Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Item Synthesis series: Glasses of Death

Istana Magol ini selalu sepi semenjak perang berakhir, penghuninya masih lengkap (kadang-kadang Mash diseret biar bisa lebih "akrab" sama saudara-saudaranya). Yang paling kelihatan mondar-mandir di istana cuman pembantu mereka satu-satunya yang udah kaya *** keluarga ini--Cell War. Dia mondar-mandir karena harus mengurus 6 anak yang udah segede bagong itu termasuk harus siap kalau dipanggil Innocent Zero.

Hari ini anak kedua datang sambil bawa sebuah kacamata bulat, entah dia dapat dari mana, kemungkinan besar meminta pada orang. Untuknya kacamata itu sebuah penemuan baru karena tidak dibuang begitu saja setelah mendapatkannya.

Anak kedua ini masuk ke aula, di dalam sana lengkap ada 5 saudaranya, walaupun tidak ngumpul di satu titik. Doom cuman duduk santai, Epidem makan puding seperti biasa, Delisaster mondar-mandir aula sambil bawa sebotol alkohol, terakhir Mash. Si bungsu kepala jamur ini santai aja makan kue sus.

"Anija, dari mana aja?" tanya Delisaster, lalu dahinya mengkerut melihat kakaknya itu memakai kacamata bulat. "Kenapa anija pake kacamata itu?"

Famin tidak berkata apapun, lalu tanpa Delisaster sadari kakaknya itu bergerak dengan cepat dan membuka bajunya dalam sekali tarik. Delisaster tentu reflek menyelamatkan diri dengan berlindung di balik badan besar kakak tertua dan berteriak.

"ANIJA?! APA YANG MAU ANJIA LAKUIN?!"

"Katanya kacamata ini bisa melihat kelemahan seseorang."

"Jangan bercanda! Ga ada kacamata kaya gitu!"

Famin tidak mengindahkan perkataan adik paling cerahnya itu, dilanjut dengan Delisaster teriak-teriak lagi kali ini roknya yang ditarik-tarik. Mau minta tolong pasti ga akan ada yang mau bantuin dan akhirnya kakak beradik ini kejar-kejaran di aula.

"Kak Famin ngapain sih?" tanya Domina sembari makan apel.

"Main kali," jawab si kakak tertua."

"Gatau." Ini yang jawab kakak ketiga.

Kenapa aku ada di sini? Mending jalan-jalan sama Finn, ini isi hati seorang Mash.

Aula yang ramai didatangi Innocent Zero, kita panggil dengan nama Cyril aja biar pendek, tapi dia bukan seorang penyair, ini penyihir berambut panjang ubanan dengan obsesi ingin menjadi kuat, duda satu-sau di dunia ini.

"Ada apa ini ribut-ribut?"

"OTOU-SAMA! ANAKMU YANG IMUT INI DISEKUHARA SAMA ANIJA!"

"Famin, apa yang kamu lakuin sama adikmu itu?"

"Cuman ngecek apa kacamata ini bener atau engga."

"Kacamata apa itu? Kelihatannya bukan dari dunia ini."

"Iya, tadi jalan-jalan bentar, terus nemu ini, katanya kacamata ini bisa memperlihatkan kelemahan seseorang."

"Benda itu sangat menarik."

"UDAH DIBILANGIN GAK ADA KACAMATA KAYA GITU!"

Para pendengar ada yang percaya ada juga yang tidak, yang percaya kalau kacamata itu memperlihatkan kelemahan seseorang berarti bisa menunjukkan tengkuk belakang itu kelemahannya atau kena sihir air atau api, yang tidak percaya menganggap alasan itu cuman akal-akallan Famin yang bosan dan ingin main, main pake tanda kutip.

"Kalau itu beneran bisa nunjukin kelemahan, coba lihat ayah, ayah tidak mungkin punya kelemahan."

"Kalau ga punya kelemahan ayah ga mungkin kalah dari Mash," celetuk Domina.

"Bener." Mash mengiyakan.

Cyril tidak bisa membalas perkataan dua anak bungsunya.

Famin melihat ke ayahnya, memiringkan kepalanya, nampak bingung. Habis itu Famin pergi meninggalkan mereka semua di aula. Balik-balik Famin membawa seonggok kepala sekolah Easton.

"Kenapa aku di bawa ke sini?"

Famin cuman nunjuk ayahnya.

Sang kepala sekolah berjanggut putih itu senyum dan mengangguk-ngangguk. "Cyril kangen sama aku."

Kenapa dia bisa ngerti?! batin 5 saudara beda ibu itu bersamaan.

"SI-SIAPA YANG KANGEN?! Aku ga kangen sama orang macam dia ... FAMIN KENAPA KAMU BAWA DIA KE SINI?"

"Menurut kacamata ini kelemahan ayah orang ini."

Dalam hitungan detik 5 anaknya itu menengok pada sang ayah dengan tatapan menghakimi, mereka juga mempertanyakan sikap ayahnya tadi, mendadak tsundere.

Cyril berdeham ganteng, tidak nyaman ditatap aneh oleh anak-anaknya, wajahnya agak memerah. "Ayah tidak punya kelemahan."

"Cyril, kita ngobrol sambil minum teh seperti dulu?"

"Bo-boleh."

Anak-anaknya masih diam, mereka bingung dengan tingkah ayahnya yang aneh dan entah kenapa kubu yang sempat tidak percaya dengan kacamata itu berpindah ke kubu yang percaya, mereka belum pernah liat muka ayahnya merah cuman gara-gara satu orang.

"Sepertinya kita sudah melihat hal yang tidak boleh dilihat," kata Epidem.

Domina menyipitkan kedua matanya. "Hancurkan kacamata itu."

"Mina pasti gamau ketauan kelemahannya apa?" Delisaster menyeringai jahil.

"Diam, kamu sendiri itu badan merah-merah gitu."

"Hah? Ketumpahan wine aja sama digigit nyamuk." Delisaster beralasan demikian.

Sekarang aku ngerti kenapa tadi Kak Famin nyoba buka bajunya, cibir Domina dalam hati.

"Aku udah bosan." Famin melepas kacamata itu dan memakaikannya pada Domina. "Sekarang buat kamu."

Domina segera melepaskan kacamata dan menghancurkannya. Delisaster nampak kecewa dengan Domina yang menghancurkan kacamata itu.

"Kenapa diancurin?"

"Biar damai."

Namun nyatanya tidak membawa kedamaian, anak keempat dan kelima ini malah bersiap untuk bertarung. Doom sebagai kakak tertua mencoba untuk melerai dua adiknya itu. Mash dan Epidem sibuk dengan makanan favorit masing-masing.

"The enemy's weakness becomes visible."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #mashle