Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

SENYUMAN

Karena bersembunyi hanya berlaku bagi pengecut, akhirnya aku sadar jika yang kubutuhkan adalah tempat untuk berjuang bersama, bukannya tempat bersembunyi.

***

"Iya, memang itu gue. Kenapa?" tanya Pijar sambil membulatkan matanya.

Heksa mengamati dalam diam. Keningnya berkerut ragu. "Nggak mungkin. Jangan-jangan lo sedot lemak, ya? Eh, tapi masa anak kecil sedot lemak?" Ia lantas kebingungan sendiri dengan ucapannya.

Belum sempat Pijar menjawab, suara ketukan di pintu membuat kedua mata itu saling menatap. Apalagi setelah ditunggu beberapa detik, tak ada orang yang muncul dari sana.

"Ulah temen-temen lo, ya?" Heksa melirik Pijar sembari meremas selimutnya.

Begitu pintu tiba-tiba terbuka, Heksa yang terlonjak kaget nyaris melempar bantalnya pada sosok yang berdiri di ambang pintu.

"Mia? Lo ngapain ke sini?" tanya Heksa yang langsung emosi. Ia lalu mengerling ke arah Pijar dengan sorot waspada. "Awas lo kalo macem-macem."

Ternyata bukan cuma Mia yang datang. Ada juga Evan, dua sahabat Mia, Irfan, Hamka dan juga beberapa murid SMA Rising Dream. Satu di antara murid lelaki ada yang membawa gitar, entah apa maksudnya.

"Kita udah tahu semuanya. Tentang mata ajaib Pijar, kita denger waktu kalian ngobrol di ruang broadcast." Takut-takut Mia menjelaskan. Bukan Pijar yang tampak marah, tapi Heksa yang seakan ingin menerkamnya.

"Jadi gue ke sini mewakili anak-anak Rising Dream, mau minta maaf karena selama ini kita udah salah paham sama Pijar. Sekaligus gue pribadi mau ngucapin makasih banget ke Pijar yang udah menyelamatkan nyawa gue waktu itu," lanjutnya dengan wajah bersalah.

"Basi lo!" celetuk Heksa, masih kesal dengan sikap semena-mena Mia pada Pijar. "Sujud dulu di kaki dia."

Mia tampak syok. "Ha? Serius?"

Pijar menyikut lengan Heksa. "Nggak, Kak. Dia becanda, kok."

Heksa yang mendapati wajah murung Pijar, mulai menerka-nerka apa yang ada di pikiran gadis itu. "Lo tenang aja, bukan lo yang sengaja kasih tahu mereka, kan? Kita sama-sama nggak nyadar, jadi nggak usah khawatir soal umur lo yang katanya bisa berkurang kalo cerita soal mata ajaib lo ke orang lain," bisiknya mencoba menenangkan Pijar.

"Percaya sama gue. Kalo kita nggak sengaja ngelakuin kesalahan, orang lain pasti maafin, kan? Apalagi Tuhan yang punya pintu maaf lebar buat kita semua. Bener kan, gue?" tanya Heksa yang disambut Pijar dengan seulas senyuman.

"Oh, iya. Ini ada titipan dari Yudha." Evan menyodorkan sebuah kota berpita ke Pijar.

"Ehhhh tunggu, Zom! Jangan dibuka dulu. Bisa aja isinya BOM!" Heksa buru-buru melompat ke hadapan Pijar. "Karena gue pacar yang berjiwa kesatria, biar gue yang buka duluan."

"Cieeee udah jadian aja ni mereka berdua. Bukan dari benci jadi cinta, tapi dari takut jadi kepincut." Evan mulai berani meledek. Walau akhirnya kena toyoran Heksa.

"Tadi Pijar nembak gue. Karena mukanya melas, gue jadi nggak tega buat nolak," tukas Heksa membuat beberapa pasang mata di sekelilingnya melongo.

"Seriusan lo nembak Heksa, Jar?" Asnawi yang enggan mempercayai Heksa, langsung menatap Pijar dengan sorot takjub. "Beneran kalian jadian?"

Karena Pijar hanya diam melongo, murid-murid Rising Dream pun mengambil kesimpulan sendiri. Bahwa memang benar, kedua temannya yang berbeda karakter itu telah menjadi sepasang kekasih. Ajaib, tapi nyata.

Heksa kembali fokus mengamati kotak di tangannya. Setelah membuka kotak pemberian Evan, keningnya berkerut sesaat. "Ini apa? Kacamata hitam? Lo pikir Pijar vokalisnya band Raja? Dadadam dadadam.."

Evan menggaruk tengkuknya. "Yudha pengen banget ikut jenguk lo. Tapi dia hari ini ulang tahun. Katanya daripada nanti nyusahin Pijar, yaudah mending dia stay di sekolah aja. 

"Dan kacamata itu, katanya sebagai simbol permintaan maaf dia buat Pijar, Mungkin kalo pake kacamata gelap penglihatan Pijar soal kematian bisa tertutup gitu," ujar Evan panjang lebar yang direspon teman-temannya dengan anggukan kepala. 

Jauh di luar dugaan, senyum terulas di bibir Pijar. Merasa terharu karena rupanya ia memiliki teman-teman yang peduli dengannya.

"Wuihhh Pijar cantik banget kalo senyum!" celetuk Hamka tiba-tiba, sambil megacung-ngacungkan jarinya heboh. "Sorry ya selama ini kita semua salah paham sama lo. Sebelumnya kita ngira lo itu nyeremin, nyatanya nyenengin apalagi kalo lagi senyum gini."

Heksa nyaris melempar bantal dari ranjangnya ke Hamka, kalau saja Pijar tidak mencekal tangannya. Baru beberapa menit jadian, tapi sikap overprotektif Heksa sudah membuat kepala Pijar pening.

"Lo cuma boleh senyum ke gue, nggak ke orang lain apalagi ke cowok lain. Awas aja lo! Bisa gue gebukin satu-satu anak orang," ancam Heksa tampak serius.

Suasana di dalam kamar Heksa mendadak riuh. Mia dan beberapa murid lainnya terus melontarkan ejekan. Takjub melihat sepasang kekasih yang sebenarnya saling bertolak belakang itu akhirnya bisa menyatu juga. Yang satu mistis, yang satu penakut, sungguh perpaduan yang sangat aneh.

"Oh iya. Hari ini kan harusnya kalian berdua gladi bersih buat PENSI. Tapi karena Heksa masih dirawat, kalian latihan di sini aja. Bu Seli juga udah kasih ijin seandainya kalian besok nggak bisa tampil." Hamka bersiap dengan gitar di tangannya, bermaksud mengiringi Heksa bernyanyi karena tahu satu tangan Heksa masih diperban. "Tarik, Sa! Mau lagu apa?"

Apa pun yang berkaitan dengan musik, selalu memunculkan gairah Heksa. Satu tangannya memang masih diperban, tapi semangat cowok itu untuk bernyanyi bersama teman-temannya tetap membara. Apalagi ditambah dengan kedatangan Andre dan Willy di antara kerumunan murid-murid Rising Dream. 

Untungnya kamar VVIP ukurannya lebar dan agak berjauhan antara satu kamar dengan kamar lainnya. Jadi suara riuh murid-murid SMA itu tidak sampai menganggu pasien lain.

"Sini, Ndre! Will!" Heksa setengah berteriak karena kerumunan murid-murid Rising Dream sedikit menghalangi pandangannya.

Saat Heksa masih asyik bernyanyi bersama teman-temannya, Pijar mencuri-curi kesempatan menghampiri Andre yang tengah bersandar di ambang pintu.

"Bisa ngobrol bentar?" bisik Pijar yang langsung direspon Andre dengan anggukan kepala.

Willy hanya melengos saat melihat kedua temannya ke luar dari ruang rawat inap Heksa. Ia terlalu asyik menikmati keakraban murid-murid Rising Dream yang sedang menyanyikan lagu Laskar Pelangi. Jadi ia memilih tetap di sana, meski sebenarnya ingin tahu apa yang hendak dibicarakan Pijar dengan Andre.

"Lo belum jawab pertanyaan gue semalem. Jadi lo bisa lihat kematian orang yang lagi ulang tahun?" tanya Pijar tak sabar. Keduanya berbincang di sebuah kursi panjang berwarna putih yang ada di depan ruang rawat Heksa. "Bener gitu, Ndre?"

Andre menyunggingkan senyuman. "Nggak semengerikan itu, sih. Jadi gini, lo tahu kalo selama ini gue dicap playboy, karena sering gonta-ganti cewek, kan?"

Pijar mengangguk dengan ragu-ragu. Mau bilang tidak tahu, tapi ia ingat saat di UKS dulu, Willy pernah menyebutkan deretan nama cewek yang sering menelepon Andre.

"Itu semua karena setiap kali ada cewek yang mendekat, gue bisa lihat hubungan kedepannya gue sama cewek itu bakal kayak gimana." Andre menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

Sedikit terkejut, Pijar menegakkan posisi duduknya. "Terus?"

"Anehnya, itu nggak berlaku ketika gue ketemu lo. Mata ajaib gue nggak bisa lihat gimana hubungan kita ke depannya," ucap Andre sambil menatap Pijar dalam-dalam. "Jadi gue nggak salah, kan? Kalo sampe sekarang, gue masih yakin takdir berpihaknya lo itu jodohnya sama gue."

Sulit untuk mempercayai ucapan Andre. Namun Pijar juga merasa apa yang didengarnya memang sangat masuk akal, mengingat hanya cowok itu yang bisa membuat mata ajaibnya menjadi normal.

Karena gue dan Andre sama? Sama-sama memiliki mata ajaib, walau berbeda fungsi.

"Bukan cuma itu, gue juga bisa lihat masa depan hubungan sepasang kekasih atau sepasang suami istri," tukas Andre yang sepertinya masih menyimpan banyak misteri.

"Mereka bakal menikah, punya anak sampai hidup berdampingan selamanya, atau berhenti menjalin hubungan. Kalo masih pacaran berarti putus, kalo udah nikah berarti cerai," kata Andre sembari berdecak.

Sekali lagi cowok itu menarik napas panjang, berusaha mengisi paru-parunya dengan oksigen agar tidak semakin sesak sebelum bercerita lagi.

"Gue punya mata ajaib ini, semenjak ortu gue cerai. Di hari itu gue marah, gue ngamuk, bahkan gue sampai mengumpat sama Tuhan. Setelah mata gue berubah jadi ajaib gini, gue jadi sadar kalo ternyata banyak anak yang mengalami hal serupa, jadi korban perceraian orang tuanya. Bahkan lebih banyak yang kisahnya lebih tragis, lebih miris."

Tak tahu harus merespon bagaimana, Pijar hanya mematung dengan tangan menggenggam tepian kursi. Wajahnya seperti tertampar.

Jadi kisah Andre hampir mirip dengan asal muasal ia mendapat mata ajaib. Intinya, mereka berdua diberikan mata ajaib oleh Tuhan agar lebih dapat mensyukuri hidup masing-masing. Untuk tidak mengeluh dan tidak merutuki jalan hidup yang sulit. Keduanya seperti mendapat karma dari apa yang dikeluhkan selama ini. 

Toh di luar sana, mungkin saja banyak orang yang mengalami hal serupa, atau bahkan lebih miris seperti yang dikatakan Andre tadi.

Lalu mendadak, Pijar teringat dengan Heksa yang meski memiliki masa lalu kelam, cowok itu seperti tak pernah menyimpan dendam pada Tuhan. Tak pernah mengeluh atau meratapi kisah hidupnya yang ternyata jauh lebih menyedihkan. 

"Ndre, apa lo juga nggak bisa lihat hubungan gue dan Heksa bakal gimana ke depannya?" tanya Pijar yang seolah sudah bisa menebak jawaban Andre.

"Yaps, lo bener. Itu sebabnya gue masih mau bertahan dan nunggu. Jangan larang gue, Jar." Andre beringsut dari duduknya lalu menunduk menatap Pijar.

"Sekarang gini aja, coba tahun depan waktu gue ultah, lo cek tahun dan bulan kematian gue muncul atau nggak. Kalo nggak, lo bisa pertimbangin lagi buat nerima kenyataan kalo gue ini mungkin emang jodoh lo. Hehe," ucapnya sembari menarik ujung bibir, tersenyum penuh makna.

Pijar masih ingin memastikan sesuatu, tapi ternyata Heksa muncul lebih dulu dan langsung berdiri di tengah-tengah keduanya. Ia memang tidak sempat mendengar obrolan Pijar dan Andre, namun ia tampak gusar karena pacarnya kepergok berduaan dengan cowok lain.

"Wah, ada yang diem-diem mau nikung, ni!" celetuk Heksa dari balik punggung Pijar. "Kalian ngobrolin apa?" tanya sambil memicing. Di sampingnya, Willy hanya mendecak malas karena tahu sebentar lagi Heksa bakal mencak-mencak.

Sengaja menggoda Heksa yang gampang terpancing emosi, Andre mendekati Pijar lalu berbisik dengan suara cukup keras. "Ini rahasia kita berdua. Nggak ada yang boleh tahu."

"Lo itu sering ngaku ganteng, selebgram hits, tapi kayak nggak yakin gitu kalo Pijar bakal setia?" Willy berbisik pada Heksa, berniat mengompori. "Mulai sadar kalo tampan itu bukan segalanya? Noh, coba jadi kalem kayak Andre biar banyak cewek yang suka."

Heksa berlari kecil lalu melompat untuk memberi jitakan pada Andre. Namun Willy menyelamatkan sahabatnya itu, dan malah menyerang balik Heksa yang mati kutu karena dikeroyok.

Sontak, murid-murid Rising Dream langsung ke luar kamar begitu mendengar keributan kecil dari ketiga sahabat itu. Beberapa di antara mereka lantas bergerombol mengerumuni Pijar, yang sedang duduk sendiri sembari tersenyum menatap keakraban Willy, Andre juga Heksa.

Tiba-tiba Mia menyikut lengan gadis itu, turut bahagia setelah mendengar kabar jika Pijar dan Heksa berpacaran. Asnawi yang tidak tahu apa-apa, malah ikut mengeroyok Heksa. Kesempatan, kan? Kapan lagi bisa berbuat semena-mena ke cowok songong itu?

Bola mata Pijar mengedar ke sekelilingnya. Sungguh sulit dipercaya. Untuk pertama kali di hidup gadis itu, ia bisa berbagi tawa canda kebahagiaan bersama teman-temannya.

Sesuatu yang selama ini hanya ada di dalam mimpi dan angan-angan, akhirnya menjelma nyata lewat perantara mata ajaibnya.

***

>Udah tamat? Ya jelas belum lah. Kalian paham kan, kalo aku bakal selalu membuat kalian ter-JENGJENG? Selasa besok masih ada part "KELANJUTAN". Semoga kalian tetap bahagia :D

>Oh, iya. Selasa besok, part terakhir Happy Birthdie ya. Berhubung mungkin agak pendek, jadi aku mau buka QnA buat kalian. Boleh tanya apa pun, asal jangan tanya kapan nikah. DUAAAR..

Besok aku tulis dan jawab satu-satu pertanyaan kalian :).

^.^ Silahkan tanya di baris ini.

Di part kemarin, banyak banget yang tanya aku mau buka GC5 atau nggak. Aku masih pikir-pikir dan harus diskusiin dulu sama admin and RP ya.

^.^ Coba absen di baris ini, siapa aja yang mau masuk GC 5, biar keliatan ada berapa orang?

*yang udah jadi member g usah ikut absen, ntar aku jadi bingung

DAN YANG PALING UTAMA, AKU MAU UCAPIN MAKASIH BANYAK KE KALIAN KARENA AKHIRNYA, HAPPY BIRTHDIE LOLOS ELIMINASI DAN BISA DIPELUK VERSI CETAKNYA. UWUWUWUWW

Salam sayang,

Rismami_sunflorist , on wattpad and instagram

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro