Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Curiousity - @RAFPIECES

Beberapa hari ini aku merasakan perubahan yang cukup signifikan di daerahku ... atau mungkin saja hal ini sudah berlangsung lama dan aku saja yang tidak peka. Biasanya aku tidak pernah melihat ke langit malam di kala mencari makan. Namun, entah apa yang menarikku, kepala ini melihat ke atas dan mendapati titik-titik berkilauan di langit gelap. Alhasil, jadwalku mengendus tempat sampah menjadi tertunda karena aku ingin menikmati suasana yang tidak biasa ini.

Aku duduk tegak di atas genting dengan ekor yang melingkari kaki. Sekilas kau mungkin tidak akan bisa melihatku di sana karena tubuhku yang menyaru dengan lingkungan yang gelap. Hal yang mungkin kau lihat bisa jadi hanya sepasang mata bersinar yang dapat membuatmu lari terbirit-birit.

Dari atas sini, aku hampir dapat melihat seluruh rumah yang ada ditambah jalan raya yang sepi. Aneh. Tidak biasanya lingkungan ini senyap dari kegiatan. Kendaraan yang melintas bahkan dapat kuhitung dengan helai kumis yang ada. Tidak ada bapak-bapak yang nongkrong di pos ronda atau anak-anak muda yang bermain malam-malam. Ada yang tidak beres.

Udara yang menerpa kumisku terasa berbeda. Rasanya lebih dingin dan segar. Meskipun ini adalah hal yang positif, tetapi tetap saja ini adalah suatu kejanggalan. Aku harus tahu kenapa semua ini bisa terjadi.

Namun sebelum itu, aku harus mandi dulu. Petualangan besar harus didahului dengan tubuh yang segar. Beberapa jilatan di beberapa bagian dapat menuntaskan itu semua. Oh, dan aku harus makan kemudian tidur—istirahat penting untuk petualangan. Rasa penasaranku bisa kutunda sampai besok.

...

Aku menggeliat seperti kucing yang baru bangun tidur semalaman. Mulutku bahkan terbuka lebar saat aku menguap. Rasanya satu ikan besar dapat kutelan bulat-bulat. Sebenarnya aku malas keluar dari kotak kardus yang nyaman ini, tetapi rasa penasaran akan keadaan yang terasa janggal memaksaku keluar dari sana.

Aku memutuskan untuk mencari makan di daerah sebelah, meskipun itu sangat berisiko karena mencari makan di wilayah kucing lain. Akan tetapi, itu sepertinya akan sepadan dengan informasi yang akan kudapat.

Jadi, akhirnya aku berjalan ke arah matahari terbit dengan masih mengendus-endus berharap ada sisa makanan semalam. Jarak satu meter aku berjalan dari perbatasan wilayah—para kucing menandai wilayah mereka dengan urine, sehingga kau akan tahu ketika memasuki teritori kucing lain—belum ada sesuatu yang bisa dimakan. Jarak lima meter setelahnya hanya ada makanan basi. Jarak dua meter—bingo! Aku mendapat ayam goreng krispi lengkap dengan kulitnya yang renyah. Sayang sekali ada manusia—itu pun kalau mereka masih ada—yang membuang bagian enak ini. Namun, belum sempat aku menggigit, suara geraman terdengar dari arah atasku.

Aku berlari bersama kantung kertas ayam krispi yang menggantung di mulut. Kertasnya yang lembap membuat wadah itu menjadi bocor dan mengeluarkan beberapa tulang dan potongan-potongan kulit. Kucing putih garang yang mengejarku bahkan tidak terganggu dengan makanan yang terjatuh itu. Dia pasti sangat marah karena aku mencari makan di wilayahnya.

Biasanya kalau aku sedang berlari seperti ini, aku akan menghindari para pejalan kaki entah itu di gang-gang sempit atau pinggir jalan seperti yang sedang kulalui, tetapi kali ini tidak ada manusia sama sekali. Seperti manusia telah lenyap dari muka Bumi. Jika saja kucing putih itu tidak dendam padaku, aku pasti sudah menanyainya perihal ini.

Aku berbelok ke gang gelap di depan sana, berharap tubuhku bisa berbaur dengan lingkungan dan mengacaukan penglihatan si Kucing Garang. Ya, walaupun aku tahu dia masih bisa mengendusku.

Aku sarapan di atas atap dengan terburu-buru. Takut kalau kucing yang mengejarku datang lagi. Namun, ketika aku selesai makan pun si Kucing Garang tidak terlihat kibas ekornya. Baguslah kalau dia tidak lagi mengejar.

Sinar matahari sudah mulai meninggi. Jadi, aku memutuskan untuk istirahat sebentar. Ini adalah saat yang tepat untuk berjemur sambil bermimpi. Memang yang paling enak itu tidur setelah makan.

Aku dibangunkan oleh suara burung yang sedang mengobrol di sampingku. Biasanya aku akan terbangun oleh suara truk yang tiba-tiba atau sepeda motor dengan suara "ngeng ngeeeeeeng" berisiknya. Suasana terlalu sepi. Aku harus melanjutkan penyelidikan.

Aku berjalan di atas genting agar bisa melihat lebih luas. Dari atas sini, tidak terlihat aktivitas manusia apa pun. Aku hanya melihat satu-dua manusia yang lewat. Sebenarnya ke mana semua orang? Apa Bumi marah sampai menelan mereka dan menyisakan yang baik-baik saja?

Saat kumeratapi keadaan yang ada, aku mendengar sayup-sayup suara manusia bercakap-cakap. Ini adalah hal yang langka di tengah lenyapnya manusia beberapa jam terakhir. Kugerakkan keempat kakiku dengan cepat ke arah sumber suara.

Aku menemukan mereka di sebuah mulut gang. Ada beberapa manusia betina tua sedang mengobrol dengan manusia jantan yang sama-sama tua. Mereka dibatasi kotak beroda yang diisi berbagai macam sayuran. Aku duduk santai di atas perut dan melipat keempat kaki ke dalam sambil mendengar apa yang mereka bicarakan.

Aku tidak paham semua dengan apa yang manusia-manusia itu kemukakan. Bahasa manusia terlalu rumit. Kata-kata yang bisa kutangkap hanyalah "Korona", "virus", "diam di rumah", "seleksi alam", "konspirasi".

Tak lama kemudian, dari arah berlawanan aku datang, muncul mobil berwarna hijau tahi kuda lantas berhenti di dekat kawanan manusia yang sedang bercakap-cakap itu. Salah satu manusia lain yang penampilannya lebih gagah keluar dari dalam mobil. Manusia jantan berkumis hitam tebal itu berbicara pada para manusia betina dengan nada yang agak ditahan. Mungkin sebenarnya dia marah, tetapi karena suatu hal jadi tidak diledakkan.

Beberapa menit kemudian seiring selesainya para manusia betina tua itu memilih sayur-mayur, mereka bubar jalan dan meninggalkan para manusia jantan yang setelahnya malah mengobrol.

Aku belum mendapat jawaban dari misteri ini. Apa yang kulihat malah membuatku semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Kuputuskan berjalan agak lebih jauh untuk mendapatkan informasi tambahan. Belum dua rumah kulewati, sesuatu berhasil mengalihkan pandanganku. Seekor kucing putih berkalung lonceng sedang duduk bertengger di atas pagar, menikmati sinar matahari yang sudah agak terik.

Aku menghampirinya. Semoga saja kucing rumahan lebih tahu karena lebih dekat dengan manusia. "Halo, Nona. Boleh aku bertanya sesuatu?" tanyaku dari bawah pagar. Kucing itu perlahan membuka matanya dan melihat ke arahku.

"Iya, ada apa?"

"Apa kau merasakan ada kejanggalan akhir-akhir ini?"

"Kejanggalan apa?"

Aku menaiki pagar agar bisa mengobrol lebih nyaman dengannya. "Kau tahu? Langit lebih cerah, udara lebih segar, kendaraan lebih sedikit—aku bahkan tidak perlu takut lagi saat menyeberang—dan yang lebih penting lagi adalah ... manusia banyak yang hilang."

"Bukankah di antaranya bagus? Kau jadi bisa bernapas lebih lega, dapat melihat keindahan bintang dan mencari makan lebih leluasa karena tidak perlu khawatir lagi tertabrak. Dan kalian tidak perlu lagi sakit hati saat diusir manusia."

"Memang, tetapi bukan itu intinya. Apa kau tahu penyebabnya?"

"Entahlah, aku juga tidak terlalu paham. Hal yang kutahu dari obrolan majikanku dan apa yang sering kudengar dari kotak bergambar adalah manusia sedang terkena wabah dan untuk mencegah penyebarannya mereka harus diam di rumah."

"Ini semakin rumit saja."

"Tidak perlu dipikirkan terlalu dalam. Kita nikmati saja, Bumi yang sedang memperbaiki dirinya sendiri ini."

"Mungkin kau benar. Kita nikmati saja perubahan positif ini selagi bisa. Tidak ada yang tahu ini akan berlangsung selamanya atau tidak."

Aku akhirnya menikmati pancaran cahaya matahari bersama si Kucing Putih di atas pagar. Melupakan penyelidikan yang masih membawa rasa penasaran. Membiarkan Bumi memperbaiki dirinya sendiri tanpa penyebab pasti yang kuketahui.

-oOo-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro