BAB 11
Jangan lupa vote and coment🥺
.
.
.
.
.
.
.
.
.
-Berjalan bersamamu-
Perpustakaan tampak lenggang karena jam istirahat baru saja dimulai. Winter tersenyum merasakan hawa asri di dalam perpustakaan, apalagi karena di sini tidak banyak orang yang berdatangan.
Sebelum mencari buku anatomi tubuh manusia, ia berbalik mencari buku novel yang berderet rapih di sebelahnya. Tempat ini menyimpan segudang novel baru dan terkadang setiap bulan diganti untuk menarik minat baca di perpustakaan. Winter mengambil salah satu buku bersampul pink dan segera menyenderkan dirinya di deretan buku di sampingnya.
"Ckckck, membosankan." Winter mengembalikan kembali bukunya dan segera berbalik ke rak sebelah mencari buku anatomi yang diperlukannya.
"Jaehyuk?" Winter terdiam mendapati Jaehyuk yang sedang membaca di sana. "Ahh, iya. Ada apa?" Tanya Jaehyuk agak canggung.
Winter berjalan pelan seraya memegang bahu Jaehyuk. "Kau menutupi buku yang akan ku ambil."
"Ohh, maaf." Jaehyuk bergeser beberapa meter dan Winter segera berjongkok mencari buku tersebut.
"Kok tidak ada ...." Winter mengecek rak itu berulang kali dan merasa bahwa buku itu telah diambil oleh orang.
"Kau mencari buku ini?" Jaehyuk bergerak menunjuk buku yang ia pinjam, secara tidak sadar Winter menepuk dahinya karena ternyata buku itu ada pada Jaehyuk.
Mereka saling bertatapan dan terdiam malu, antara Jaehyuk yang malu menawarkan buku ini padanya atau Winter yang juga sama malunya untuk berkata 'pinjam' kepada lelaki di depannya.
"Kita bisa membacanya bersama ... buku ini ...." Jaehyuk merasa kalimatnya agak aneh, tapi Winter paham apa yang dijelaskannya.
Winter segera menarik tangan Jaehyuk menuju meja yang menjadi sarana membaca mereka. "Kita bisa membacanya bersama." Winter mulai duduk dan Jaehyuk yang kalang kabut langsung saja ikut duduk di sebelahnya.
"Bersama?" Gumam Jaehyuk saat melihat mata Winter mengarah pada bukunya, sambil menulis sesuatu di buku catatannya.
Mereka terdiam menikmati suasana masing-masing, merasa nyaman dan tak tahu bahwa mereka akan terlambat masuk ke kelas.
***
"Hyung, turunkan aku di sini," pinta Junghwan membuat Junkyu memberhentikan sepedanya di area taman di dekat sekolahnya.
Junkyu menengok ke arah Junghwan yang membawa jaketnya sambil menengadah melihat langit. "Kau mau di sini saja sampai aku pulang?" Tanya Junkyu karena merasakan hawa dia harus menjemputnya lagi di dekat sekolahan adiknya, di Gangnam-gu.
Terkadang ayahnya boleh memperbolehkan dia membawa motor jika itu perlu, tapi sayangnya sekarang ibunya selalu memakainya untuk pergi ke rumah neneknya membuat dia harus rela mengendarai sepedanya ke sekolah.
"Aku nanti mau langsung pulang saja." Junkyu menghela napas panjang sambil tersenyum. "Hati-hati! Awas digigit buaya!" Junkyu menyengir sambil menggowes sepedanya membuat Junghwan mendengus.
"Buaya apaan?! Ada-ada saja." Junghwan berjalan ke area Songpa Naru Park sambil menggenggam erat jaketnya apabila dingin mulai menguasai sekujur tubuhnya.
Ia bosan selalu saja di rumah, menghabiskan waktu dengan bermain ponselnya. Lebih baik ia keluar rumah, menikmati pemandangan Songpa-gu dari balik masa lalu. Ia yakin ini akan menjadi suatu kenangan terindah yang tidak akan pernah ia rasakan di masa depan.
Ia berjalan mengintari wilayah ini, sangat disayangkan ia datang di saat musim gugur melanda. Ia menyayangkan bahwa melihatnya dalam musim semi akan terlihat lebih bagus, ia sudah membayangkan akan secantik apa bunga pink bermekaran di sekelilingnya, terasa seperti mimpi jika melihatnya, apalagi di masa depan, ia belum pernah merasakan musim itu saat sudah tinggal di area ini.
Setelah duduk diam di kursi memandang daun maple yang indah, ia segera mencari kesibukan dengan menyimpan kenangan di dalam ponselnya.
Kursi yang Junghwan tempati ia foto berdasarkan pengalaman rendahnya untuk memotret sesuatu.
Setidaknya hasilnya tidak buruk.
Junghwan mengitari area yang masih sangat sepi ini. Memang jam masih menunjukkan pukul 8 pagi, hanya ada beberapa orang. Sepertinya dia salah satu orang yang gabut dengan memutuskan ke area ini.
Sebenarnya dia ingin sekali pergi ke Lotte World yang jaraknya tidak jauh dari sini, tapi apa daya dengan uangnya. Ia tidak mau merepotkan Suho Appa sebagai seseorang yang pasti repot mengurusnya selama ini. Bebannya mungkin bertambah, jadi dia tidak ingin kembali merepotkannya.
Sebenarnya memang di masa depan ... dia juga sangat sungkan tinggal di rumah Suho Appa. Tapi merekalah yang selalu baik padanya, apalagi jika membayangkan perbedaan bagaimana Winter di masa depan dengan yang saat ini membuatnya agak sedikit terpingkal.
Junghwan mulai menggeleng saat menyelam pada pemikirannya, ia seharusnya menikmati suasana di sini.
Jadi tak lama Junghwan mulai berjalan dan memotret beberapa foto yang indah dan ya ... foto itu hanya berupa daun maple karena menurutnya itu foto yang sangat indah yang telah ia foto.
"Apa setelah ini aku harus makan?" Tanya Junghwan sambil berjalan mencari minimarket, tapi ia terpikirkan kembali tentang hubungan antara Winter dan Jaehyuk.
"Mereka pasti sedang pendekatan sekarang." Junghwan sedikit mengernyit jijik, menyadari bahwa romansa mereka agak sedikit malu-malu. Apalagi Jaehyuk yang diam membuat Winter terkadang berpikir bahwa Jaehyuk tidak menyukainya.
"Apa masa depan akan tetap sama atau ... berubah karena kedatanganku?" Tanya Junghwan yang terdiam menghela napas gusar.
Ia tidak tahu sampai kapan dia akan berada di sini. Tapi yang dia inginkan adalah merubah segalanya menjadi lebih baik terlebih dahulu baru bisa pulang ke waktu yang sebenarnya.
Ia berharap bahwa strategi dadakannya berhasil, ia cukup berdoa bahwa setidaknya di masa depan nanti bisa berubah menjadi lebih baik, walaupun sedikit sekalipun.
***
Entah tebakan Junghwan benar atau tidak, Jaehyuk dan Winter akhirnya bertambah dekat. Mereka menjadikan diri sebagai teman sekaligus rival dalam pelajaran.
Tapi menurut Jaehyuk, tidak ada yang bisa mengalahkan nilai seorang Winter. Dia bahkan tidak pernah masuk dalam 5 besar dalam daftar rangking, itu susah sekali padahal dia sudah berjuang keras. Tapi melihat betapa kerasnya Winter belajar membuat Jaehyuk tersadar bahwa tertidur selama 5 jam mungkin sangat kebanyakan. Seharusnya ia mengurangi waktu tidurnya, tapi apa daya jika bagi dirinya kesehatan nomer satu dan untungnya orang tuanya tidak menekankan hal tersebut.
"Apa kau tidak dimarahi orang tuamu karena belajar hingga pagi?" Tanya Jaehyuk sembari mengambil buku incarannya.
Mereka sedang berada di toko buku ssetelah Winter memaksa agar Jaehyuk menemaninya.
Ia menatap Winter yang menggeleng dan tak lama mengangguk. "Itu pasti, tapi aku selalu bandel bahkan Eomma sering tidur di kamarku untuk terus memantauku. Karena hal itu ... aku jadi jarang belajar hingga pagi." Jaehyuk mengangguk bersyukur bahwa orang tua Winter ternyata perhatian pada anaknya.
Mungkin dia juga bersyukur dilahirkan sebagai anak dari keluarga Yoon. Orang tuanya sangat peduli, walaupun posesif, tapi dia sayang dengan keluarganya. Terkadang orang tuanya mengundang iri temannya. Tapi orang tua tidak bisa sempurna seperti Tuhan, jika mood orang tuanya buruk, terkadang mereka bisa saja memarahinya karena masalah sepele. Dia tidak menyukainya, tapi dia tetap sayang pada orang tuanya. Mereka telah melahirkannya jadi bagaimana bisa Jaehyuk mengecewakannya?
Mungkin saat ini, Jaehyuk telah mengecewakan orang tuanya. Ia bolos les dan memilih untuk mengikuti Winter. Winter berkata bahwa kehidupan Jaehyuk cukup membosankan, seperti hanya ada warna hitam dan putih.
"Bagaimana jika aku menambahkan warna itu? Aku bisa mengajakmu ke banyak tempat. Aku kebetulan setiap minggu selalu berjalan dengan Minju, tapi dia sibuk bekerja, jadi bagaimana jika kau menggantikannya? " Jaehyuk tergagap menengok ke segala arah saat Winter dengan gamblang mengatakan itu, bahkan di dekat kedua sahabatnya yang berakhir sering mengejeknya karena Winter melakukan pendekatan duluan seperti seorang cowok.
Tapi memang benar, Winter telah membawa warna indah pada dirinya. Ia merasa senang bersama dengan Winter. Tak ayal bahwa saat melihat senyuman menggemaskan Winter saat mendapatkan buku yang dia cari, Jaehyuk langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Setelah membeli sebuah buku, mereka mampir di cafe terdekat, menyesap kopi sambil melihat matahari terbenam adalah sebuah hal yang asyik untuk dilakukan.
Winter menatap Jaehyuk yang jika memandangnya malah menengok ke arah lain membuat Winter mendengus. Ingin memarahi tapi ini Jaehyuk, lelaki dengan seribu satu ketidakpekaan dalam dirinya. Itu yang selalu ia dengar setiap Jeongin dan Asahi menjelaskan sesuatu pada Jaehyuk, kecuali tentang pelajaran.
Winter kembali menegak kopi itu pelan sambil menatap Jaehyuk, yang ditatap agak salah tingkah dengan telinga memerah.
"Menurutmu kau percaya tidak dengan Junghwan kalau kita ...." Winter tidak bisa melanjutkan karena agak malu dengan khayalan aneh Junghwan.
Jaehyuk terdiam, menepis pemikirannya tentang betapa cantiknya orang di depannya. "Entah mengapa ... aku percaya padanya." Winter terdiam dan kembali memandang wajah Jaehyuk yang bersinar dengan efek lampu di atasnya.
"Junghwan, aku merasa dia sudah menjadi bagian dari keluargaku sendiri." Winter mengangguk mendengar pernyataan Jaehyuk. Ia juga merasa bahwa Junghwan adalah keluarganya.
"Kita tunggu saja kebenarannya sebentar lagi, jika anak itu memang dari masa depan, dia pasti akan segera membeberkan kebenarannya." Winter mengangguk setuju.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro