Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 1

-Seorang pengacau-

"Selamat pagi dunia," gumam lelaki dengan senyumnya yang menyapa jalanan yang ramai di sebelah kanannya, ia menaiki mobil yang dikendarai ayahnya menuju Gujeong High School, salah satu dari sekian sekolah SMA terkenal di Seoul.

"Jaehyuk, kamu sudah membawa makan siangnya?" Tanya seorang wanita berkepala lima di sebelah ayahnya, Jaehyuk mengangguk menjawabnya.

"Ingat Jaehyuk, kamu sudah kelas dua. Universitas elit akan menantikan orang sukses di masa depan, jangan telat makan dan jaga kesehatan." Jaehyuk kembali mengangguk paham pada sang ibu, tanpa berbasa-basi mulai mengutak-atik tas dengan mengambil sebuah buku saku di dalamnya.

Buku itu sederhana, dengan sampul biru laut kesukaannya ia membuka dan menatap beberapa ringkasan kecil yang selalu ia tulis setiap malam.

Distrik Gangnam mungkin terlihat sangat ramai, apalagi kalau bukan karena murid sekolahan yang rela mengantri di halte untuk mendapatkan bus. Tentunya Jaehyuk bukan orang yang seperti itu, dia tentunya setiap hari diantar oleh orang tuanya. Menaiki bus mungkin hal yang tidak biasa mengingat dia selalu diantar ke sekolah sejak kecil.

Mobil itu berhenti setelah mata safirnya melihat banyak orang yang menyebrangi jalan ke area sekolah, ia mengucapkan salam singkat kepada orang tuanya sebelum keluar dari mobil hitam keluaran terbaru yang akhir-akhir ini diperbincangkan.

Ia keluar sambil merangkul tasnya dan menatap buku saku di tangan kanannya.

Ting!

Pesan singkat masuk, ia menjelajahi sakunya dan mulai membuka ponsel menatap notifikasi dari web yang sudah dikirim tadi pagi kembali muncul.

Perempuan yang tidak punya malu.

Perempuan di foto ini satu angkatan dengannya. Ia sangat tahu sekali dia siapa bahkan perempuan ini ada dihadapannya saat ini, bersama pacarnya yang asyik memainkan beberapa helai rambutnya dengan gemas.

Kim Minjeong atau yang kerap disapa Winter, nama yang terinspirasi dari tanggal lahirnya yang diterpa musim dingin ini menjadi topik perbincangan dalam web sekolah.

Mukanya yang tampak tersenyum puas saat pacarnya mengerjainya mungkin dia belum tahu hal ini.

Apa dia harus memberitahunya?

Tak disangka aksi melamunnya membuat mereka sudah pergi jauh. Jaehyuk langsung saja melangkah masuk ke dalam gedung sekolah sambil menyapa teman seangkatannya yang lewat, tak lupa adik maupun kakak kelas kenalannya ia sapa. Senyuman tidak pernah luntur dari bibirnya.

"Ada apa dengannya? Kenapa dia terlihat sangat santai?" Jaehyuk mengernyit saat melihat beberapa perempuan berbisik setelah disapa olehnya.

Tapi pertanyaan itu Jaehyuk alihkan pada sosok lelaki dengan wajah robot menyapanya.

"Kenapa kau berdiam di sana?" Tanya Asahi yang kerap dipanggil robot itu menatapnya dengan pandangan aneh.

"Tidak apa-apa, aku hanya melihat berita ini." Asahi melihatnya dan langsung menjauhkan HP itu dari hadapannya.

"Apa mereka tidak punya sopan santun mempublikasi hal agak vulgar seperti itu?" Asahi berdecak bosan, entah sampai kapan web yang dibuat siswa itu akan berhenti mencemarkan nama baik seseorang, apalagi web itu sering dijadikan ajang 'seberapa lama kamu bertahan hidup dengan kasus ini'.

"Itu yang menjadi pemikiranku sejak tadi, kau tahu siapa yang menyebarkannya?" Jaehyuk segera duduk bersama Asahi di sebelahnya yang menggeleng sambil mengeluarkan ponselnya. "Aku ganti ponsel baru, kau tahu adikku suka membantingnya seperti biasa." Jaehyuk menggeleng mendengarnya.

Entah kenapa dia sangat ingin tahu, tapi sayangnya teman dekatnya satu lagi, Jeongin sedang ada turnamen basket yang tidak bisa diganggu gugat.

Selepas Jaehyuk membuka bukunya karena ada ujian dadakan, tak lama Guru Kim selaku guru matematika datang dan mulai mengumpulkan ponsel murid kelas masing-masing.

Mereka diam mengerjakan soal itu tanpa disadari, Guru Kim berdecak saat melihat ponsel dengan tulisan 'Jeongin rubah' menelpon ponsel Jaehyuk. Guru Kim segera mematikan ponsel yang untungnya sudah di mode silent.

* * *

"Kenapa ini bisa terjadi padaku?" Winter menangis di taman belakang sekolah dengan Minju yang senantiasa memeluknya erat.

Dunia ini mungkin tidak adil bagi Winter, entah bagaimana dia selalu dihantui oleh reputasi buruk karena setiap bulan selalu ada yang berniat menjatuhkannya.

Winter tahu dia peringkat satu di jurusannya, tapi kenapa seakan mereka terlihat ingin meniadakannya?

Dia mungkin sedikit baik-baik saja saat ada yang mengatakan jika dia seorang pembully kala itu.

Tapi ini ... apa ini? Kenapa foto ini muncul dan membuatnya malu?

"Minju ... aku ingin pulang." Winter menangis terisak, ia malu karena foto itu terjadi saat dia hendak berganti baju hingga memperlihatkan sebagian punggungnya.

"Benar-benar sangat kejam?!" Minju marah, perlakuan ini akan membuat mental Winter memburuk. "Kita harus menemukannya. Aku yakin ayahmu pasti bisa membuat dia masuk penjara." Dukungan penuh Minju membuat Winter merasa sedikit luluh.

"Terima kasih telah membantuku, tapi mau bagaimanapun, foto ini telah tersebar dan keluargaku pasti akan kecewa."

* * *

Asahi berjalan terburu-buru karena disuruh membawa banyak buku ke ruang guru. Sekarang dia harus memanfaatkan waktu 10 menit untuk makan karena acara wali kelasnya yang memarahinya karena nilai semester tiganya sangat buruk.

Mungkin itu alasannya kenapa tidak ketua kelas yang membawakan bukunya ke sana.

Asahi langsung saja membeli sekotak susu dan roti isi karena tidak memungkinkan mengantri lebih lama. Ia harus segera makan dan mulai mencari Jaehyuk yang entah makan di sebelah mana.

"Asahi!" Jaehyuk mengangkat tangan sambil melambaikannya membuat dia segera datang dan tidak sadar ada sebuah kaki yang menghalanginya membuat roti maupun susu kotak itu terjatuh.

Duk!

"Apa kau habis mabuk?" Tanya lelaki itu membuat kedua teman di sebelahnya sedikit terkikik geli. Asahi menatap nyalang lelaki di depannya hingga terbangun untuk memukul rahang lelaki itu sampai berdarah.

"Asahi hentikan!" Jaehyuk mencegahnya dan Asahi menepis kesal karena Raejun, lelaki ini tiba-tiba membuat masalah padanya.

"Sial, mungkin seharusnya aku memukul temannya saja, temannya 'kan lemah." Raejun menatap Jaehyuk dan mulai berjalan pergi bersama kedua temannya sambil menabrakkan bahu Jaehyuk yang hampir limbung.

"Ada apa dengan mereka? Tidak punya etika sama sekali." Jaehyuk menghela napas panjang mengambil makan siang Asahi yang terjatuh dan mulai duduk di meja yang tak jauh dari sana.

"Kenapa kamu duduk sendiri?" Tanya Asahi heran.

Jaehyuk menggeleng sambil tersenyum tak lama menjawab, "mungkin mereka ingin berada di meja lain."

Asahi mungkin harus mengatakan bahwa Jaehyuk itu pintar tapi kadar kepekaannya melekat seperti orang bodoh.

Kenapa dia terlihat santai saja melihat banyak orang yang mencemoohnya sejak tadi?

"Apa kau dapat sesuatu yang buruk dari web sekolah?" Jaehyuk menggeleng sambil meminum air putihnya hingga tandas.

Asahi mungkin harus menyelesaikan makan siangnya terlebih dahulu, sebelum menjelaskan secara berulang kepada Jaehyuk tentang apa yang terjadi saat ini.

Raejun bukan tipikal orang yang mudah menganggu seseorang seperti tadi, tapi Asahi yakin Raejun melakukan itu agar ia menyalahkan Jaehyuk karena aksi 'terkena balasan' karena dia dekat dengannya.

"Dasar anak itu?! Padahal orang tuanya kritis di rumah sakit dan dia masih saja berulah seperti biasa."

* * *

"Kenapa Jeongin menelponku?" Jaehyuk heran sekaligus merasa ada sesuatu yang aneh. Saat di telepon, anak itu tidak mengangkatnya. Mungkin dia sedang persiapan lomba mengingat jam 6 nanti pertandingan akan dimulai.

Sekarang dia sendirian, Asahi sudah pulang dengan menaiki bus bersama gerombolan murid lain. Ia yang tipikal akan menunggu orang tuanya menjemput bahkan harus menunggu hingga sejam lamanya karena orang tuanya melarang dia untuk pulang tanpa mereka.

Bukan hanya itu saja, terkadang Jaehyuk harus berbohong jika ingin bermain bersama temannya. Sungguh keadaan yang kronis.

Sebenarnya dia ingin sekali merasakan bagaimana bisa bermain bahagia bersama yang lainnya, tapi orang tuanya sepertinya menuntutnya untuk menjadi sukses tidak perlu membutuhkan teman dan teruslah pergi ke gereja untuk banyak berdoa.

"KAU?!" Jaehyuk terdiam aneh saat menatap perempuan dengan rumor buruknya menatap nyalang di depannya.

"KENAPA KAU MELAKUKAN ITU?!" Dia berteriak memunculkan spekulasi bagi warga sekitar, bahkan beberapa murid yang belum pulang mulai mendekati mereka.

"Apa aku punya masalah denganmu? Kita bisa bicarakan baik-baik," tutur lembut Jaehyuk membuat Winter mengamuk dan lantas mulai menamparnya kencang.

PLAK!

"Kau akan melakukannya lagi?! Kamu yang memotretku saat itu!" Winter menampilkan ponselnya kepada sebuah nama pengirim foto yang sangat dia kenali.

Itu nama akunnya?!

"Tunggu, itu tidak benar?! Nama akunku bahkan hanya beda huruf besar saja di depan-"

"Aku tidak peduli semua omong kosongmu itu! Cepat hapus atau aku akan melaporkanmu ke kantor polisi?!"

"Tidak, aku tidak melakukannya!" Jaehyuk mundur selangkah ketakutan. Bahkan suara klakson bus membuat ia seakan bergerak kosong tak mampu menghalau apapun.

Pertama kalinya ia mendapat persoalan buruk, Jaehyuk tidak siap akan hal ini.

"Sungguh, aku tidak melakukannya!" Winter bergerak menarik Jaehyuk untuk kembali masuk ke dalam sekolah, ia sudah bodoh amat pada penonton yang mulai mengikuti mereka. Dia harus menangkap basah Jaehyuk yang masih belum mengakui perbuatannya.

BRUK!

Winter kesal saat ada seorang lelaki yang menghalangi jalannya. Dia tersenyum cengengesan seperti orang bodoh dihadapannya.

"Bisakah kau menyingkir?" Winter menggeram marah tapi anak itu tampaknya masih menghalanginya ke kiri maupun ke kanan.

"Eomma! Appa!"

Jaehyuk dan Winter melongo mendengarnya.

Apa yang sedang orang gila ini lakukan?

- - -

Omake :

Asahi yang sedang memainkan game di ponselnya mengeluh kesal saat Jeongin menelponnya.

"Ada apa? Mau pamer kamu menang lagi?" Keluh Asahi yang sudah malas mendengarnya.

"Tidak, bodoh! Aku bahkan belum tanding. Aku sebenarnya ingin membicarakan soal Jaehyuk. Apa kau tahu dia terkena masalah?" Asahi merasa tertarik mendengarnya langsung saja beranjak dari ruang tamu mulai menjauh ke area teras rumahnya.

"Ada apa dengannya?" Tanya Asahi melihat keadaan sekitar, takut ada orang tuanya yang bertanya aneh-aneh padanya.

"Kau ini bagaimana? Kau tidak tahu ada grup anti Jaehyuk yang dibuat di kolom chat hari ini? Mereka mengejek Jaehyuk sebagai orang yang memotret dan membagikan foto milik Winter!" Jeongin berteriak kesetanan, saat itu dia bahkan berada di dekat kawanannya yang menatapnya sambil berbisik.

Asahi tak butuh waktu lama mematikan telepon itu dan mulai menghubungi Jaehyuk, tapi anak itu tidak mengangkatnya. "Ckckck, kalau aku tahu orang yang membuat Jaehyuk celaka, awas saja!" Asahi memijat kepalanya pusing, tanpa tahu tepat detik ini, Jaehyuk sedang dipermalukan.

.

.

.

Aku revisi karena lupa naruh cast:v


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro