BAB 16
-Kenangan buruk-
Junghwan terkadang berpikir saat dia tertawa kencang bersama keluarga Suho. Ia berpikir ... tawa ini mungkin tidak bisa ia dengar lagi. Ia mungkin akan menangis jika kembali ke masa depan jika semuanya tidak berubah. Junghwan mencemaskan segala hal itu, dia bahkan tidak tahu sampai kapan dia terus merepotkan keluarga ini. Tapi ... ia merasa belum menemukan cara untuk mengucapkan segalanya pada Jaehyuk dan Winter. Ia terlalu takut akan sesuatu ....
"Junghwan, kau melamun ya?" Junghwan tersadar mulai menatap Suho seraya menggeleng bohong. "Coba sekarang bilang tadi Appa ngomong apa?" Junghwan tersenyum canggung menatap Winter yang sedang menyantap sepiring nasi gorengnya di meja makan, terlihat tak peduli.
"Sebenarnya Eomma Appa sudah setuju untuk menyekolahkan kamu. Kamu mau 'kan?"
UHUKKK!!!
Winter tersedak dan segera meminum air putih dengan sekali tegak. Entah mengapa dia merasa aneh dengan kalimat itu padahal sebelumnya dia sudah mendengar dengan jelas semenit yang lalu. Ia menatap wajah Junghwan yang terlihat cemas dan Winter dapat melihatnya. Ia ingat saat beberapa hari yang lalu bilang kalau dia tidak ingin dikenali oleh banyak orang.
"A-aku ... aku mau di rumah saja. Tidak usah khawatir, aku baik-baik saja." Junghwan menjelaskan semuanya agar tidak ada lagi kesempatan untuk Suho menyekolahkan dirinya.
Sekolah mungkin menyenangkan, tapi baginya di situasi seperti ini sama saja seperti masuk ke dalam kandang singa. Dia tidak ingin kegiatan sekolah mengganggunya untuk melakukan banyak rencana. Ia lebih baik di rumah membantu Jisoo Eomma daripada harus bersekolah sampai malam. Sekolah itu memang hal yang sangat ia sukai, tapi ini bukan dunianya. Lagipula, akan sangat aneh jika nanti dia bersekolah tanpa kartu identitas yang ada.
Jisoo menggeleng pelan dengan sikap keras kepala Junghwan. Junkyu dan Suho menatap Junghwan aneh, beda dengan Winter yang merasa Junghwan ada pertimbangan untuk segalanya. Dia terlihat cemas dengan keringat dingin menguasai tubuhnya.
Junghwan itu periang dan jahil seperti yang selalu Winter lihat setiap pulang sekolah, tapi rasanya ketika dia tidak menyapanya ... terasa aneh. Ia merindukannya karena Junghwan sudah seperti alarm yang selalu dipakai di kamarnya.
Katakan dia pemalu, tidak bisa mengungkapkan kata-katanya karena rasa egois dalam dirinya. Tapi entah kenapa ia seperti merasa kasihan pada Junghwan. Atas apa yang ia alami dan juga dia di sini karena suatu hal. Jika dia adalah Eomma bagi Junghwan di masa depan ... kenapa dia bisa sampai berkeinginan untuk kembali? Apa dia dan Jaehyuk tidak menjaganya dengan baik? Tapi ... kenapa? Winter menggeleng merasa telah memikirkan sesuatu yang aneh lagi.
Tapi, Junghwan sangat mirip sekali dengannya dan Jaehyuk. Tapi entah bagaimana sifat Jaehyuk lebih mendominasi, terlihat Junghwan sangat pemalu dan lumayan cerdik. Tapi entah kenapa ... gen absurd dari Eomma dan Junkyu seperti tidak pernah ada habisnya menyatu dengan Junghwan. Mungkin bisa dibilang hidup Junghwan sudah menyatu dengan mereka.
***
"Kenapa kau tidak mau sekolah?" Junghwan terpaku saat Winter rela datang ke kamarnya dan Junkyu untuk menanyakan sesuatu.
Junghwan tersenyum dan menjawab. "Firasatku ... aku akan pergi sebentar lagi." Winter menghela napas panjang.
Sudah 3 bulan Junghwan di sini, dia sama sekali tidak mau jujur padanya ataupun dengan Jaehyuk. Winter sama sekali tidak bisa berkata apa-apa lagi. Junghwan sangat susah untuk ia ketuk hatinya, ia seperti mencoba menghancurkan batu besar dengan tangannya sendiri. Karena semua itu percuma ....
"Kenapa kau tidak jujur sepenuhnya? Kalau kau mengatakan itu ... aku dan Jaehyuk mungkin akan lebih percaya padamu!" Tegas Winter membuat Junghwan menatap ke sembarang arah.
"Mungkin ... dia berbohong, bukan?" Winter terdiam saat Junkyu sudah datang usai makan malamnya dari lantai satu. Dia tersenyum miring membuat Winter bingung. "Kau benar percaya bahwa ... dia anakmu?" Winter menjadi terdiam merasa tidak yakin jika dia menjawab. Jika ia mengatakan iya, dia akan ditertawakan oleh Kakaknya yang absurd itu karena berpikiran aneh.
Junghwan mulai merasakan tubuhnya berkeringat, ia pasti yakin Junkyu sudah tahu kesalahan fatalnya. Mungkin tidak fatal baginya ... tapi bagi Junkyu, itu fatal apalagi dia adalah pengamat yang baik. Junghwan seharusnya tidak terlalu meremehkan Junkyu, seharusnya dia meminta untuk tidur di kamar lain yang sudah disediakan, bukan tidur bersama koala bernama Junkyu ini.
"Heyy anak sapi?! Kau mendengarkanku?" Junghwan mendengus menggeleng lalu masuk ke dalam kasur untuk menutup dirinya dengan selimut dan kasur yang empuk.
Winter menatap Junkyu datar lalu pergi dari kamarnya menuju kamar di sebelahnya. Junkyu mulai tersenyum miring menatap Winter dan Junghwan yang mungkin sudah tertidur pulas.
"Aku ternyata sudah tahu ... terjawab sudah pertanyaannku karena Junghwan terlihat takut aku mengatakannya." Junkyu tertawa dan mulai menidurkan dirinya di atas Junghwan. Ia menatap langit-langit kamar sembari memejamkan mata.
"Aduhhh adik kecilku ini sangat baik ya." Junkyu gemas dan tak lama segera terlelap dengan dengkuran napas halusnya. Junghwan yang belum tidur segera memindahkannya di sebelahnya dan dia yang segera tidur menatap beberapa pernak-pernik bintang yang entah bagaimana bisa ada di kamar laki-laki.
Junghwan masih terasa bingung. Apa Junkyu membual atau ... dia memang tahu sesuatu? Sisi ketakutannya mulai bangkit, dia tidak mau sampai Junkyu mengetahui semuanya. Itu bisa saja mengagalkan rencana yang telah ia susun selama ini. Junghwan segera menutup matanya hingga tak lama—
Bruk!
"Arghhhhh!!!!!!!" Junghwan marah karena sudah dua kali dia terjatuh dari kasur karena Junkyu yang tidur selalu bergerak leluasa. Junghwan segera keluar dari kamar Junkyu menuju lantai bawah, di sana masih ada Suho yang sedang menonton acara televisi dan Junghwan ikut untuk menonton dan menyoraki pertandingan bola yang diadakan secara live.
***
"Sudah beberapa hari ini kau tampak lemas ... ada apa?" Jaehyuk menggeleng pelan dan mulai tertidur pulas di kursinya dengan Jeongin yang menatapnya di sebelahnya. Jeongin sebenarnya sampai larut malam ada keperluan di club basketnya sampai benar-benar tidur sebentar hari ini. Tapi entah bagaimana ia merasa Jaehyuk seperti sudah tidak tidur beberapa hari.
"Aku tidak apa-apa." Semenjak di rumah entah bagaimana Jaehyuk sudah terlihat agak cemas dengan dirinya sendiri.
Jaehyuk semakin tidak merasa betah di rumah. Ia juga sering mencium bau aneh yang menganggu saluran pernapasan nya setiap malam hari. Untuk mengeceknya saat malam itu, dia terlalu takut untuk turun ke lantai 1 karena kegelapan yang terpancar saat Ibunya selalu mematikan lampu sebelum tidur.
***
Hallo semuanya jangan lupa voment biar aku tambah semangat!
Okee see you part selanjutnya👋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro