamu pasti malu punya kakak yang istri 2 ga cukup ya? Hmm ... nyusul dua lagi nanti, sabar aja."

"Tolong jangan bahas ...."

Meliadoul ketawa lagi. "Aku tidak mau bahas kakakmu yang banyak istri itu--ehem, aku mau bahas kamu yang ke klinik ini, selamat datang di Meliadoul (Love) Clinic, aku Meliadou, semoga kamu waras ga kaya yang sebelum-sebelumnya."

Pasien bermarga Mádl ini tersentak kaget, wajahnya langsung memerah. "Lo-Love Clinic? Aku ga ada rencana buat ngomongin itu!"

Sebuah senyum simpul merekah di wajah Meliadoul, untuknya reaksi pasiennya ini sangat lucu. "Kebanyakan yang kesini orang yang mau konsultasi, dari penyakit sampai patah hati, kamu tidak akan bisa keluar sebelum mendengar saranku."

"Ehh ...? Aku tidak ada keperluan di tempat ini ...."

Meliadoul membaca databook. "Namamu Wirth kan? Humu humu ... aku mengerti, kamu lebih sering pacaran sama buku pelajaran dibanding perempuan, kaku, bangga banget bisa terlahir sebagai double liner, pantas sulit berhadapan dengan perempuan, terutama ...," Meliadoul membuka halaman perhalaman dengan cepat dan berhenti di halaman 13, "Love Cute yaa ... gadis ini cukup susah untuk dihadapi, tapi sebenarnya mudah, she likes to be treated like a princess, apalagi kamu itu tampan--you can be her prince." Meliadoul berpikir sebentar. "Tidak harus menjadi pangeran tampan berkuda putih dan tidak usah sok keren kaya kakakmu itu."

Wirth mencoba untuk bangkit, badannya agak bungkuk, tangan kanannya menyentuh kepala bagian belakang. "Tampan? Emangnya ngaruh ya?" Tangan kanannya turun ke tengkuk, lalu tangannya bergerak mengusap tengkuk belakangnya, "Love sering mengejekku jelek, terus bo--"

Raut wajah Meliadoul seketika menjadi masam, berjalan menghampiri Wirth dan mencubit pipi kirinya gemas. Wirth mengaduh kesakitan, merengek minta ampun.

"Kalau kamu bertingkah seperti ini terus, nanti kamu bakal jadi perjaka tua, kalah sama kakakmu yang udah ngembat 4 orang." Sehabis itu Meliadoul mengomel tentang Orter dengan nada penuh dendam.

"Ma ... af maaf ...."

Meliadoul melepaskan cubitannya, tiada hari tanpa menghela nafas untuk meredakan penat di kepalanya akibat menghadapi pasien klinik. "Aku maafkan, karena kamu menarik aku akan menggratiskan konsultasi online, kalau ada apa-apa kamu bisa mengirim pesan padaku lewat rabbiphone atau telepati."

Wirth mengangkat dua alisnya ke atas. "Mendengar itu apa aku haru berterima kasih?"

"Terserah, saranku hanya itu aja, butuh yang lain?"

Wirth menggelengkan kepala.

"Oh! Aku baru ingat si Cyril bangsat itu bikin sesuatu terus sesuatu itu dia kasih gitu aja ke aku, kamu bisa menyebutnya Mimikui, mahluk ini bisa berubah menjadi seseorang persis 1000%, mungkin kamu bisa latihan ngomong di depan pacarmu dengan mahluk itu."

"Eng--enggak usah!"

"Kenapa? Lumayan lho? Kamu orang pertama yang bakal nyobain hasil karya si bangsat itu."

"Aku tidak berani dekat-dekat dengan sesuatu buatan Innocent Zero," jawabnya, kalimatnya diteruskan dalam hati, aku merasa tidak enak tiap Meliadoul-san nyebut orang itu dengan sebutan bangsat.

Raut wajah Meliadoul berubah sedih. "Sayang sekali, yasudah aku tidak akan maksa kalo kamu gamau." Meliadoul terdiam beberapa detik.

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba diam?"

Nada bicara Meliadoul mendadak serius. "Kalo udah sampe sekolah jelasin apa yang terjadi selama di klinik ini ke orang itu ya, aku rasa ada seseorang telah memperhatikan kita, aku bisa merasakan rasa penasaran dan cemburu."

Wajah Wirth memucat. "Firasatku buruk, aku akan mengikuti saran Meliadoul-san." Wirth membalikkan badannya. "Terima kasih atas Meliadoul-san."

Meliadoul mengangkat tangannya, dan melambai. "Semoga sampai di sekolah kamu tidak terbang karena sihir tornegus, Wirth-san."

"NEE-SAN! NEE-SAN! Tehnya udah jadi--lho pasiennya udah pulang?"

"Ochoa, kita tutup klinik ini dan minum teh bersama."

"Siap."

Ketika Meliadoul hendak mengunci pintu tiba-tiba pintu didorong cukup kuat dari luar.

Meliadoul mendorong balik pintu dari dalam tak kalah kuat. "Maaf, klinik kami sudah tutup, silakan datang tahun depan."

Orang yang mendorong dari luar berhasil mengungguli Meliadoul, pintu klinik terbuka sedikit, dari celah pintu menampakkan iris kuning. "Aku ke sini untuk mengambil kacamataku."

"Aku waktu itu udah bilang ga balik lagi ke klinik ini."

"Meliadoul-san, anda bilang kacamataku bisa diambil lusa."

Meliadoul menyerah, menyerah lebih baik daripada klinik tiba-tiba banjir pasir. Dengan hati tidak ikhlas, Meliadoul memberikan kacamata yang dia buat ada tamu kliniknya.

"Ini, udah sana pergi."

"Terima kasih."

"Begitu saja episode kali ini, dadah, sampai jumpa."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #mashle