Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

COBAAN

Pagi-pagi sebelum bel masuk, Heksa seperti orang kesetanan. Ia memarkir mobilnya sembarangan di tengah lapangan lalu mengentakkan kaki lebar-lebar menuju salah satu kelas.

Beberapa siswa kelas sebelas yang kebetulan melintas, menunjuk-nunjuk ke arah Heksa. Kali ini mereka menatap dengan sorot penuh kemenangan. Ada yang tersenyum geli, dan sebagian malah terang-terangan mengusilinya. Merasa puas karena selama ini tak bisa membalas perlakuan Heksa yang semena-mena.

Sejak kapan ada yang berani meledek Heksa?

Brak!

Heksa membanting pintu kelas lain dan mengedarkan tatapannya ke seluruh bangku. Setelah menemukan sosok yang ia cari, tanpa memberi penjelasan apa pun Heksa menyeretnya sampai keluar kelas.

"Ikut gue!"

Pijar meneguk ludah. Ini pertama kalinya Heksa terlihat begitu marah. Biasanya kalau sedang kesal dengan Pijar, cowok itu masih tetapmengoceh. Jadi, diamnya Heksa sekarang sungguh sangat mengerikan. 

Jujur saja Pijar merasa lebih baik diomeli dua puluh empat jam non stop, daripada harus didiamkan dan ditatap dengan penuh amarah seperti sekarang.

"Lo kan yang udah bikin gue dipermalukan satu sekolah?" tanya Heksa begitu mereka sampai di depan gudang yang sepi. Diseret tubuh Pijar sampai ke dinding lalu menatapnya penuh intens.

Bola mata Pijar mengerjap-ngerjap, bingung. "Lo ngomong apa sih, Sa? Gue nggak ngerti."

"Liat!" Heksa menyodorkan ponselnya sampai ke depan wajah Pijar. "Lo pasti yang ngerekam semua ini, kan?"

Sebuah video terputar di ponsel Heksa. Suasana yang tidak asing. Di sebuah ruangan yang biasanya menjadi tempat Pijar dan teman-teman kerjanya beristirahat, setelah menjalankan tugas menakuti-nakuti pengunjung.

Adegan yang sungguh membuat urat malu Heksa kian mengencang. 

Tahu apa? Adegan saat cowok itu terbangun dari pingsannya dengan dikelilingi para hantu jadi-jadian.

"Lo yang udah nyebarin video ini, kan?" todong Heksa, tidak memberi kesempatan Pijar menjelaskan. "Terus akhirnya banyak nomor baru yang chat gue ke what's app. Gue juga di invite banyak grup baru yang isinya pada nistain gue gara-gara video ini."

Heksa semakin meradang. "Jujur aja, lo mau balas dendam sama gue?"

Pijar menggeleng panik. Tangannya dikibas-kibaskan. "Gue bahkan baru liat video ini, Sa. Lo tahu waktu itu posisinya gue ada di deket lo. Jadi nggak mungkin kalo gue yang rekam video itu, kan?"

"Nggak usah ngeles! Bisa aja lo nyuruh temen-temen lo yang lain, kan? Oh, jadi ini rencana lo biar gue mau nerima tawaran Bu Ghina buat jadi partner lo di PENSi besok?" Terlanjur emosi, Heksa seakan tidak mendengar suara Pijar yang memintanya untuk bersabar.

Cewek mistis itu menarik napas panjang, memejam sesaat, lalu meletakkan sepasang tangannya ke pundak Heksa. Mencengkeram cowok itu melalui tatapan dan tangannya yang kuat.

"Gue sama sekali nggak ngelakuin apa yang lo tuduh!" Suara Pijar yang lebih naik beberapa oktaf dari biasanya, membuat Heksa menahan napas. "Di sana gue kerja buat cari duit, Sa."

Napas Heksa tersengal-sengal. Tangannya mengepal erat. Karena terlalu terbawa emosi, tanpa sadar ia jadi menyakiti Pijar. Semenjak menjadi murid di SMA Rising Dream, tidak ada satu pun anak-anak sekolahnya yang tahu jika ia takut dengan hantu.

Kali ini ia sungguh merasa tertampar, aibnya terbongkar sebab ulah seseorang yang belum ia ketahui.

"Kalo emang bukan lo –"

Di saat Heksa sedang berpikir, tanpa sengaja tatapannya terlempar ke arah lain. Otaknya yang sedang mendidih menyimpulkan secara spontan.

Ada tersangka lain yang terpantau penglihatannya. Tanpa pikir panjang, kini Heksa beranjak dari hadapan Pijar lantas melangkah dengan cepat menuju parkiran sekolah.

Tahu siapa yang akan dijadikan mangsa lagi, Pijar buru-buru menyusul Heksa. Sesekali ia berteriak memanggil Heksa. Namun karena amarah yang sudah meradang, Heksa menulikan telinganya sesaat.

"Lo mau cari masalah lagi sama gue, Ndre?" Secepat kilat Heksa mencengkeram kerah seragam Andre lalu didorong sampai membentur kaca mobilnya. "Pasti kelakuan lo, kan?"

Willy yang sering diantar-jemput Andre, seketika melompat memisahkan keduanya. "Eh..eh.. Lo apa-apaan sih, Sa? Andre baru aja dateng sama gue, lo main semprot aja. Masalahnya apa? Bicarain dulu baik-baik!"

"Oh, atau jangan-jangan ini kerjaan lo ya, Will?" Heksa yang langsung mengarahkan tatapan tajamnya pada Willy, membuat Andre semakin panik.

Tangan Andre mencoba menahan tubuh Heksa yang menantang Willy. "Sa, lo coba jelasin dulu ke kita apa yang bikin lo semarah ini."

Andre mencoba menengahi meski dadanya kini berdegup kencang. Ia tahu kali ini Heksa benar-benar marah. Dan kalau sudah terbawa emosi, Heksa tidak akan peduli lagi siapa lawan atau kawannya.

"Ada yang nyebarin video waktu Heksa pingsan di rumah hantu," ucap Pijar memberanikan diri. "Kalian tahu nggak siapa yang udah sebarin video itu ke grup?"

Baik Andre atau pun Willy, menggeleng bersamaan.

"Sorry, Sa. Gue malah baru tahu kalo waktu itu lo pingsan," tukas Andre yang sungguh-sungguh menyesal dengan kejadian tempo hari. "Harusnya gue sama Willy nggak ngerjain lo segitunya. Sampe kita ngibul mau ngajak lo ke kafe baru buat meet up sama fans-fans lo, tapi nyatanya malah kita masukin ke rumah hantu."

Mendengar permintaan maaf Andre, emosi Heksa malah makin meluap. Ia ingat bagaimana alibi kedua sahabatnya saat hendak menutup telinga dan matanya di malam itu.

Aaargh, gue nggak mau inget-inget kejadian itu lagi!

Heksa mengeratkan gigi-giginya, geram. Tangannya yang mengepal di samping badan akhirnya lepas kendali. Mungkin satu bogem yang tidak terlalu keras, cukup untuk memberi pelajaran dua sahabatnya.

"STOP!"

Tepat ketika bogemnya nyaris dilesatkan ke Andre, tiba-tiba Pijar melompat di depannya dengan mata memejam. Heksa mendelik. Tangannya yang tertahan di udara tampak gemetar.

Nyaris....nyaris saja.... Sedikit lagi ia melukai seorang gadis? Kalau sampai itu terjadi, Heksa mungkin akan merasa gagal menjadi seorang lelaki.

"Lo baik-baik aja kan, Jar?" Andre membalikkan tubuh Pijar dan mengamati gadis itu dengan saksama. "Nggak ada yang luka, kan?"

Pijar mengangguk dengan wajah santai. Ia yang hampir kena tonjok, tapi orang lain yang ketakutan setengah mati.

"Tolong dewasa dikit, Sa." Andre menepuk-nepuk punda Heksa lalu kembali mendatangi Pijar yang sedang ditenangkan Willy.

Keributan kecil itu membuat beberapa murid berkerumun. Ada yang menyimak saksama topik pertengkaran ketiga cogan itu. Ada pula yang malah asyik berfoto-foto ria di depan mobil mewah Heksa yang terparkir sembarangan di tengah lapangan.

Tak lama kemudian Pak Broto datang dengan wajah garang. Menunjuk-nunjuk mobil Heksa dan meneriakkan nama cowok itu dari tengah lapangan.

Langkah kaki Heksa terasa berat. Ia melenggang kasar membelah lapangan dengan tatapan sayu. Entah sebab apa matanya kini terasa perih. Teriakan Pak Broto diabaikan, seperti desis angin yang lewat begitu saja. Ia kini sibuk meredam degup jantungnya yang berdebar kencang tidak tahu diri.

Ini pertama kalinya gue takut banget nyakitin orang lain. Nyaris aja, bogem gue kena si Zombie.

***

Jam istirahat hari ini menjadi waktu paling keramat bagi Heksa. Biasanya dengan santai ia makan di kantin dan dengan mudahnya mendapat tempat duduk meski kantin penuh. Murid-murid takut, enggan berurusan dengannya.

Tapi hari ini beda. Semenjak video aibnya tersebar, bumi tempatnya berpijak seketika berbanding seratus delapan puluh derajat.

"Sok-sokan nguasain sekolah, jago berantem, tapi ternyata...Hahahaa!" Salah satu murid menyeletuk. Namanya Awan, anak kelas dua belas IPA.

"Hobinya pingsan, woy!" Bagus menyahut.

Heksa mengepalkan tangannya. Menatap tajam sosok cowok yang baru saja mengoceh. Bola matanya tampak berapi-api. Ia yang sudah kesetanan, nyaris saja melesatkan bogem ke Awan kalau saja fokusnya tidak teralihkan oleh hal lain.

Zombie?

Kening Heksa berkerut sesaat. Namun tak lama setelahnya ia kembali fokus menatap satu per satu musuh di depannya.

"Liat aja lo nanti!" Heksa mengarahkan tangannya ke leher, seolah ingin mematahkan kepala Awan dan teman-temannya. "Gue bikin is dead kalian semua!"

Setelah menggebrak meja tempat Awan dan ganknya berkumpul, Heksa melangkah menuju ruang guru. Di sana tampak sosok cewek yang sedang kebingungan sendiri. Berkali-kali cewek itu ingin mengetuk pintu ruang guru, tapi kembali ragu.

Heksa yang berlari kecil, segera meluncur lalu mendarat di tempat Pijar berdiri. "Lo mau ngapain?"

Cewek mistis itu mendesah lemah. Menatap tingkah Heksa dengan wajah masam. Dikira lagi main jet ski apa? Kepeleset baru tahu rasa lo, Sa.

"Lo mau ngapain, woy!" Heksa mengulang lagi pertanyaannya.

"Oh, lo nggak mau jawab karena masih ngerasa nggak enak sama gue? Tenang-tenang...gue ini pemaaf, kok. Gue udah nggak marah sama lo. Lupain kejadian pagi tadi," kata Heksa sok bijak.

Mendengar Heksa yang mulai mengoceh, Pijar memandangnya malas. Ia sedang tidak ingin diganggu, tapi Heksa selalu datang di waktu yang tidak tepat.

Siapa sih yang manggil dia?

"Gue mau ngomong ke Bu Seli kalo gue mau mengundurkan diri dari acara PENSI," ucap Pijar dengan suara lemah.

Heksa langsung melotot. "Maksud lo? Project kita berdua itu?"

Pijar mengangguk cepat, maju selangkah, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.

"Eitsss, enak aja!" cegah Heksa menghadang di depan pintu. "Nggak bisa batalin gitu aja, dong! Gue udah terlanjur ngomong ke fans-fans gue di Instagram. Kalo batal tiba-tiba, gue malu lah."

"Kan lo bisa cari partner lain." Tidak peduli dengan wajah Heksa yang menekuk sebal, Pijar tetap pada pendiriannya.

"Lo sayang kan sama Bu Ghina?" tanya Heksa serius, mendapat cara lain untuk membujuk Pijar. "Project ini yang buat Bu Seli sama Bu Ghina. Lo tau, kan?"

Raut wajah Pijar berubah sendu ketika mendengar nama guru kesayangannya disebut. Ia terdiam sesaat, mencoba mencerna ucapan Heksa.

"Tapi Bu Ghina udah nggak ada, jadi ya percuma lah." Pijar menjawab ketus.

Perdebatan itu masih terus akan berlanjut, seandainya seseorang tidak muncul tiba-tiba dari dalam ruang guru. Pijar mengangkat pandangannya. Ia sedikit kaget, tak siap juga jika harus dihadapkan dengan Bu Seli.

Melihat Pijar yang hendak membuka mulut, Heksa langsung membekapnya dari belakang.

"Sa? Itu Pijar kok kamu gituin?" Bu Seli menatap Heksa heran.

"Eh, tadi pagi Pijar lupa gosok gigi, Bu. Jadi ya, daripada Bu Seli kena polusi udara, kan," jawab Heksa asal.

Bu Seli menggeleng-geleng maklum. Sudah biasa melihat tingkah aneh Heksa. Ia lantas bergerak maju mendekati Pijar.

"Semoga persembahan kamu dan Heksa di PENSI besok, bisa buat Bu Ghina bahagia di atas sana, ya." Bu Seli berkata lembut. Diusap-usap pundak Pijar penuh kasih sayang. "Semangat, Pijar. Saya dan Pak Gustav selalu dukung kamu."

Heksa melepaskan cengkeramannya di mulut Pijar. Menatap Bu Seli dengan ekspresi tidak terima. "Kok cuma Pijar yang disemangatin, Bu? Saya gimana?"

"Kalau kamu kan udah kelebihan semangat, Sa." Bu Seli mengentak meninggalkan keduanya sambil berpesan, "Saya titip Pijar, ya."

Sepeninggal Bu Seli, Pijar termenung meresapi ucapan wali kelasnya itu. Jauh di dalam hati, ia masih tidak rela kehilangan Bu Ghina. Semangatnya juga sudah menguap. Tapi mendengar kata-kata bijak Bu Seli barusan, akal sehatnya kembali terbuka.

"Gimana? Akhirnya nyadar?" Heksa melengos sebal. "Kalo gue yang ngomong aja, nggak didengerin. Dasar human!"

***

JENG JENG JENG GIVE AWAY TIME!

Setelah part kemarin, banyak banget yang nanyain ke aku beli boneka zombienya di mana. Eitss, kalian nggak perlu khawatir. Dua di antara jenis-jenis zombie ini bisa kalian dapetin secara gratis. FREE ONGKIR JUGA. POKOKNYA TERIMA BERES LANGSUNG NYAMPE RUMAH.

Caranya?

*Nah ini dia waktunya yang muda yang berkarya :).

BIKIN MOVIE TRAILER HAPPY BIRTH-DIE SEKREATIF MUNGKIN. KALIAN BISA PILIH SALAH SATU TEMA :

1. ROMANTIS, kalian bisa pakai lagu beautiful in white. Isinya cuplikan video interaksi antar tokoh di sekolah, atau adegan apa pun yang bikin aku baper maksimal. :D

2. MISTIS, bisa gabungin video perayaan ultah, backgroundnya dark, kasih backsound yang biasa kalian denger di film-film horor.

>>DEADLINE SATU BULAN, BUAT SEBAGUS MUNGKIN DAN SEKREATIF KALIAN.

Kalau udah selesei, kirim ke admin Chelsea 0821-1800-9385 . Jangan lupa sebutin nama, askot, dan dari GC berapa ya :)

*DUA TEMA ITU, SAMA SAMA WAJIB PAKAI CAST YANG UDAH AKU PILIH. KALO KALIAN MASIH BINGUNG SAMA WAJAH-WAJAH TOKOHNYA, BISA CEK DI INSTAGRAM @PIJARHB, @HEKSAHB, @WILLYHB9, DAN @ANDREHB9

>>

By The Way, gue mau ajak kalian berandai-andai. Kalo gue beneran ketemu sama yang pegang RP Heksa, kalian mau titip pertanyaan apa ke dia? Barangkali bisa aku bikini QnA live di instagram sama Heksa :p

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro