Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 12

-Sekotak Donat-

Tok.

Tok.

Tok.

Jaehyuk menunggu penghuni rumah keluar, tapi nyatanya sudah 3 kali ia ketuk tapi tidak ada jawaban.

Jaehyuk segera mengirim pesan pada Winter, tapi tidak dibalas.

Cklek.

"Ehhh!!!" Jisoo yang membuka pintu ingin pergi ke minimarket agak kaget melihat seorang remaja lelaki di depan rumahnya.

Jaehyuk tersenyum agak canggung. "Maaf, apa Winter ada di rumah?" Jisoo terdiam sebentar. "Kau siapa?" Jisoo memicingkan matanya menatap anak di depannya. Winter tidak bilang padanya kalau ada temannya yang akan datang.

"Eomma!" Winter berjalan agak cepat ke luar rumah menemui ibunya dan Jaehyuk. "Dia Jaehyuk, Eomma. Yang aku ceritakan kemarin," bisik Winter yang masih bisa terdengar oleh Jaehyuk.

"Ohhhh kau Jaehyuk, yasudah Eomma pergi dulu. Kalau mau keluar jangan lupa kabarin kakakmu yang lagi molor." Winter mengangguk dan Jisoo segera berjalan pergi dan ia segera menatap Jaehyuk dihadapannya dengan pandangan aneh.

"Kenapa kau ... memakai seragam?"

"Ahh ini ...." Jaehyuk agak bingung menjelaskannya. "Kau pasti tahu orang tuaku ... aku berbohong untuk ke sini." Winter segera menggeleng pelan dan membuka pintu utama lebar agar Jaehyuk bisa masuk.

"Sepertinya kau harus menasihati orang tuamu, pertemanan itu tidak semuanya buruk, kau harus yakinkan bahwa kau bisa memilih teman yang terbaik. Seperti Asahi, Jeongin, dan ... aku?" Winter menunjuk dirinya sendiri.

Jaehyuk menggeleng pelan. "Susah menyakinkan mereka, orang tuaku terlalu tertutup, aku bahkan tidak pernah melihat keluarga jauhku sendiri. Mereka juga tidak punya teman di kantor ... mungkin hanya pendeta dan beberapa temannya di gereja." Winter menganga. "Orang tuamu religius sekali ...." Winter bertepuk tangan.

"Ohh iya di mana Junghwan?" Tanya Jaehyuk mengalihkan pembicaraan.

Winter sedikit cemberut. "Dia sedang bersama Appa ke toko donat, katanya sekalian membawa ke tempat kerjanya."

Jaehyuk terkekeh. "Kau iri?" Winter membulatkan matanya. "Tidak kok?!" Winter misuh-misuh kesal, padahal dia memang benar-benar iri dengan Junghwan.

"Junghwan itu ... aku merasa punya ikatan batin dengannya." Jaehyuk bergerak menyenderkan dirinya di sofa. "Kau percaya padanya?" Tanya Winter, mungkin sudah setiap hari Winter melayangkan pertanyaan yang sama.

"Sedikit ... tapi karena CCTV itu, aku jadi sangat yakin padanya."

Benar, Winter juga merasa aneh karena video CCTV itu bahkan sudah tidak ada karena pemiliknya sudah menghapusnya permanen, tapi entah bagaimana seorang Junghwan bisa menemukannya, dengan title Jaehyuk di masa depan yang menyimpan video itu di ponselnya.

"Sebenarnya aku juga mulai sedikit yakin, tapi aku tidak suka dipanggil Eomma, dia terlalu menyebalkan." Winter mendengus karena Junghwan selalu mengerjainya setiap hari.

"Apa kau menemukan sesuatu bahwa dia dari masa depan?" Tanya Jaehyuk membuat Winter sedikit bersemu.

Foto itu ....

Apa dia harus bilang kalau kakaknya menemukan foto pernikahan dia dengannya di casing ponselnya?

Winter mengangguk dan segera menggeleng pelan. Jaehyuk hanya melihat keadaan Winter yang sedikit cemas.

"Yasudah kita belajar saja." Jaehyuk segera mengambil bukunya di dalam tasnya.

***

"Enak 'kan?" Junghwan mengangguk senang membuat Suho yang duduk di sampingnya mengelus pelan rambut Junghwan yang sehalus bayi.

"Mau tambah lagi?" Junghwan dengan cepat menggeleng. Sebenarnya ia tidak suka merepotkan orang, tapi Suho ingin sekali membelikannya saat tahu dia suka donat.

Ini sudah satu pack donat, entah berapa harganya tapi Junghwan sudah merasa tidak bisa membalas jasanya.

Di masa depan, ia selalu merepotkannya. Ia selalu bertindak menyebalkan saat itu, tapi Suho masih sayang padanya. Ia merasa sangat berterima kasih bisa hidup dengannya bahkan seluruh keluarganya.

"Ohh iya ngomong-ngomong, kenapa kau suka donat?" Tanya Suho seraya melanjutkannya. "Donat itu memang terasa enak, tapi saat tua nanti, kamu tidak bisa menjadikan donat itu makanan kesukaanmu lagi." Junghwan tersenyum pelan menatap orang di depannya.

Junghwan ingin sekali memberitahukan kepada Suho, sebuah perkataan yang akan melenceng nanti di masa depan.

"Apa salahnya dengan makan donat? Setua apapun kamu, kamu itu dirimu sendiri."

Junghwan menyengir membuat Suho memandangnya aneh. Memikirkan apa yang anak ini bayangkan sebenarnya.

Ting!

Ponsel Junghwan tiba-tiba berbunyi dan dia segera membuka pesan itu.

Eomma🥰

Bagi donatnya?!

Junghwan tertawa dan membalas pesannya setuju dan segera menutup donat itu.

"Sudah kenyang?" Junghwan mengangguk dan mereka segera bangun dari meja makan untuk keluar dari toko donat itu.

Tanpa tahu ... seseorang menatapnya tajam.

***

Sekarang keluarga Suho sedang makan malam di meja makan tepat pukul 7 malam. Winter dan Junkyu yang libur les dan Suho yang menyempatkan diri pulang membuat suasana tambah ramai. Biasanya Jisoo ditemani Junghwan untuk makan bersama.

Junghwan merasa seperti memiliki keluarga yang sempurna. Ia terlalu sayang pada keluarga ini dan berharap di masa depan keluarganya bisa utuh.

Junghwan menatap Winter sambil tersenyum dan melanjutkan aksi makannya. Junkyu sedikit merasa keanehan dan mulai kembali melanjutkan makannya.

"Apa keluargamu tidak menyekolahkanmu?" Tanya Junkyu membuat Junghwan tersedak karena mendapat pertanyaan yang pasti dipikirkan keluarga di rumah ini.

"Ohh iya ... bukankah kau bilang dulu les privat?" Tanya Jisoo membuat Junghwan memutar matanya mencari jawaban yang seakan menyekiknya.

"Junghwan—" Suho segera menatap Junghwan tapi suara seseorang memutuskan omongannya.

"Bukankah orang tuamu semuanya sudah tiada?" Tanya Winter membuat semua pandang mata tertuju padanya.

Junghwan menggaruk bawah kepalanya yang tidak gatal. "Maaf, aku baru cerita sekarang." Junghwan menunduk sedih.

"Aduhhh sini anak Eomma kupeluk!" Jisoo menggeret kursi Junghwan dengan tenaga penuh dan segera memeluk pinggangnya erat. Tak menyangka air mata keluar membuat Junkyu tersentuh setelah merasa tidak yakin sebelumnya.

Winter terdiam melihat kedua orang tuanya memeluk Junghwan gemas.

Bukan karena ia iri pada sosok asing bernama Junghwan, tapi melihatnya menangis, membuat ia tersentuh. Ia kembali mengingat Junghwan yang mengatakan bahwa dia ibunya selama ini.

'Apa aku ... tidak bisa merawat anak di masa depan?'

Winter menggeleng frustasi dan melanjutkan aksi makannya yang tertunda. Ia bisa melihat bekas air mata di pipi Junghwan yang masih basah, dia pasti sangat sedih karena merasa dibilang tidak punya orang tua.

Di sebelahnya, Junkyu terdiam sejenak memikirkan sesuatu, entah kenapa ia punya firasat bahwa Junghwan berbohong. Ia bahkan yakin 100%. Tapi melihat ini ... dia memikirkan semuanya bahwa Junghwan memiliki nasib buruk, yang bahkan keluarga ini belum tahu apa.

Junkyu segera berbisik saat Winter sedang memakan lauknya. "Kau membelanya?" Tanya Junkyu membuat Winter gelisah lalu menggeleng.

Junkyu sedikit terkekeh karena Winter yang belum bisa jujur.

"Kau yakin dia anakmu?"

Winter merasa seluruh tubuhnya kaku. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan kakaknya. Junkyu selalu membuat dia percaya sepenuhnya padanya. Pada pendapat Junkyu yang sangat membuat ia percaya bahwa Junghwan berbohong.

Tapi apalah pendapat kalau Winter memiliki perasaan tulus pada tindakan Junghwan saat ini. Dia bisa tertawa dan menangis dalam keadaan apapun. Tidak mungkin dia berbohong terhadap masalah hidupnya yang terjadi.

Winter berdoa pada Tuhan agar semua masalah ini cepat terselesaikan.

Apa itu bisa terjadi?

***

Omake :

"Gurumu itu rajin sekali, hari minggu saja masih mau mengajar." Jaehyuk tersenyum berbohong.

Jaehyuk segera membuka pintu mobil. "Sudah ya, gurunya sudah menunggu." Kedua orang tuanya mengangguk dan Jaehyuk segera menutup pintu mobil untuk bergegas masuk sambil menyapa satpam di gerbang yang terheran karena aksinya.

"Apa yang kau liat di sana?" Tanya aneh sang istri membuat suaminya menggeleng dan segera melenggang jauh dari sekolahan anaknya.

Tanpa tahu bahwa anaknya telah berbohong.

. . .

Ada yang udah nebak Junghwan itu jujur atau bohong?


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro