Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 8

-masalah terkuak-

BUK!

"Apa-apaan kau ini hah?!" Raejun menarik kerah Jaehyuk yang seenaknya memukulnya tanpa alasan.

"Kau ... kau pelakunya?!" Jaehyuk dengan amarah memuncak melepas tangan Raejun yang menarik kerahnya dan langsung mendorongnya hingga terjatuh.

Semua ini tidak luput dari mata para murid yang segera melihatnya secara langsung. Jam istirahat mungkin diinginkan oleh para siswa siswi untuk diam menikmati makanan mereka di kantin. Tapi apa hal ini harus dilewatkan?

Jaehyuk memukul muka Raejun adalah sebuah keanehan, anak pendiam dan cukup pintar itu mungkin sedang berhalusinasi.

"Apa yang kau lakukan?!" Asahi menarik tangan Jaehyuk dan Jeongin juga menarik Raejun yang ingin membalas kelakuannya.

"Kau tidak bisa berpikir hah?! Tahan amarahmu!" Jaehyuk menggeleng ribut, menatap Winter yang menghampiri Raejun dan membawanya entah ke mana.

Entah kenapa rasanya menyebalkan.

"Semuanya kembali cepat! Kim Seonsangniem akan segera tiba!" Jeongin berteriak menunjuk pria berkepala plontos yang sedang berjalan dari lorong lain menuju ke kantin. Semua murid mulai berhamburan kembali menikmati makanannya dan Jeongin membawa keduanya menuju ke kelas.

"Kau harus yakin bahwa aku bukan pelakunya, memangnya untuk apa aku mengambil fotomu? Jangan bertanya-tanya lagi, kau itu pacarku atau bukan?" Jaehyuk mengintip bersama Asahi dan Jeongin melihat Winter yang menatap ke arah lain, seperti tidak mau mendengarkan lelaki di depannya.

Winter tidak bisa buta akan hal ini, foto itu sudah dihapus dari web tapi itu tidak memungkinkan bahwa banyak orang yang masih menyimpannya. Jika Raejun benar pelakunya ... ia merasa sangat sakit.

Raejun menunduk memegang pelan kedua pipi Winter dan berkata, "kau yang paling tahu aku. Kau bisa menilainya sendiri." Winter menunduk sambil memeluk Raejun erat, tidak ingin melepaskan.

"Ckckck, cinta itu memang benar-benar buta." Jaehyuk mengeluh sambil berjalan pergi saat melihat Winter sudah pergi dengan lambaian tangan Raejun yang menyapa.

"Kau tidak mau pergi?" Jeongin menggeleng dan menyuruh Asahi pergi duluan. "Aku punya urusan sebentar." Asahi tanpa banyak bicara menyusul Jaehyuk.

Jeongin berjalan ke arah Raejun yang sudah disadari oleh orang di depannya.

"Wah ... ada apa teman lama?" Raejun terkikik geli. "Kau masih bertanya siapa yang melakukannya, bukan?"

"Aku sudah menemukannya, dan kau pelakunya. Pacarmu mungkin sudah menutup mata dan telinganya. Tapi tidak lama lagi pacar br*ngs*knya itu akan tertangkap." Jeongin menyulut emosi Raejun yang masih bisa dapat ditahan.

"Kau itu aneh, ayah Winter bahkan sering bertemu denganmu dan apa yang akan dia lakukan kalau ini sampai terungkap? Kau bisa putus dari Winter." Raejun tak mengindahkan sambil meraih rokok di sakunya.

"Aku tidak peduli. Dia hanya mainan yang akan kubuang tak lama lagi." Jeongin melongo tak percaya dan terdiam tanpa mengejar Raejun yang sudah menjauh dari pandangan.

***

Bel berbunyi berulang kali menandakan waktu pulang telah tiba, hari sudah mulai sore dan mereka segera beranjak membereskan tas untuk keluar dari sekolah.

Tapi tidak dengan Raejun dan kawanannya, sekali lagi kehormatannya tidak mau disepelekan begitu saja oleh anak culun yang menyebalkan itu. Ia bergerak cepat ke dalam kelas Jaehyuk dan mulai mendekati anak sombong itu.

"Kau tidak akan pernah punya buktinya, kau akan kalah." Raejun berjalan pergi dari kelas setelah berbisik ria di telinga Jaehyuk yang geram mendengarnya.

"Aku pasti akan menemukannya! Kau akan malu nanti!" Raejun mendecih dan langsung pergi bersama kedua anak buahnya, mendengar Jaehyuk membalasnya membuatnya merasa marah. Tapi entah kenapa rasanya dia tidak mau memukul orang tersebut dan memilih untuk langsung pergi dari sekolah.

"Kenapa anak itu menggangguku? Apa aku punya salah dengannya?" Tanya Jaehyuk aneh, anak itu mungkin mempunyai tingkah laku konyol. Sering memberontak dan jarang masuk kelas membuat ia dicap sebagai urakan, apalagi ada beberapa anak cupu yang menjadi korbannya.

Jaehyuk terdiam memikirkan segalanya, apalagi tentang bagaimana kasus ini harus segera terkuak dan dengan cara apa dia akan melakukannya. "Apa aku tanya Junghwan saja?" Jaehyuk terdiam, mengingat Junghwan tinggal di rumah Winter membuat ia tidak kehilangan akal apalagi Junghwan seperti selalu menolongnya.

Jaehyuk berjalan pelan mencari seseorang yang ingin ia tanyai dan menemukan Winter yang sedang berjalan bersama Minju di lorong menuju gerbang.

"WINTER?!" Winter mendelik menatap Jaehyuk heran dan memilih untuk tetap berjalan pergi.

Sret.

"Kita tidak punya banyak waktu, cepat sapa dia!" Minju menahan tangan Winter dan berteriak pelan kepadanya. Ia mau tidak mau melangkah mendekat dan menyapa Jaehyuk dengan senyuman mematikan.

Jaehyuk merasa seram melihatnya.

"Ada apa?!"

"Bisakah aku bertemu dengan So Junghwan? Dia tinggal di rumahmu, bukan?" Tanya Jaehyuk membuat Winter mengedikkan bahu. "Kenapa kau minta izin padaku? Bawa saja dia sekalian ke rumahmu!" Jaehyuk menggaruk kepalanya gusar. Winter memang tidak bisa diajak berkompromi.

"Bolehkah aku minta nomer teleponnya?" Jaehyuk menggulurkan ponselnya tapi Winter langsung saja berjalan pergi dan menarik Minju yang berbalik menggerakkan bibir mengucapkan maaf pada Jaehyuk atas kelakuan sahabatnya ini.

Minju menatap sebal Winter dan memukul pelan lengan Winter yang menarik tangannya. "Kau ini, Jaehyuk mau pendekatan kau malah pergi dan marah-marah." Winter mengernyit jijik membayangkan kalau kejadian tadi memang betulan.

Temannya ini tidak tahu situasi, Jaehyuk yang hampir saja ia pukul masa bisa disebut acara pendekatan?!

Lagian ... dia itu tidak suka Jaehyuk?!

***

Sesampainya di rumah, Winter menidurkan dirinya di kasur dan mulai menatap ponselnya yang kembali berbunyi.

Pesan masuk berisikan hujatan tentang dirinya membuat ia tertekan. Ia ingin sekali menonjok orang-orang bermuka dua itu, tapi apalah daya bahwa ayahnya pasti akan menghukumnya karena menjadi anak nakal.

Anak nakal ... terkadang ia ingin sekali melanggar ketentuan ayahnya tapi sayangnya dia tak bisa diberi hukuman tiada uang jajan selama sebulan. Apalagi ketika kakak koalanya itu yang harus mengantar jemputnya ke sekolah.

Ia terlalu malas menunggu dan membangunkan kakaknya itu.

Kerjaannya hanya tidur membuat dia suka sekali terlambat kuliah, Winter tidak mau bersama dengan Oppa kerbaunya itu.

"Eomma, anyeong!" Winter menatap sinis kepada Junghwan yang mengintip dari balik pintu.

Entah sejak kapan anak hilang itu mengintip di sana.

"Cepat sini masuk. Kamu dari tadi pengen masuk 'kan?" Junghwan menggeleng, ia merasakan aura menyengat dan melihat Winter sudah meremat penggaris yang entah sejak kapan berada di genggamannya.

"Hehehe tidak, Eomma. Aku mau tidur ya dahhh." Junghwan berlari tapi entah bagaimana kakinya tersandung membuatnya terjatuh dan menatap Winter yang tersenyum creepy setelah berhasil keluar dari kamarnya.

"Tidakkkkkkk!!!!!! Aku janji enggak akan ngomong itu lagi!" Junghwan menundukkan diri memohon kepada Winter dengan pandangan memelas.

"Winter!!! Jangan ribut dengan adikmu!" Teriakan membahana Jisoo di lantai bawah membuat Winter kesal.

Kenapa harus adik?

"Enggak, aku lagi cerita seru aja sama Junghwan! Dia aja yang ketakutan!" Winter membalas sambil mengejek anak di depannya yang masih terduduk.

Tak lama Winter teringat sesuatu. "Kenapa Jaehyuk ingin sekali bertemu denganmu? Kau pernah bertemu dengannya?" Junghwan tersenyum mengangguk sembari berdiri dan membersihkan pakaiannya yang kotor oleh debu.

"Aku 'kan sudah bilang, aku itu ingin menyatukan kalian secepatnya. Jadi aku juga harus ketemu sama Appa juga."

"Kenapa kau terus memaksa?" Tanya Winter penuh penekanan.

"Aku tidak ingin kehilangan orang yang aku sayangi."

Winter terdiam mendengarnya.

* * *

Besok ada yang ultah gaesss siapa hayoooo, doain bisa update besok😤✊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro