BAB 2
-Kehilangan arah-
Junghwan membuka matanya dan mendapati dirinya masih di tempat yang sama. Sekeliling area taman yang sudah gelap dihiasi lampu temaram untuk menerangi beberapa bagian cantik taman di sekitarnya.
"Aku mungkin tertidur terlalu lama."
Mungkin dia harus segera pulang, ia sudah banyak menangis hingga matanya memerah. Terlihat saat ia menggapai ponselnya menekan kamera melihat juga beberapa bagian dekat matanya yang tampak lembap.
Dia terbangun beranjak menatap area taman sekitarnya. Ia baru sadar Songpa-gu berbeda dengan apa yang dia lihat sebelumnya.
Bagaimana bisa dia melihat beberapa bangunan yang berbeda dengan yang dilihatnya sebelum tidur? Ia bisa melihat beberapa bangunan yang tak pernah dilihatnya sejauh ini.
"Mungkin aku lupa karena tidur terlalu lama." Junghwan mulai pergi mencari beberapa sisi kota yang masih dia hapal letaknya, melupakan bahwa ada beberapa hal aneh dari apa yang dilihatnya sepanjang perjalanan.
Junghwan berpikir untuk beristirahat di supermarket terdekat, tapi dia tidak melihatnya. Di depannya hanya ada ruko kosong dengan tembok mengelupas. "Apa aku salah jalan?" Junghwan menggaruk kepalanya heran sambil bertanya pada salah satu warga sekitar.
Lelaki tua dengan tinggi semampai itu menggeleng sambil menjawab, "tidak pernah ada supermarket di sini. Yang kutahu kalau teman dekatku sebagai pemilik rumah ini akan membangun supermarket sebulan lagi." Dia berjalan pergi sambil menyadari keanehan dari pria muda di belakangnya, tapi dia tepis kalau mungkin itu adalah kerabat dekatnya.
Junghwan cuma bisa melongo, pengaruh tidur panjangnya mungkin membuatnya tanpa sadar mulai berhalusinasi. Kenapa dia bisa menebak akan ada supermarket di sini?
Hingga saat dia berjalan tidak membutuhkan waktu lama, Junghwan menemukan supermarket dan segera berjalan ke arah lemari pendingin.
Untung saja pemikirannya ditepis karena pasti supermarket yang dia yakini ternyata ada di sini.
Ia segera mengambil soda sebagai penghilang dahaga sambil menatap sesuatu yang menarik di bagian kalengnya.
Tunggu, apa ini?
Junghwan mulai protes dan berjalan ke area kasir menatap seorang lelaki yang mungkin seumurannya bersiul sambil memakan kacang polong.
"Kenapa kalian menjual produk lama diluar expired?" tanyanya agak kesal membuat lelaki itu terdiam sejenak dan mulai mengambil soda itu dengan santai. "Apa kau mempunyai mata minus? Ini benar tahun 2021, produk ini akan segera kadaluwarsa akhir tahun ini. Apa yang harus dipermasalahkan?" Dia menunjuk kalender dan menampilkan bulan Agustus tahun 2021.
"Itu tidak mungkin," jawab Junghwan tersenyum geli tetapi setelah melihat ponselnya, ia tak sengaja membantingnya begitu saja.
"Kau ini kenapa sih? Aku ini sedang lelah untuk mengurusi masalahmu itu tahu?!" Teriaknya membuat Junghwan menunduk malu dan segera membayar sodanya untuk keluar dari sana.
"Aku ... tinggal di tahun 2021?"
Takdir macam apa ini?
Junghwan berlari keluar sembari menyusuri jalan menuju taman yang dia tempati terakhir kali.
Benar saja, kursi yang sempat ia lihat terakhir kali menjadi sangat baru. Ia masih ingat bagaimana bau karatan kursi ini sebelum dia tertidur di sini.
Junghwan yang masih tak percaya berjalan menyusuri kembali jalanan tadi menuju supermarket yang hasilnya tetaplah sama.
Aku hidup di masa lalu?
* * *
Hari sudah mulai pagi, tapi itu tidak menyurutkannya untuk berjalan menyusuri Gangnam-gu yang sangat ramai. Tidak peduli berapa pasang mata menjelajahnya. Ia segera berjalan mengikuti maps di ponselnya mencari sebuah tempat yang akan menjadi tujuan pertamanya.
"Aku baru melihat ponsel itu, apa dia orang kaya?" Junghwan terdiam dan segera menyimpan ponselnya untuk berlari menjauhi halte yang dipenuhi murid sekolahan. Mungkin baju seragamnya menjadi daya tarik tersendiri, tapi ponselnya pasti membuat mereka aneh karena belum ada di tahun ini. Di tambah dia seperti orang kebingungan. Tapi Junghwan pikir dia seperti orang yang bolos sekolah walaupun bel sekolah pasti belum berbunyi.
"Kenapa sekolah itu bisa jauh sekali sih?!" Dia heran mengapa dia bisa tinggal di area Songpa-gu, distrik di sebelah Gangnam-gu. Dia merasa lelah karena tidak pernah terbiasa untuk berjalan kaki, biasanya ia menaiki kendaraan umum. Tapi saat ini dia hanya memiliki uang yang minim dan bahkan keluarga yang tidak akan mengenalinya.
Mereka pasti mengira dia orang gila, pergi ke rumahnya di Songpa-gu hanya akan diusir di sana. Jadi Junghwan harus ke sekolah tempat di mana ada keluarganya yang belajar di sana. Mungkin mereka bisa sadar kalau sebenarnya dia itu benar-benar ada.
Beberapa jam setelahnya, ponselnya akan mengalami lowbat dan dia harus bertanya-tanya kepada warga sekitar mengenai letak Sekolah Gujeong berada.
"Letaknya masih sangat jauh, kau harus ke halte menaiki bus menuju ke sana."
Mungkin orang ini tidak banyak membantunya, tapi karenanya dia menyebut halte jadi Junghwan mencari akal dengan melihat setiap peta dari sekian halte yang ia kunjungi untuk sampai di sekolah itu.
Tapi saat sampai di sana, perasaannya menjadi sangat kalut. Dia seharusnya tidak datang ke sini dalam jam yang bahkan belum sore.
Ini masih jam 3 sore, sekolah akan dibuka pukul 5 sore dan dia harus kembali menunggu tanpa harus ditangkap sebagai anak yang bolos. Untungnya tak jauh dari sana, dia menemukan minimarket membuatnya segera ingin bersembunyi dalam perut keroncongannya.
Dia sangat ingin donat, tapi minimarket tidak akan menyediakannya.
Dengan tubuh lunglai seperti akan pingsan, dia segera membeli roti dan minuman dingin untuk segera makan di sana dalam keadaan tubuh kembali terisi, seperti baterai yang sudah habis dicas.
"Kau membolos ya?" Junghwan tersedak dan menatap kasir supermarket itu yang datang merangkulnya seperti teman lama.
Junghwan menggeleng tapi lelaki tua itu kembali merangkulnya erat, dia tentu saja risih. "Kau ini masih sekolah, hidupmu akan berantakan jika membolos seperti ini."
Ini pasti karena bajunya yang terlalu mencolok.
"Aku tidak membolos." Lelaki itu memukul kepalanya pelan membuat dia kesal, entah kenapa dia tidak bisa lepas dari rangkulannya.
"Kau ini mau jadi apa di masa depan?!"
Berbagai macam nasihat dihabiskan Junghwan untuk mendengarkan Paman ini bahkan hingga beberapa murid sudah keluar dari area sekolah.
Junghwan tersenyum sembari menunduk sopan kepadanya. "Terima kasih atas nasihatnya, Paman." Dia segera terkikik pergi saat Paman itu dengan senyuman ramah mengangguk. Junghwan merasa bahagia bahwa waktunya dihabiskan untuk mengobrol dengan Paman itu, walaupun dia hanya menguap kebosanan tapi semua itu membuatnya tidak terasa bahwa murid Gujeong sudah pulang.
Tapi dia baru sadar, Paman tadi ngomong apa padanya? Sudahlah tidak usah dipikirkan.
Setelah mengendap-endap layaknya seorang detektif, Junghwan malah melihat kerumunan orang di seberang jalan dengan suara bus yang berbunyi nyaring.
Tin!
Tin!
Supir bus itu pasti marah karena banyak murid menghalangi jalan pemberhentiannya di halte, sedangkan kerumunan itu seakan tidak mau lepas dari sana, sampai seorang perempuan yang menarik lelaki keluar kerumunan menuju ke tempat lain, masuk ke dalam gerbang sekolah dan mengobrol di sana.
Junghwan dengan cepat segera berjalan saat dia sudah boleh menyebrang karena lampu sedang merah. Saat itu ia segera berlari tanpa banyak waktu dan berjalan perlahan menghampiri mereka yang akan menjadi pasangan di masa depan, lengkap dengan para penonton heboh yang mengikuti mereka dari belakang.
"Eomma! Appa!" Junghwan tersenyum menyapa mereka, lengkap dengan semua pasang mata di belakangnya menatapnya dengan tawa.
Rasanya ia ingin pindah ke planet lain saat mengatakannya. Tapi tak apa, selagi dia merasa malu, dia ingin merubah apapun yang akan menyelamatkan masa depan dia dan kedua orang dihadapannya.
Aku akan merubahnya, kalian tidak boleh berpisah karenaku.
* * *
Junghwan
.
.
.
.
Hay bertemu dengan refi di sini ....
Aku update karena ....
Si Robot ulang tahun gaess🥺🥺
Selamat ulang tahun!!!! 🥳🥳
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro