BAB 9
Maaf ya telat update harusnya kemaren, soalnya perutku melilit dan baru bisa ngirim sekarang😭
Okee silahkan membaca🙃👍
.
.
.
.
.
.
.
-Good bye-
"Omong kosong macam apa itu! Apa kau sedang bermimpi hah?!" Winter menyender tembok menguarkan amarah membuat Junghwan kalah telak, tidak bisa membuktikan kebenaran bahwa dia memang dari masa depan.
Tapi adanya dia di sini bukanlah mimpi, tapi sebuah kenyataan. Entah karena apa.
Mereka sekarang berada di kamar Junkyu dengan aura hitam menguar dari berbagai arah.
Aura yang berasal dari Winter tentu saja.
"Kalian akan berjodoh, Eomma Appa akan tetap bersatu." Junghwan masih menguatkan argumennya membuat Winter melirik ke arah lain sambil berkata bahwa Junghwan membual.
Junghwan menatap Winter sendu, entah kenapa Winter kehilangan egonya dan memilih untuk mengelus rambut hitam kelam milik orang yang sedang duduk dihadapannya.
Junghwan rindu afeksi ini, ia bersyukur bisa kembali sebelum semuanya terjadi di masa depan.
Tapi ... ia tidak mau menjadi seseorang yang menyedihkan. Melihat kejadian di masa depan membuat ia bersedih, Junghwan tidak mau semua itu terulang kembali.
"Noona." Winter menatap Junghwan yang memanggil dirinya dengan panggilan lain.
Winter beranjak untuk duduk di kasur sebelah Junghwan. Ia terdiam sambil memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. "Kalau kau bisa membuktikan dirimu dari masa depan, aku akan mempercayainya," ucap Winter sambil bergerak keluar dari kamar kakaknya.
Sebelum Winter menutup pintu, Junghwan kembali berbicara. "Besok kalian akan putus, apa yang selama ini kau pikirkan semuanya salah." Winter terdiam dan segera menutup pintunya.
Blam!
Winter bergerak menuju kamarnya di sebelah kamar kakaknya sambil berpikir heran tentang Junghwan, masa iya dia dari masa depan?
Pemikiran aneh macam apa itu?
Winter tertawa tapi kembali terdiam mengingat tebakan Junghwan besok hari.
Winter kira ... Junghwan hanyalah orang dengan pikiran minimnya untuk bisa terus tinggal di rumah ini, menyakinkan dia selama berapa minggu terakhir.
Tapi nyatanya, perkataan dia tidak satu pun terbantahkan. Bahkan kakaknya bilang bahwa Junghwan tidak menyiratkan kebohongan berdasarkan analisisnya.
Tapi benarkah demikian?
Di kamar lain, Junghwan sedang menidurkan dirinya berpikir bahwa kejadian itu akan kembali terulang.
Tidak ... mungkin bisa dikatakan bahwa kejadian itu akan dimulai esok hari.
Tentang apa yang dilakukan Raejun pada Winter dan Jaehyuk membuat ia berpikir satu hal, sesuatu yang menganggu pikirannya di masa depan.
"Kenapa dia melakukan semua itu?" Junghwan berpikir sejenak sambil menatap ponselnya dan segera mengambilnya perlahan.
Ia membuka casing ponselnya dan mengambil foto lusuh yang membuat ia tersenyum.
Tidak tahu bahwa ada orang yang mengintipnya, dari balik pintu sedari tadi tanpa diketahuinya.
***
Winter dengan mata terpejam menutup sebagian dirinya dari kenyataan yang ia alami.
Junghwan memang benar ... ini semua kelakuan Raejun.
Raejun pelaku dari foto dirinya yang disebarkan lewat web sekolah.
Video bagaimana Raejun memotret dirinya tertangkap CCTV dan mulai tersebar di web sekolah.
"Kau harus yakin bahwa aku bukan pelakunya, memangnya untuk apa aku mengambil fotomu?"
"Dasar kep*r*t itu?!" Winter dengan muka memerah padam berjalan mencari kelas yang ternyata pintunya sedang tertutup rapat dengan sorakan tawa yang saling mengalun hingga keluar kelas.
BRAK!
Semua orang di dalam kelas terkejut menampakan sosok anak no.1 apalagi Raejun yang masih terdiam tak percaya berdiri tak jauh darinya. Tanpa banyak waktu ia mulai maju beberapa langkah mendekat.
"Kalau kau yakin aku bakal menangis seperti perempuan lain ... kau salah." Winter maju menghadap Raejun yang masih menatap orang di depannya, ia ingin tahu apa yang akan dilakukan perempuan di depannya setelah ini.
Winter merasa batinnya tak bisa diajak serius dan mulai menunduk dengan mata berkaca-kaca, tidak bisa menahan tangis karena laki-laki yang ia percayai selama ini menghianatinya.
Ia salah tidak mendengarkan orang tuanya bahkan kakaknya untuk tidak berpacaran terlebih dahulu hingga kuliah nanti.
Raejun selama ini ... hanya memanfaatkan dirinya untuk mengerjakan banyak tugas sekolahnya.
Ia kecewa.
"Kau hanya diam seperti orang bodoh di sini?" Winter mengulas air matanya sambil mendongak menatap Raejun yang menaikkan alisnya menyeringai.
Tanpa dosa ... dia melakukan itu padanya.
"Pergilah, kalau kau minta putus, sebelum itu aku bahkan sudah memutuskanmu sejak lama." Raejun tertawa sinis. "Orang kaku sepertimu ... untuk apa aku berpacaran dengan kutu buku sepertimu? Lebih pantas aku jadikan kau sebagai babuku selama ini."
Sakit.
Orang di depannya sangat sakit.
Winter menggeram usai menatap ke sekeliling, mereka pasti butuh penjelasan akan apa yang dia lakukan setelah ini.
Winter bergerak menjauh berjalan membuat semuanya menatapnya aneh. "Kau pikir, aku hanya diam saja begitu?" Tanya Winter membalik badannya sambil memegang kursi di sebelahnya, kursi Raejun yang sangat ia kenali.
"Bel akan berbunyi sebentar lagi, kutu buku sepertimu harus segera masuk ke dalam kelas." Winter beranjak mengambil tas Raejun yang dihadiahi sebuah teriakan dari lelaki itu yang segera berlari merebut tasnya.
"Manusia tidak punya malu sepertimu mungkin pantas untuk dihukum berat."
"Winter, sedang apa kau di sini?" Guru dengan kayu di tangannya menatap Winter yang langsung memberikan sebuah tas Raejun ke arahnya.
"Ada beberapa rokok di sini, Seongsaniem." Guru Shin segera mengeceknya.
"Ckckck, basi." Raejun hanya tertawa melihat kelakuan Winter, itu terlalu mudah untuk dijadikan sebuah hukuman.
Ting!
Guru Shin membuka ponselnya dan tak lama terkejut melihatnya. "Dasar si mesum ini!" Guru Shin memukul agak kencang tangan Raejun dan segera menarik telinganya menuju ruang guru.
Raejun menatap tak percaya bahwa Guru Shin bisa mengetahuinya, padahal video itu sudah tidak ada dan ia sudah melarang semua orang untuk tidak menyebarkannya karena dia akan siap sedia memukul mereka.
Lalu kalau begitu, siapa yang melakukannya?
"Semoga kau bahagia dengan hukumanmu ...." Winter berjalan keluar kelas dan menatap Raejun tersenyum puas melihat telinga itu ditarik kencang.
"Junghwan, terima kasih."
Kalau bukan karena Junghwan yang mempunyai videonya, Winter pasti masih mempercayai Raejun sepenuh hati.
Memang benar bahwa kejahatan tidak akan selalu bisa dipertahankan.
***
"Bagaimana kau bisa menemukannya?" Tanya Jaehyuk agak aneh, menatap Junghwan yang malah meladeni donat setelah dia mentraktirnya karena sudah menolongnya.
Junghwan menyenderkan dirinya di kursi ruang tamu, menatap mereka berdua-tentu saja entah bagaimana Winter bisa ikut bergabung dan tidak memilih untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Appa percaya tidak bahwa aku menemukan video ini di ponselmu?" Jaehyuk mengernyit heran tapi tak lama pemikirannya mulai mereda. "Aku menemukannya di masa depan, lalu aku simpan di ponselku."
Winter hanya bisa terdiam menatap mereka berdua. Ia hanya mendengarkan mereka berbicara, terasa seperti orang ketiga di sini.
"Eomma apa tidak mau minta maaf kepada Appa?" Winter terdiam melotot dan segera menatap ke arah lain, matanya terus bergulir menandakan tidak ada kemauan dalam dirinya untuk berbicara.
Jaehyuk hanya bisa harap maklum. "Sudah biarkan saja, lagian yang salah itu Raejun, bukan Winter." Winter terenyuh dan meruntuki dirinya tak mau berbicara sama sekali, malah Jaehyuk yang terlalu baik padanya.
"Kalian harus berbaikan! Kalian harus bisa bersama?!" Junghwan berteriak menggebu-gebu membuat Jaehyuk tertawa pelan, beda dengan Winter yang menggulirkan matanya bosan dengan topik yang sering dibahas ini.
"Aku 'kan sudah menolong kalian, kenapa kalian tidak membalas budi kepadaku?!" Junghwan marah layaknya anak kecil yang membuat Jaehyuk sedikit menyentil dahi anak itu.
"Donatnya mau aku balikin?" Junghwan menggeleng dan segera memeluk kotak donatnya, ia sudah beberapa minggu tidak makan donat.
Jangan sampai ada yang mencuri sekotak berharganya itu.
"Sudahlah, kau ini kenapa malah berpikiran seperti itu sih?!" Winter berdecak malas, untung saja ada Jaehyuk di sini, mungkin kalau tidak dia akan menendang pantat Junghwan sekarang juga.
Junghwan terdiam berpikir sesuatu dan mulai tersenyum.
Semoga saja masa depan ini tidak berubah.
"Beberapa hari lagi, kalian akan segera bertemu-"
"Kita ini satu sekolah, mana mungkin tidak bertemu!"
Winter sudah mengomel membuat Junghwan kesal. "Tidak, bukan di sekolah. Tapi di tempat yang tak terduga, kalian tidak akan pernah menduganya." Junghwan menyengir sambil membawa sekotak donat menuju ke ruangan lain.
"Dahhhh aku mau makan donat dulu!" Winter kembali berkomat-kamit kesal karena Junghwan telah meninggalkannya dengan Jaehyuk di sini.
"Sudahlah biarkan saja, aku mau pulang dulu ya. Makasih sudah diundang ke sini." Jaehyuk segera bergerak tersenyum pada Winter dan berjalan keluar rumah.
Winter termangu sebentar dan segera menatap Jaehyuk yang berjalan menjauh dari rumahnya, mencari halte yang tidak jauh dari sana.
"Maaf karena telah menuduhmu sembarangan." Winter berada di tengah jalan menatap Jaehyuk yang berjalan seiring dengan malam yang mulai larut.
Mungkin dia akan lama sampai ke rumah.
Winter terdiam saat tak sengaja mata dia dan Jaehyuk bertemu dalam lalu lalang orang jalan di sekitarnya.
Jaehyuk tersenyum dan segera berjalan pergi.
.
.
.
.
.
.
.
.
Omake:
"Eh, aku ke toilet dulu ya." Minju mengaduh karena menahan buang air dan segera pergi ke toilet perempuan dengan kecepatan penuh.
Winter senantiasa menunggu sambil memperhatikan cafe aesthetic yang baru saja dibangun di kotanya.
Nuansanya membuatnya tenang, warna pink dipadu dengan biru laut membuat ia betah. Mungkin ini menjadi destinasi terfavoritnya untuk belajar tenang menikmati sentuhan kreativitas dari cafe ini.
"Ohh iya aku belum pesan! Mau pesan apa ya?" Winter segera berjalan dengan ponselnya hingga kepalanya sedikit terantuk karena sesuatu.
"Ehhh maaf-"
Jaehyuk?
"Aku yang harus minta maaf karena berdiri di tengah jalan." Winter tahu Jaehyuk itu tipikal tidak enakan.
Winter segera mundur selangkah karena merasa jarak mereka terlalu dekat. "Aku yang harus minta maaf-"
"Tidak apa-apa, Winter."
"Bukan hanya hari ini, tapi juga untuk yang kemarin."
Entah bagaimana, pipi keduanya memanas.
***
Aku update karena Junkyu ulang tahun yeeee🥳🥳🥳🥳
Si koala ini ternyata sudah bertambah tua rupanya:)
Pssst, aku ambil foto ini karena lucu banget(≧∇≦)/
Maaf ngucapinnya telat sehari😭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro