Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[tujuh--c]

Pada pukul dua dini hari, Bagas baru sampai di rumah. Ia mendapati lampu teras tidak dinyalakan. Begitu juga dengan keadaaan di dalam rumah yang tanpa pencahayaan.

Tumben? pikirnya, karena Praya biasanya akan selalu membiarkan lampu menyala kalau ia belum pulang. Bagas menduga mungkin Praya ketiduran sehingga lupa menyalakan lampu. Sambil berjalan ia meraba dinding untuk menemukan saklar. Cahaya dari lampu kemudian menerangi ruangan.

Sebelum ke kamar, ia mengambil air minum di kulkas. Menuang air mineral dari botol ke dalam gelas dan meneguknya hingga tandas. Raisa sebenarnya ingin ia tidak pulang, tapi ia sudah telanjur berjanji pada Salwa untuk menemaninya berolahraga pagi di Senayan.

Namun, langkah kaki Bagas tiba-tiba terhenti setelah ia membuka pintu kamar dan menemukan pemandangan yang aneh.

Praya duduk diam di lantai, tak berbicara apa-apa selain memberi pandangan tajam kepadanya. Seolah sepasang netra milik istrinya itu yang menyambut kehadirannya. Bukan seperti Praya yang biasanya. Bagas belum bisa menangkap dengan baik apa sebenarnya yang sedang terjadi. Hingga ia melihat tempat tidur sudah dalam keadaan rusak, seperti ada benda tajam yang menyayat permukaannya.

"Apa-apaan ini?" tanya Bagas heran dan juga bingung.

Lelaki itu baru akan mengatakan sesuatu lagi, tapi Praya sudah lebih dulu bangkit berdiri. Bagas langsung waspada begitu melihat ada sebilah pisau yang digenggam istrinya. Ia mulai mengerti situasinya sekarang.

"Maaf, aku sudah merusak tempat tidurnya," ujar Praya. Wanita itu masih berdiri di tempat sambil menatap lurus ke arah Bagas.

"Buat apa kamu merusaknya?" tanya Bagas yang tidak habis pikir dengan tindakan Praya.

"Karena di atas tempat tidur itu, kamu sudah bersama wanita lain."

Jawaban Praya barusan langsung menohok Bagas. Ia tidak mengira kalau Praya bisa mengetahui yang dilakukannya beberapa hari lalu dengan Raisa. Ia sama sekali tidak bermaksud membawa Raisa ke rumahnya. Namun, Raisa tidak bisa menahan diri untuk bertemu dengannya pada hari itu. Kekasih gelapnya itu sengaja datang ke rumah. Sehingga mau tak mau Bagas harus segera meninggalkan rumah mertuanya untuk langsung menemui Raisa. Selanjutnya, yang terjadi di kamar ini dilakukan tanpa rencana. Hasrat keduanya terlalu sulit untuk dibendung.

Bagas belum mengeluarkan pembelaan, karena ia juga bingung harus mengatakan apa selain terdiam.

"Aku selama ini tahu kalau kamu itu selingkuh di belakang aku, Mas," ucap Praya pelan.

Ekspresi Bagas tampak terkejut dan Praya masih melanjutkan kata-katanya, "Bertahun-tahun aku coba buat menahan kecurangan kamu. Aku rela kamu selingkuh dengan wanita lain, karena aku pikir mungkin itu bisa membuat kamu lebih bahagia. Karena aku sadar, mungkin aku nggak bisa kasih kebahagiaan yang utuh untuk kamu."

Sorot mata Praya jelas menunjukkan kekecewaan dan kesedihan.

"Selama semua itu kamu lakukan di luar sana, aku nggak akan mempermasalahkannya, Mas. Tapi kali ini kamu sudah lancang dengan mambawa wanita lain itu ke rumah ini dan dengan beraninya tidur di tempat tidur kita ...." Praya menjeda kalimatnya. Dia mengusap air mata yang mulai membasahi pipinya. "Dan aku nggak bisa tinggal diam kalau wanita itu juga sudah mengusik Salwa."

Tentang hal ini pun Bagas tidak bisa menyanggah, karena memang Raisa yang sudah bergerak sendiri untuk bisa dekat dengan Salwa. Pada awalnya, Bagas tidak tahu menahu kalau Raisa tengah melakukan pendekatan terhadap putrinya. Namun ketika ia melihat Salwa bisa akrab dan nyaman dengan Raisa, ia pun membiarkannya.

Praya kembali mengusap air matanya dan berkata, "Salwa adalah anak aku. Aku yang melahirkannya. Aku yang merawat dia. Jadi jangan coba-coba wanita kamu itu menyentuh dia lagi."

Hening kemudian menyergap. Isak tangis Praya menjadi satu-satunya suara yang terdengar. Sedangkan Bagas masih belum bersuara. Lelaki itu lalu melangkah mendekati Praya. Namun seketika itu juga Praya mundur. Berusaha menjauhinya.

"Aku sudah lelah dengan semua ini, Mas. Aku nggak bisa menahan perasaan lagi untuk memaklumi semua yang kamu lakukan sama aku. Yang kamu lakukan sudah melewati batasan yang bisa aku terima."

Praya menatap Bagas dengan linangan air mata. "Aku nggak bisa lagi melanjutkan hidup sama kamu. Aku mau kita pisah."

Bagas tertegun mendengarnya. Tak pernah menyangka sebelumnya kalau kata cerai itu bisa keluar dari bibir Praya.

"Kamu pikir, hanya kamu yang merasa lelah dengan pernikahan kita?" Akhirnya Bagas bisa mengatakan sesuatu. "Kamu salah besar kalau berpikir hanya kamu yang dirugikan."

Bagas mengembuskan napas dengan keras. "Aku berselingkuh juga karena kamu yang nggak bisa menjadi pendamping hidup yang baik buat aku. Kamu sadar nggak, kalau kamu hidup dengan dunia kamu sendiri. Kamu seharusnya ingat, aku ini lelaki normal yang bisa bosan kalau kamu terus menerus jadi wanita yang nggak bisa mengimbangi hidup aku."

Praya sepertinya tidak menyangka kalau Bagas masih bisa melempar kesalahan padanya.

"Kamu juga harus ingat satu hal, Praya." Bagas menatap Praya dengan keangkuhan yang seperti biasanya. "Lavi meninggal gara-gara kamu. Jadi apa nggak pernah terpikir oleh kamu, kalau aku juga harus melewati hal terberat itu? Sedangkan kamu terlalu lama larut dalam kesedihan sialan kamu itu!"

•••

Rasa sakit itu kembali mengemuka di hati Praya. Mengungkit soal Lavi, membuat wanita itu diingatkan kembali dengan dosa yang membebani hidupnya.

"Tapi kamu juga nggak pernah ada di saat aku butuh kamu, Mas .... " Suara Praya terdengar bergetar. "Kamu nggak ada di saat orang-orang banyak menghujat aku ...."

"Tapi itu memang salah kamu yang nggak becus menjaga Lavi!" Bentakan Bagas membuat tangis Praya kembali pecah. Kata-kata suaminya itu semakin memperberat beban rasa bersalah yang ditanggungnya.

Bagas menyugar rambutnya ke belakang lalu berujar, "Aku memang salah sudah mengkhianati kamu. Tapi yang harus kamu ingat adalah ... kamu juga punya andil dengan apa yang terjadi dengan kita sekarang. Kamu yang membuat aku nggak bisa setia. Dan kamu sendiri yang sudah merusak hidup aku. Karena kamu memang nggak pernah pantas buat aku. Kita memang sudah nggak cocok. Jadi silakan kalau kamu mau bercerai. Tapi ingat satu hal, Salwa akan ikut sama aku."

Batin Praya seakan menjerit. Ia tidak bisa menerima kalau sampai Salwa ikut terenggut dari hidupnya juga. Sudah cukup Lavi meninggalkannya, tapi jangan lagi ia harus kehilangan Salwa.

"Kamu nggak bisa ambil Salwa dari aku, Mas," tegas Praya.

"Kenapa nggak? Dia juga anak aku."

"Jangan pernah kamu lakukan itu. Aku nggak bisa hidup kalau kamu sampai bawa dia pergi."

Bagas menggelengkan kepala. "Nanti kamu bisa tanyakan sendiri sama Salwa. Dia lebih memilih aku atau kamu. Tapi aku yakin, dia pasti akan memilih aku daripada kamu."

"Karena Bunda nggak bisa seperti ibu-ibu yang lain. Aku iri sama teman-teman. Mereka punya ibu yang keren. Yang mengerti dengan kesukaan mereka. Sedangkan aku .... Aku nggak punya ibu seperti mereka. Bunda nggak bisa mengerti aku."

Ucapan Salwa terngiang di kepalanya. Bagas benar, Salwa tidak mungkin mau bersamanya. Putri semata wayangnya itu pasti akan menjatuhkan pilihan pada sosok yang menurutnya lebih pantas dibandingkan dirinya. Sama seperti Bagas.

Lavi sudah pergi. Salwa pun akan pergi. Lantas untuk apa ia hidup kalau satu per satu orang yang ia sayang pergi meninggalkannya.

Buat apa ia masih bernapas, kalau napas yang ia embuskan tidak bisa mempertahankan keutuhan hidupnya?

Di dalam pikiran Praya berkelebat hal-hal yang menjadi beban hidupnya selama ini. Mungkin ia akan terbebas dari himpitan kepedihan hatinya setelah ia mengakhiri sesuatu yang dulu sempat akan ia lakukan. Mungkin ini satu-satunya jalan yang terbaik.

Praya dengan cepat mengiris urat nadi di pergelangan tangannya. Mengabaikan teriakan Bagas yang terlambat menyadari tindakannya.

•••♡•••

Bagaimana kelanjutannya? Akan tetap hidupkah?

Jangan lupa untuk memberi VOTE dan komentarnya ya sebagai bentuk dukungan untuk cerita ini ❤❤

Selamat Hari Ibu untuk para ibu-ibu hebat, calon ibu, dan juga wanita yang kelak akan menjadi seorang ibu ❤❤

Terima kasih sudah membaca cerita ini ❤❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro