Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. Tangis Leona

Hanya dari mendengar suaranya saja, Leona tahu siapa pemilik suara berat itu. Ia semakin didera panik saat menyadari kedua tangan Aries masih bertengger di atas kedua pundaknya. Leona yang sudah siap dengan kemungkinan terburuk, tiba-tiba dikejutkan dengan gerakan tangan Aries yang tiba-tiba mengusap kepalanya dengan lembut.

"Nana, Pa. Dia merasa sangat terpukul dengan kepergian Celine." Kalimat itu lolos dari bibir pria yang tadi meneriakinya. Entah apa maksudnya Aries menyebut Leona dengan nama panggilan masa kecil Leona. Bahkan pria itu kini dengan santai merangkulnya dan mengajaknya berjalan menghampiri Wiyoko.

Leona memilih menunduk, meski dalam hati kesal dengan drama yang Aries buat. Padahal dalam hati ia ingin sekali mengatakan yang sebenarnya, tentang dugaan Aries yang berselingkuh selama ini.

"Pasti dari tadi kamu menahan diri untuk menangis agar Mama tidak bersedih. Papa mengerti. Kita semua terpukul atas kepergian Celine. Ikhlaskan Celine ya, Na," ucap Wiyoko penuh perhatian.

Leona hanya menganggukkan kepala. Dalam hati merasa lega karena berarti Wiyoko tidak mendengar perdebatannya dengan Aries tadi.

"Ajak Nana masuk ke dalam, Ries!" perintah Wiyoko kemudian berjalan memasuki rumah lebih dulu.

"Berbohong untuk menutupi perselingkuhan kamu, ha?" cemooh Leona pada Aries begitu Wiyoko menjauh.

"Sudah gue bilang gue nggak selingkuh, Leona!" geram Aries menanggapi wanita yang kini basah kuyup dari ujung rambut hingga ujung kaki itu. "Berhenti menuduh gue melakukan perbuatan yang nggak gue lakukan!"

"Kalau begitu lakukan hal yang sama. Berhenti menuduh saya sebagai penyebab Celine meninggal," ucap Leona parau.

Aries baru akan menyanggah, tapi ia urungkan saat melihat air mata meleleh di wajah oval gadis itu.

"Saya memang berpikir kamu berselingkuh. Tapi saya tidak pernah bermaksud membuat Celine merasa marah sampai akan menyusul kamu ke Bogor hingga mendapat kecelakaan. Saya hanya ...."

Leona tampak menggeleng, seiring isak tangisnya yang mulai terdengar. Aries sendiri tidak merespon apapun, sampai Leona lebih dulu masuk ke dalam rumah.

Ingatan Aries mundur ke belasan jam yang lalu. Sore itu ia baru saja meninjau progres pembukaan cabang bengkel dan toko aksesori kendaraan motor miliknya di kota hujan itu. Secara kebetulan ia memang mampir ke sebuah kafe yang berdekatan dengan pabrik tekstil milik Ayah Celine. Di sana rencananya ia akan bertemu Danang, rekan bisnisnya. Namun, bukannya Danang yang datang melainkan adik perempuan Danang yang bernama Suci.

Secara tidak sengaja pula, di sana Aries bertemu dengan Leona. Bukannya menyapa, ia melihat Leona memandangnya sinis hanya karena melihatnya duduk bersama seorang wanita. Bahkan mengambil gambarnya secara sembunyi-sembunyi. Memang meski sudah hampir dua tahun menjalin hubungan dengan Celine, Aries tidak mengenal baik gadis yang merupakan anak angkat kedua orang tua Celine itu. Selain karena Leona tinggal di kota yang berbeda, Aries juga merasa Leona memberi jarak di antara mereka. Entah apa alasannya.

Kemarin sore beberapa menit berselang setelah menangkap basah Leona mengambil fotonya, Aries mendapatkan panggilan masuk dari Celine. Kekasihnya itu menanyakan keberadaannya, sedang apa dan di mana. Membuat Aries dengan mudah menebak kalau Leona mengadu pada Celine kalau melihat dirinya sedang bersama wanita lain.

Aries ingat, ia menjawab semua pertanyaan Celine dengan jujur. Celine pun menerima semua jawaban Aries dengan baik. Tidak ada perseteruan, karena seperti biasa, Celine adalah sosok wanita pengertian. Namun, ketenangan Aries hanya bertahan beberapa jam saja. Karena di malam harinya ia mendapat kabar kalau Celine mengalami kecelakaan.

***

Dua bulan kemudian...

Tidak ada ingatan tentang Celine yang paling menyakitkan selain tentang bagaimana wanita itu meminta untuk dinikahi. Belum siap menikahi Celine, bukan berarti Aries siap kehilangan wanita itu. Justru di tengah kegamangannya untuk memilih menikahi Celine atau tidak, diam-diam ia juga takut tidak bisa hidup tanpa Celine. Tidak terbayang jika suatu hari Celine pergi dari sisinya dan menemukan cinta yang lebih pasti. Walaupun Celine pernah bilang kalau dalam hidupnya ia hanya ingin menikah dengan Aries.

Dan, Aries tidak menyangka ucapan itu terbukti. Celine berpulang dalam keadaan belum menikah dengan siapapun. Karena pria yang dicintainya begitu pengecut, menolak saat diajak melangkah menuju jenjang pernikahan. Kalau tahu akhirnya begini, Aries akan memilih menikahi Celine sejak lama, mengerahkan seluruh hidupnya untuk menjaga Celine. Memastikan keamanan dan keselamatan Celine, hingga wanita itu tidak perlu meregang nyawa karena menjadi korban kecelakaan di jalan raya.

Dua bulan berlalu sejak Celine pergi, sejak itu pula Aries seperti kehilangan semangat hidup. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, daripada bekerja di Dipa Motor-bengkel dan toko aksesori motor-yang ia kelola selama ini. Meninjau bisnisnya itu dari rumah, sepenuhnya mempercayakan seluruh urusan toko pada pegawainya.

Aries masih tidak percaya, hanya sampai di sini kisahnya dan Celine berlabuh.

[Aries, Mama mengundang makan malam besok. Datang ya, Nak]

Pesan yang baru saja masuk ke ponselnya itu dikirim oleh Ayah Celine, yang selama ini juga rajin mengiriminya pesan untuk menanyakan kabarnya setelah Celine pergi. Desah napas lelah, lolos dari bibir Aries. Bukannya memberi balasan, pria itu kembali menundukkan kepalanya ke atas meja makan.

Mungkin dulu ia akan senang hati datang memenuhi undangan orang tua Celine. Sikap orang tua Celine yang baik dan sudah menganggap Aries seperti anak mereka sendiri itu, membuat Aries merasa memiliki keluarga baru. Aries memang hidup sebatang kara sejak ayahnya wafat tiga tahun lalu, hanya berselang enam bulan setelah ibunya meninggal.

Sekarang, Celine ikut menyusul mereka. Meninggalkan Aries seorang diri bersama sunyi. "Cel...," panggilnya lirih, pada sosok wanita yang ia rindukan setengah mati.

Tak ada sahutan, selain suara detak jam dinding yang terdengar di keheningan malam itu.

"Celine ...."

"Hm."

Aries berhenti meratap. Salah satu sudut bibirnya berkedut pelan, menyadari akhirnya Celine hadir untuknya. Masih setia meletakkan kepalanya di atas meja, Aries meresapi dalam-dalam usapan lembut di kepalanya.

Memang sudah menjadi kebiasannya tertidur di atas meja, lebih sering di meja kerjanya. Hingga Celine datang dan membangunkannya dengan lembut. Sentuhan tangan Celine itu justru memberikan kenyamanan, dan membuat Aries memilih melanjutkan tidurnya. Lalu gadisnya itu akan merajuk, memaksanya untuk segera bangun. Dan, Aries akan meminta satu ciuman di pipi dari Celine sebagai bayaran agar ia mau bangun dari tidurnya.

"Bangun," bisik Celine seperti biasa.

Aries hanya melenguh manja, menyerongkan kepala, menonjolkan pipinya agar Celine dapat menciumnya dengan mudah. Aries masih akan terus memejamkan mata sebelum Celine mencium pipinya.

"Kebiasaan," balas Celine centil.

"Hm." Aries merajuk, yang biasanya akan membuat Celine luluh dan menciumnya.

"Ayo bangun, Mama dan Papa udah nunggu, tuh!" kata Celine masih dengan setia mengusap lembut kepala Aries.

"Mama-Papa pasti sabar nungguin aku datang. Kita pacaran dulu di sini." Aries masih tak mau menurut.

"Mama-Papa sih, sabar. Tapi Leona yang nggak suka nunggu lama. Ayo, hun!" ujar Celine.

"Leona? Teman kamu itu? Mau apa dia di rumah kamu?" Kening Aries berkerut saat menanyakannya.

"Bertemu kamu, Ries. Dia yang akan menggantikan aku buat temani kamu."

"Menggantikan kamu? Kamu nggak akan bisa tergantikan oleh siapapun, Cel! Lagian kamu mau kemana sampai digantikan segala?" Tangan Aries menyentuh ke atas kepalanya sendiri, ingin menangkap tangan Celine yang sejak tadi bertahan di sana.

Namun, ia tidak dapat menemukan tangan yang selalu memberikan sentuhan nyaman untuknya itu. Ia lantas membuka mata, mengangkat kepala, menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan Celine kekasihnya.

"Celine! Celine!" Teriakan Aries menggema di ruang makan rumahnya itu. "Celine! Kembali Celine! Jangan pergi! Aku nggak pernah mengizinkan kamu buat pergi!"

Menyadari yang baru saja terjadi hanyalah sebuah mimpi, Aries bangkit dari kursinya meninju keras dinding di belakangnya berkali-kali. Tak peduli meski darah segar menetes dari buku jarinya. Tidak cukup puas melampiaskan emosi, ia menghempaskan seluruh benda pajangan di atas buffet milik mendiang ibunya. Ruang makan rumahnya seketika menjadi porak poranda, tak ubahnya hatinya begitu Celine pergi untuk selama-lamanya.

Maaf, aku update-nya kemaleman.
Terima kasih banyak buat vote dan komentarnya sayang-sayangku 😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro