BAB 3
-Kaleng sarden-
"Ckckck, ada orang gila dengan orang gila lainnya." Salah seorang terkikik membuat Junghwan heran.
Ada apa ini? Mereka memang pantas memanggilnya gila, tapi kenapa jadi mereka bertiga?
"Kau! Apa yang kau lakukan di sini?!" Wajah Winter memerah padam menahan malu terhadap orang baru dihadapannya. Kepalanya mulai terasa pusing.
Jaehyuk masih tetap menunduk, sedangkan lelaki aneh ini terlihat seperti orang bodoh. Memang paket lengkap penderitaan Winter hari ini. Ia ingin pura-pura pingsan, kalau saja dia bisa.
"Dengar, cepat pergi dari sini sebelum aku menamparmu karena mengatakan hal aneh itu!" Winter menghela napas kasar.
Apa katanya? Eomma? Apa orang ini tidak punya akal?
"Sepertinya kita harus mengobrol di tempat lain, kerumunan semakin ramai dan kamera di mana-mana." Benar apa kata Jaehyuk, Winter harus siap siaga dengan kamera. Mereka bisa saja mengeditnya dan menjadikan itu viral, terlebih lagi jika itu bisa menyangkut sosial media yang akan diketahui oleh orang tuanya.
Tidak, itu tidak boleh terjadi.
Winter segera menarik Jaehyuk pergi tapi ada satu tangan erat memegang tangannya dan Jaehyuk. "Kenapa Eomma Appa dikerumuni banyak orang?" Winter segera menendang tulang keringnya dan Junghwan terjatuh merintih pelan. Perempuan ini memang kuat, seperti yang dia ajarkan kepadanya sejak lama.
Sebelum Junghwan memilih pergi untuk bertemu lain waktu, ia mendengar suara dari seorang kerumunan lain.
"Kapan drama ini akan berakhir? Apa kita tidak akan tahu kalau Jaehyuk yang melakukan semua ini?"
Junghwan tahu semua alur ini, tentang apa yang diceritakan Jaehyuk kepadanya di masa depan.
Tentang aksinya dipermalukan, hingga Jaehyuk tidak bisa berangkat sekolah karena malu dengan semua yang terjadi.
Semoga karena dia, semua ini berubah.
"Kalian ingin tahu apa dia menyebarkan foto itu, bukan?" Tanya Junghwan membuat Winter yang membawa erat Jaehyuk berhenti.
Orang bodoh ini masih tetap saja melakukannya, bahkan orang di sini juga mendengarkan penjelasannya.
Ckckck, membuang waktu saja.
Lain dengan amarah Winter, Jaehyuk terdiam mendengar lelaki yang memanggilnya sebagai Appa. Entah kenapa dia merasakan perasaan relung hati yang sangat teduh, merasakan bahwa ada sosok pembela dihadapannya, yang walaupun belum tentu dipercaya, dia merasa bahwa lelaki itu sangatlah menolongnya.
"Kalau kalian tahu, itu bukan akun dia!" Junghwan menunjuk Jaehyuk dan merasa sedikit tidak sopan, tapi dia tidak ingin dianggap gila detik ini. "Ada seseorang yang menjebaknya, dia mungkin akan ditangkap sebentar lagi." Junghwan mencari muka itu, muka yang walaupun tampak samar dia bisa memastikan muka pelaku yang agak suram itu ternyata berada tepat di depan matanya.
"Pelakunya dia, Seo Raejun. Dia yang melakukan semua ini. Kalian harus percaya padaku." Raejun tertawa terbahak bersama gengnya.
Junghwan tahu, Raejun tidak akan semudah itu mengakui kesalahannya.
Tapi ia ingin menantang Raejun, mempermalukannya perlahan demi perlahan. Ingin membalaskan dendamnya tentang sesuatu masalah yang membuat Jaehyuk terluka cukup parah.
"Lelaki ini tidak punya akal rupanya." Raejun meludah ke samping dan mulai menarik kerah baju Junghwan dengan kasar.
"Kau! Beraninya kau menuduhku?! Aku akan—"
TAK!
"Akan apa hah?!" Raejun cengo melihat wali kelasnya yang terkenal sering membawa penggarisnya berada di sini. Raejun bahkan ditarik paksa oleh guru yang terkenal galak itu sambil membubarkan kerumunan yang ada.
"Dasar anak nakal ini?! Kau itu seharusnya belajar, jangan menggangu banyak orang!" Raejun meringis saat dia dibawa masuk ke dalam sekolah sambil dijewer telinganya.
Junghwan terkikik geli, menatap lelaki garang itu dengan pandangan remeh. Setelahnya dia tersenyum menatap Jaehyuk dan Winter dihadapannya.
Dia sekarang terlihat seperti anak ayam yang bertemu dengan induknya.
"Eomma—" Winter kembali memeragakan pose menendang membuat Junghwan terdiam menyengir sambil menutup mulutnya takut.
"Kenapa kau menuduh pacar—"
"Pacar? Bentar lagi juga putus," celetuk Junghwan membuat Winter mau menyerangnya lagi tapi Jaehyuk menahannya.
"Eomma kenapa kasar sekali? pantas saja karena berpacaran dengan lelaki itu. Kenapa kau tidak memilih pria kalem seperti Appa? Dijamin kau pasti akan bahagia."
Jaehyuk merasa seperti kaleng sarden yang dipromosikan.
"Kenapa kau memanggilku Appa?" Tanya Jaehyuk heran, ia sepertinya baru ingat tindakan bodoh Junghwan tadi.
"Karena kalian orang tuaku, aku ini anakmu tahu?!" Muka Winter dan Jaehyuk cuma bisa terdiam menatap Junghwan geregetan.
Bahkan kalau tidak ada penjara di bumi, Winter ingin mencekik pemuda dihadapannya.
"Sudahlah aku mau pergi, kau hanya membuang waktu saja." Winter berjalan pergi dan sebelumnya dia menengok pada Jaehyuk. "Masalah ini belum selesai!" Winter menggeram lucu membuat Jaehyuk terkekeh saat dia melangkah pergi.
"Appa menyukainya, bukan?" Junghwan seperti anak tk yang meminta donat menatap Jaehyuk teduh.
"Sudahlah, hentikan omong kosongmu itu. Aku akan pulang karena sebentar lagi orang tuaku akan sampai." Junghwan lalu melambaikan tangan pada Jaehyuk, terlihat sekali seperti memerankan seorang anak yang berpisah dengan ayahnya untuk bersekolah.
Dan Jaehyuk ... merasa seperti seorang ayah yang meninggalkan anaknya sendirian. Dengan kepastian yang tak pernah berujung.
Entah siapa nama anak lelaki itu, tapi Jaehyuk yakin dia akan segera kembali. Menemuinya dan membuat hatinya sedikit senang.
* * *
"Kenapa mukamu cemberut?" tanya aneh seorang lelaki dihadapannya yang menatap Winter dengan pandangan tak disangka.
Mungkin dia harus hati-hati, mood buruk Winter bisa saja membuat badannya sakit kena tamparan dan juga tendangan yang membuatnya tidak bisa berangkat sekolah.
Winter masih tetap diam, ia menaiki motor itu dan memeluk lelaki berbadan agak besar itu. "Heyy, kau ini kenapa?" Lelaki ini takut kalau perempuan ini bukan Winter. Ia takut dengan sikap murah hati Winter memeluk perutnya, biasanya hanya memegang bajunya yang terkadang sampai melar setiap harinya.
"Junkyu oppa jangan menggangguku, aku sedang tidak ingin diganggu," keluh Winter merengut sedih.
Apa katanya OPPA?!
Apa telinganya tidak salah dengar?
Junkyu cuma bisa berpikir di perjalanan pulang dengan mendengar gumaman Winter yang seperti akan marah dan juga sedih.
Sebenarnya ada apa dengannya?
Sepertinya Junkyu harus menelan pil pahit, adiknya itu memang akan tetap diam sampai masalah terbongkar sendiri. Dia sedikit menyesal tidak satu sekolah dengan adiknya, Winter selalu mendapat banyak masalah. Tapi dia sebagai kakak tidak pernah bersamanya.
"Mau pizza?" Tanya Junkyu sambil berhenti di sebuah toko pizza kesukaan Winter. Tapi Winter menggeleng.
"Aku mau tidur." Winter menguap dan segera terlelap tak berapa lama, persis seperti dirinya yang selalu akan tidur jika sudah menempel pada kasur.
"Untung saja dia tidak menjadi raja singa yang mengamuk." Junkyu segera menyalakan mesin motornya dan berjalan sambil menjaga tangan adiknya agar tidak lepas dari perutnya.
Tanpa tahu ada seseorang yang memotret mereka berdua.
"Apa Winter mencoba selingkuh?" Tanya Raejun segera memasukkan ponselnya sembari menyalakan rokok dengan api yang mulai menyala sebentar hingga dia menjatuhkan rokok mahal itu dan menginjak-injak dengan mata merah menahan amarah.
"Kudengar dia itu kakaknya yang sekolah di tempat khusus science di distrik sebelah." Raejun hanya mengangguk santai dengan segera menekan tombol hapus pada foto yang sebelumnya ia ambil.
Perasaannya kalut, ia marah pada lelaki yang menjatuhkannya di depan umum. Sekarang sebagian orang yang percaya pada Jaehyuk malah menjatuhi hujatan pada kolom komentar di akunnya secara gamblang.
"Awas saja anak itu, belum saja kalau semua tulangnya retak melawanku nanti." Raejun sedikit terkekeh dan berjalan pergi menjauh dari toko pizza dengan kedua budaknya yang setia menemani.
* * *
Junkyu
.
.
.
.
.
.
Mohon maaf bila ada kesalahan kata dan juga beberapa hal lain, kalian bisa coment ya🥺
Ditunggu di bab selanjutnya 👋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro