Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

25. Keteguhan Aries

Helaan napas lega lolos dari bibir Aries saat mobil yang dikendarainya akhirnya hampir tiba di tujuan. Rahangnya yang mengetat sepanjang perjalanan juga berangsur mengendur. Jarak dari kantor pusat ke pabrik MultiTeks tempat Leona bekerja memang terbilang jauh. Ditambah kemacetan yang menambah lama waktu tempuhnya.

Sebenarnya sejak awal Aries datang ke tempat ini, petugas keamanan MultiTeks selalu menawarkannya untuk menunggu Leona di dalam area MultiTeks. Tetapi, Aries memilih menanti Leona di seberang jalan saja, seperti sekarang ini.

Aries menajamkan penglihatan ke arah pintu gerbang pabrik yang cukup ramai oleh para pegawai yang baru saja pulang. Sedikit khawatir kalau Leona sudah pulang tanpa menunggunya, Aries memutuskan menyebrang jalan untuk memastikan. Ia memang tidak mengabari Leona dulu, tadi. Sengaja, untuk memberi kejutan.

Aries terus menyapukan pandangan ke sekitar, mencari keberadaan istrinya. Dan, saat matanya mengarah ke pintu gerbang, ia mendapati Leona yang juga tengah melihat ke arahnya. Aries mengulas senyum sambil terus berjalan menghampiri perempuan itu. Sayangnya, ekspresi Leona tampak datar sambil terus menatapnya.

"Na? Lo ngelamun?" tegur Aries dengan lembut begitu tiba dihadapan sang istri.

Leona tampak mengerjap pelan, sebelum akhirnya menyunggingkan senyum tipis. "Ries, kamu ... jemput aku?"

"Menurut lo?" tanya Aries sambil bertolak pinggang. Sebuah gestur tubuh yang menambah pesona Aries di mata Leona. Faktanya, Leona memang kehilangan fokus untuk beberapa detik karena terpana melihat penampilan khas pria kantoran saat ini. Kemeja pas badan berlengan panjang berwarna biru muda dan celana bahan hitam pekat.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama Leona melihat Aries berpenampilan seperti ini. Sejak beberapa minggu yang lalu bekerja di kantor pusat bersama Wiyoko, Aries lebih sering terlihat berpenampilan rapi. Namun, kali ini mungkin rambut Aries yang sedikit berantakan, serta lengan kemeja yang digulung hingga ke siku, serta dua kancing teratas kemeja yang terbuka, membuat pria itu sedikit tampan dan mempesona. Leona sampai kesulitan meneguk ludah tadi.

Leona masih berusaha menenangkan perasaannya yang terguncang, saat Aries tiba-tiba meraih tangannya. Pria itu dengan lembut menuntunnya berjalan keluar dari MultiTeks bahkan selama menyeberangi jalan.

"Ada yang lo pikirin, Na? Bengong terus," tegurnya lagi saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Nggak, kok. Cuma ... kaget aja, kamu jemput tanpa bilang-bilang aku." Leona memberi alasan. "Sudah punya waktu luang?"

"Meluangkan waktu," sahut Aries dengan ringan, yang tanpa sadar membuat Leona kembali diserang gelenyar aneh pada perasaannya.

"Apa bedanya?"

Aries berdeham lalu menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. "Jangan pura-pura nggak mengerti, Na."

Mendapat balasan seperti itu, Leona menolehkan wajah ke jendela di sisi kiri demi menyembunyikan senyum tertahan di wajahnya. Tangannya terangkat seraya memijit pelipisnya perlahan, sikap ajaib Aries akhir-akhir ini memang membuat kepalanya sering berdenyut nyeri.

"Dan, jangan pura-pura nggak mengerti juga dengan perasaan yang lo punya buat gue, Na," goda Aries yang membuat Leona ingin segera turun dari sana.

***

Tidak langsung pulang ke rumah, Aries membawa Leona mampir ke rumah orang tuanya, yang rencananya akan ia sewakan saja. Kedatangannya kali ini juga untuk mengambil beberapa barang pribadinya yang masih tertinggal.

"Ini kamar gue, Na," kata Aries sambil mendorong sebuah pintu di lantai dua rumahnya.

Leona hanya mengangguk, lalu terus berjalan mengikuti Aries.

"Lo duduk aja, gue beres-beres sebentar." Aries berjalan memasuki walk ini closet kamarnya.

Leona berjalan menuju meja kerja Aries, berniat duduk di kursi yang ada disana. Namun, sebingkai foto yang terpajang di atas meja menarik perhatiannya. Senyum manis Celine dalam pelukan Aries di foto itu memberi getaran aneh pada hatinya. Aries tampak memeluk erat Celine, tatapan mata penuh cinta terlihat di sana. Tidak ada kesan pria cuek pada diri Aries di foto itu, yang ada hanya pria yang tergila-gila pada wanita dalam pelukannya.

"Kenapa kayak gitu ngelihatnya?" tanya Aries yang entah sejak kapan berada di sana.

Leona tampak gugup lalu meletakkan kembali foto itu. Namun, Aries justru mengambil lagi foto itu dan memasukkannya ke dalam sebuah kardus berukuran sedang di tangannya.

"Mau kamu bawa kemana?" tanya Leona penasaran. "Ini, punya Celine semuanya?" Leona berdiri dan melihat isi kardus itu, yang mana di dalamnya juga ada selembar foto yang waktu itu ia lihat di dompet Aries.

"Bantu gue buat simpan ini semua. Lo mau kan, Na?"

"Aku?"

"Lo kan saudara Celine. Sepertinya lo yang lebih pantas menyimpan ini."

"Kenapa gitu?"

"Gue mau menjaga perasaan ... lo." Aries terlihat menggaruk pelipisnya.

"Oke, titip sementara, kan? Sesuai tenggat waktu pernikahan kita?"

Aries menelan erangan tak terima mendengar jawaban perempuan di depannya itu. Leona sepertinya benar-benar konsisten dengan waktu pernikahan yang ia tentukan sendiri itu.

"Lo boleh merasa sulit buat jatuh cinta sama gue. Tapi, lo nggak bisa terus-terusan pura-pura bodoh dengan usaha gue ke elo, Na." Suara Aries terdengar dingin. "Lo tau kenapa gue berusaha menjaga perasaan lo!"

"Menjaga perasaan? Itu sama sekali nggak perlu! Kamu mungkin salah mengira soal perasaan kamu. Kamu melakukan itu karena tanggung jawab kamu sebagai suami, kan? Bukan karena memiliki perasaan buat aku. Aku nggak sebanding dengan Celine, Ries. Nggak ada alasan buat kamu mencintai aku."

Senyap menjadi akhir dari kalimat panjang yang sama-sama mereka utarakan.

"Iya, gue emang masih belum bisa memastikan alasan gue suka sama lo. Suatu hari lo akan ngerti, kalau lo juga merasakannya, Na," tandas Aries lalu meletakkan kardus itu ke atas tempat tidurnya.

***

Tidak ingin menambah panjang kecanggungan antara dirinya dan Aries setelah perdebatan tadi, Leona berinisiatif untuk memesan makan malam dan menyantapnya di sana sebelum pulang. Hujan tiba-tiba turun begitu derasnya saat mereka baru mulai makan. Sambil menonton tayangan ulang film layar lebar di televisi, keduanya menghabiskan makan malam tanpa membuka suara.

Leona baru saja merapikan bekas alat makan mereka. Ia kembali bergabung bersama Aries, duduk di sofa depan televisi yang ada di depan kamar pria itu.

"Sebentar lagi, kita pulangnya ya, Na. Hujannya masih deras banget." Aries berbicara tanpa menoleh dari televisi di depannya.

Leona mengangguk setuju. Meski mereka menggunakan kendaraan roda empat, tapi sepertinya bukan ide bagus jika memaksakan pulang sekarang juga.

"Na, gue minta maaf soal tadi."

Leona yang mengerti tadi yang dimaksud Aries hanya menyunggingkan senyum tipis. Sebenarnya Leona sendiri tak berpikir Aries salah dalam perdebatan mereka tadi. Dan, sekali lagi Leona merasa salut pada Aries yang dengan ringan mengucap maaf.

"Tapi ... gue minta izin buat tetap berusaha ya, Na," kata Aries seraya menatap matanya cukup lama.

"Pada akhirnya aku nggak akan bisa melarang kamu kan, Ries?"

"Itu lo tau!" Aries mencubit hidung mancung Leona dengan gemas. Pemilik wajah oval itu meringis sambil merengek untuk dilepaskan.

Dan, saat Aries melepaskan tangannya, ia dan Leona baru tersadar kalau posisi mereka terlalu dekat. Kedua tangan Leona bertumpu pada lutut Aries dengan tubuh separuh menimpa badan pria itu.

Perlahan Aries membetulkan posisi tubuhnya, dengan memegangi tangan Leona sampai mereka kembali duduk dengan tegak. Tatapan keduanya terkunci, tidak terlepas barang sedetik saja. Gerakan Aries terus berlanjut dengan membalikkan keadaan antara dirinya dan Leona. Perlahan tapi pasti, ia menjangkau bibir perempuan itu. Menyesapnya lembut, tanpa menuntut.

Berada di bawah kungkungan tubuh kekar sang suami, Leona seperti tersihir. Dengan mudah memberi jalan lidah Aries melesak masuk ke dalam bibir mungilnya. Jika tadi ia pura-pura bodoh akan perasaan Aries untuknya. Kini ia menjadi bodoh dan melupakan pertentangan hatinya akan sebuah rasa yang selama ini terus ia coba singkirkan.

Waktu seolah bergerak lambat. Napas pria di atas tubuhnya mulai terdengar berat. Leona menutup mata rapat-rapat, saat bibir sialan milik Aries terus berpindah tempat.

Terima kasih untuk vote dan komennya 🥰

75 vote aja buat update part selanjutnya tanpa nunggu sampe hari Sabtu 😝

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro