Meliadoul (Love) Clinic Series: Orter Mádl
"Hm ... dokternya sedang pergi keluar ya? Klinik ini sepi."
Seorang lelaki tinggi semapai, berambut cokelat berantakan, memakai kacamata bulat dan sepasang mata kuning berpola mirip rinnegan, berjalan mengitari lobi klinik.
Lelaki itu menunggu cukup lama, dan membuatnya kesal, karena dokter atau siapapun di klinik ini menampakkan batang hidungnya, lelaki berkacamata itu memutuskan untuk pergi dari klinik, sayangnya setelah keluar dari klinik dia malah kembali di lobi klinik.
"Aku tidak bisa pergi dari sini, apa karena sihir pemilik klinik ini."
"NEE-SAN! NEE-SAN! ADA PASIEN! PASIEN!"
Dari dalam klinik terdengar suara anak laki-laki terdengar.
Lelaki itu membenarkan letak kacamata, akhirnya ada tanda-tanda kehidupan di klinik.
"Oh maaf, tadi aku sedang makan canele."
Meliadoul keluar dari ruang istirahat dan bertemu dengan pasien yang sepertinya baru kali ini datang ke kliniknya.
"Tadi kamu nyoba buat keluar klinik ini ya? Sayang sekali kamu tidak bisa keluar dari klinik ini sebelum mendengar saran dariku."
"Aku tidak butuh saran."
"Kalau tidak butuh saran, kenapa ke sini?"
Meliadoul menunggu lelaki itu menjawab pertanyaannya, Meliadoul menunggu cukup lama sampai urat di dahinya menyembul keluar.
"Baiklah, kalo gamau ngomong aku akan menebaknya sendiri." Dengan sihirnya Melidoul memunculkan sebuah buku ke tangannya.
Meliadoul membaca data yang dia dapatkan dari sutradara tentang lelaki berkacamata bulat itu.
"Nama Orter Mádl, dikasih dua bini cantik sama sutradara, umur 23 tahun, punya adik namanya Wirth, obses sama peraturan, sado ... ih ganteng-ganteng sukanya sama cowo, yang jauh lebih tua pula," komennya sembari menggelengkan kepala.
"Itu disuruh sutradara."
"Halah." Meliadoul menutup bukunya, dia sudah bisa menebak masalah apa yang ingin orang itu konsultasikan dengannya. "Aku menebak kalau kamu ke sini pasti ingin curhat soal istri kedua!" serunya sembari menunjuk Orter.
"Aku tidak butuh saran."
"Jadi aku benar, huh."
"Tidak juga."
"Cepat katakan! Jangan buang-buang waktu."
"Aku kesini mau cek mata."
Seketika suasana menjadi hening, ternyata yang datang hari ini beneran pasien, tetapi keraguan Meliadoul masih menempel erat di hatinya, tidak mungkin mahluk berkacamata itu datang tanpa curhat.
Meliadoul terlalu sering didatengin Innocent Zero buat meriksa anak-anak setan sekalian curhat masalah perawatan rambut.
"Kamu ke sini buat beli kontak lensa biar pas lagi (kwek-kwek) engga keganggu?"
Meliadoul mikirnya terlalu jauh, tapi yang dikatakannya bisa jadi benar, kacamata bisa aja mengganggu saat melakukan adegan sakral.
"Cuman mau ngecek mata, aku pikir aku harus ganti lensa kacamata, Ryoh menyarankanku ke sini."
"Berarti ga pernah kejadian pas lagi goyang kenceng sampe kasurnya bunyi kriet kriet gitu terus kacamatanya jatuh?"
Suasana kembali hening, entah yang dikatakan Meliadoul pernah terjadi pada lelaki itu atau tidak, intinya karena hening ini Meliadoul menahan tawa, badannya sampai gemetar, bu dokter berumur minus ini membayangkan betapa awkwardnya kalau itu terjadi, gagal klimaks cuman gara-gara kacamata jatuh dan susah ngeliat muka istri.
"Aku hanya ingin mengecek mata."
"Beneran?"
"Ya."
"Yasudah kalau begitu, kamu bisa masuk ke ruangan yang di sebelah kanan, aku bersiap dulu, nanti Ochoa akan membawakanmu teh ."
Orter berjalan menuju ruangan yang ditunjuk oleh Meliadoul, sementara Meliadoul berbalik ke ruang istirahatnya, menghabiskan sisa kue canele yang masih ada piring dan memberi tahu Ochoa untuk membuatkan teh untuk pasiennya.
"Baik nee-san." Ochoa membalasnya sambil memasang pose hormat.
Meliadoul menyesap tehnya setelah menghabiskan canele di piring, waktunya bekerja, tetapi Meliadoul masih tidak percaya ada pasien yang ke sini tanpa curhat--maksudnya konsultasi dengannya.
"Yasudahlah, agak penasaran sih tapi kalau pasien gamau ngomong, biarkan dia dan Tuhan aja yang tau."
Meliadoul memasuki ruang periksa, ruang ini akan berganti secara ajaib sesuai kebutuhan pasiennya. Meliadoul sudah melihat Orter duduk di depan autorefractor.
"Ada keluhan lain? Misalnya penglihatan makin buruk dari sebelumnya, atau ... kacamatanya bikin cepat pusing pas dipake?" tanyanya sembari duduk di kursi.
"Tidak ada."
Menyebalkan, batinnya, melihat ekspresi si pasien bawaannya ingin mukul wajah, wajahnya terlalu lama, Meliadoul ingin orang ini cepat-cepat pergi dari hadapannya. Mungkin lain kali Meliadoul akan memberitahu Ryoh untuk tidak menyarankan orang ini untuk datang ke kliniknya.
Selama pemeriksaan Meliadoul menahan marah, ngeceknya sambil ngajak ngobrol biar ga sepi-sepi banget dan Meliadoul berpikir laki-laki berumur 23 itu akan mengeluarkan sebuah informasi baru untuknya, tidak ada salahnya mengorek-ngorek dikit rahasianya buat bahan blackmail.
"Sudah selesai ...." Meliadoul mengetuk-ngetuk pena bulunya ke kertas, bingung mau nulis apa, kesehatan mata Orter menurutnya in membaik, lensa kacamatanya harus diganti juga menyesuaikan kondisi matanya yang sekarang. "Mata kamu udah mulai membaik, kacamatanya harus ganti lensa, aku akan membuatkan lensanya, lusa kamu bisa ambil kacamata barumu ke sini, tagihannya nanti Ochoa yang berikan."
"Aku baru ingat, ada yang ingin aku tanyakan."
"Apa?"
"Dokter siapanya Kaldo?"
"Sesi konsultasi abis, silakan pergi dari sini dan jangan kembali lagi, sebelum pergi tolong temui Ochoa dulu dan bayar tagihannya ya."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro