Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 5 - Ketidakpedulian Disa

Disa turun dari ojeg online tepat di depan pagar rumahnya. Tak lupa, Disa menyelipkan tip ketika membayar tarif ojeg online-nya. Ketika memberikan helm kepada abang ojol tadi, si abang ojol menanyakan sesuatu pada Disa.

"Kenapa nggak pulang bareng pacarnya tadi yang di tempat les, Neng?"

Disa menggeleng kuat, "Itu bukan pacar saya, Bang. Kita temenan."

Abang ojol tadi sedikit meringis, tatapan abang ojol seakan tak percaya dengan ucapan Disa, "Yang bener cuman temenan, Neng?"

"Iya." Disa menjawab dengan jujur, "Kita cuman temenan, Bang. Cuma, tadi ada sedikit masalah aja. Makanya, saya nggak mau pulang bareng dia."

"Oh. Gitu, ya, Neng." nampaknya abang ojol belum cukup puas mengajak Disa berbincang, "Emang masih ada, ya, cewek dan cowok temenan tanpa rasa apa-apa?"

Disa tertawa ramah, "Kepo banget, sih, Bang! Tuh. Aplikasinya udah bunyi, tuh. Masuk order-an baru. Buruan jemput orangnya, sebelum order-annya di-cancel."

Abang ojol langsung memeriksa ponselnya, "Eh. Iya. Bener juga, Neng. Hehe. Maaf, ya, Neng, kalau kepo. Makasih, ya, Neng. Salam buat pacaranya, eh, maksudnya sahabatnya tadi."

Disa mengangguk dan segera berjalan mendekati pagar rumah. Ketika baru ingin membuka pagar, Disa mendengar dari kejauhan suara knalpot sepeda motor yang begitu Disa kenali. Disa tahu, tentu Kevin mengikutinya dari belakang ketika Disa memilih untuk menaiki ojeg online.

Masih terbayang dalam benak Disa, saat Kevin dengan bandelnya menggeber knalpot sepeda motornya di tempat les. Masih tergambar jelas di benak Disa, saat Kevin begitu sulit untuk diajak masuk les hari ini.

Disa menghela napas. Disa tahu, Kevin pasti sudah di belakangnya. Kalau nanti Kevin memanggil nama Disa, jelas saja Disa tidak akan menoleh barang sedetikpun. Disa terlanjur bete dan dia tidak ingin memberi perhatian lagi pada Kevin.

Kapok!

Iya. Disa kapok. Karena segala cara untuk membuat Kevin taubat serta kembali ke jalan yang benar sudah dilakukan oleh Disa. Dalam pikiran Disa, Disa bertanya-tanya, apakah Kevin harus dirukiyah juga?

Tapi, tentu saja semua hasilnya nihil. Kevin tetap bandel, sulit diatur, dan tetap tidak semangat masuk les. Untuk les saja Kevin malas, apalagi yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah? Jelas. Kevin lebih malas!

Benar saja. Sepeda motor Kevin turut berhenti di depan pagar rumah Disa. Disa buru-buru masuk ke dalam pagar, tapi Kevin lebih dulu berteriak memanggil nama Disa.

"Disa! Woy!" Kevin mematikan mesin sepeda motornya dan berteriak lantang memanggil sahabat karibnya, "Lo kenapa nggak mau gue anterin pulang? Lo kenapa hari ini nggak ada henti-hentinya marahin gue? Padahal, hari ini, gue berusaha buat nemenin lo sedih. Sampe gue nggak jadi berantem sama Kolay."

"Berantem mulu pikiran lo! Daritadi Kolay mulu yang lo bahas!" teriak Disa.

Dari balik pagar, Disa hanya melihat Kevin melalui sela-sela tralis pagarnya. Disa menatap Kevin dengan tatapan kesal, sementara Kevin, dengan gaya tengilnya masih saja tidak merasa bersalah.

"Mending. Lo cari tau, deh, kesalahan lo apa aja." ucap Disa dengan nada dingin, "Karena, kalau gue sendiri yang ngasih tau di mana aja kesalahan lo, maka berarti lo nggak akan pernah belajar. Lo harus belajar cari tau di mana kesalahan lo."

"Bawel! Ribet lo jadi cewek!" Kevin turun dari sepeda motornya dan berjalan mendekati pagar rumah Disa, "Kasih tau ke gue sekarang. Apa salahnya gue."

"Awas aja sampe lo maju selangkah lagi. Kalau sampe lo maju selangkah lagi. Makin dekat sama pagar rumah gue. Bakalan gue tusuk muka lo pake ballpoint!" Disa mengancam, "Jauh-jauh, deh, lo. Dasar toxic tempat les."

"Oke! Fine." Kevin menimpali, "Gue pulang. Dan, semoga lo seneng, deh, tuh, sama cowok baru yang lo kenal itu. Yang mesra banget ngomong di tempat les sama lo. Saking pentingnya cowok itu buat lo, sampe sikap lo berubah aneh gini ke gue."

"Apaan, sih! Nggak ada hubungannya." Disa mengklarifikasi, "Gue nggak ada hubungan sama dia. Nggak usah sotoy, ya!"

Dalam hati, Disa merasa salah bersikap. Disa tak ingin Kevin salah paham. Tapi, membujuk Kevin untuk tidak marah menjadi pantangan bagi Disa kali ini. Gengsi! Kalau semakin dikasih hati, Kevin akan minta jantung. Kalau semakin dibaik-baikin, maka Kevin nggak akan pernah sadar dengan kesalahannya.

"Terserah lo! Gue balik!" Kevin langsung duduk di jok sepeda motornya kemudian menyalakan sepeda motornya, "Jangan cari gue kalau nanti lo butuh gue. Mending lo cari cowok yang lo kenal di tempat les itu."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Kevin langsung menjalankan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Disa buru-buru keluar dari pagar. Dari kejauhan, sepeda motor Kevin makin tak kelihatan. Hilang di pertigaan. Disa memperhatikan sepeda motor Kevin, hingga sepeda motor itu hilang dari pandangan. Hingga tak terdengar lagi suara knalpot berisik dari sepeda motor Kevin.

Disa langsung menunduk lesu. Dalam hati, Disa menyesal sejadi-jadinya, seandainya Disa tidak gengsi dan ingin menjelaskan semuanya, tentu Kevin tidak akan salah sangka seperti ini.

Akhirnya, dengan rasa bersalah. Disa memutuskan masuk ke dalam rumahnya. Disa langsung naik ke kamarnya, kemudian meletakan tas sekolahnya di dekat meja belajar. Disa kemudian membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur.

Sebelum memejamkan mata, Disa langsung membuka buku pelajarannya untuk mengulang pelajaran di sekolah dan tempat les tadi. Selama sekitar sejam, Disa kembali mengerjakan soal-soal pemantapan UN.

Seusai mengerjakan soal tersebut, Disa memilih mengistirahatkan mata. Disa memandangi sejenak Piala Siswa Berprestasi SMA Kota Depok, yang berada di dekat meja belajarnya. Di samping piala itu, ada foto Disa dan Kevin yang saling berangkulan. Disa ingat, saat perlombaan Siswa Berprestasi SMA Kota Depok tersebut, Kevin meninggalkan pertempuran penting antar genk sekolah demi menyaksikan Disa bertanding.

Hanya karena ingin menemani Disa lomba, Kevin memutuskan untuk mengundur jadwal tawurannya dengan genk sekolah lain. Ini sedikit lucu. Jika mengingat kebandelan Kevin selama ini, ternyata Kevin punya sisi baik juga. Yaitu setia sama sahabat sendiri.

Disa menghela napas. Rasa bersalah mulai menguar di dadanya. Disa mengambil ponselnya, dan sudah ada puluhan spam chat dari Kevin di Whatsapp.

Kevin: Gue udah di rumah. Cuma 10 menit doang. Ngebut. Kesel. Lo yang marah, tapi jadi gue yang ngerasa bersalah | (read 21.13)

Kevin: Lo masih marah sama gue? Gimana caranya supaya lo mau maafin gue? | (read 21.25)

Kevin: Gue tau lo baca chat gue. Jangan gini, Dis. | (read 22.03)

Kevin: Kasih tau ke gue. Gue harus ngapain. Supaya sikap lo normal lagi ke gue. Kayak biasanya. | (read 22.18)

Kevin: Dis, mau Hokben nggak? Pake Ocha dingin yang ditambah sugar? Mau nggak? Gue bawain ke rumah lo. | (read 22.20)

Kevin: Dis, gue tau lo masih ngulang pelajaran kalau jam segini. Lo belum tidur kan. Bales chat gue napa. Lo mau apa? Batagor? | (read 22.35)

Kevin: Dis. Nyerah gue. Nggak ada batagor jam 11 malem, kan. Mau cari di mana? Atau mau yang lain, Dis? | (read 23.04)

Setelah membaca chat dari Kevin, Disa menimbang dan berpikir apakah harus membalas chat tersebut? Karena keasikan berpikir, Disa sampai ketiduran.

Disa merasa baru beberapa menit tertidur, seketika matanya terpaksa terbuka karena ponselnya berbunyi. Ada chat dari Kevin lagi. JAM 3 PAGI!


Setelah membaca chat tersebut, Disa terpaksa keluar dari kamar, berjalan keluar ke depan pagar. Dan memang. Ada Kevin di sana. Sekali lagi. JAM 3 PAGI!

Disa menatap Kevin dengan tatapan sok sebal, padahal dalam hati Disa juga merasa senang didatangi Kevin. Tapi, dalam hati, Disa masih merasa gengsi jika harus mengaku pada Kevin. Disa masih ingin terlihat marah di depan sahabatnya itu.

"Nggak usah cemberut. Nggak usah sok jutek gitu, deh." Kevin berucap dengan nada menegaskan, "Lo itu malaikat buat gue. Mana ada malaikat yang mukanya cemberut kayak lo!"

Disa sedikit tersenyum, "Apaan, sih. Emang lo pernah ngerasain mati sampe lo bisa tau gimana wujud malaikat?"

"Haha! Nggak perlu mati buat liat malaikat." Kevin berucap, "Nih. Malaikatnya ada di depan gue. Persis di tralis pagar. Buka, dong, pagar rumahnya. Supaya pesona malaikatnya nggak kehalang sama pagar."

"Apaan, sih! Nggak lucu! Norak lo!" Disa membuka pagar rumahnya.

"Nah. Gitu, dong! Untung lo peka mau bukain pagarnya buat gue." Kevin mengulurkan plastik berisi seporsi Hoka-hoka Bento untuk Disa, "Nih. Buat lo. Barengan ocha dingin yang ditambahin sedikit gula cair."

"Haha!" Disa tertawa kecil.

"Gitu, dong! Daritadi ketawa. Jangan jutek aja." Kevin menimpali.

"Lagian, sih. Lo ngapain pake segala ke rumah cuma buat ngasih gue ginian? Lo beli di Hokben Margonda, ya?"

"Iyalah. Yang buka 24 jam, kan, cuma di sana."

"Makasih, Vin." Disa mulai melengkungkan senyum di bibirnya.

"Gue minta maaf, Dis. Udah bandel dan nggak mau masuk les. Padahal, lo udah usaha keras banget nyuruh gue buat masuk les dan belajar." ucap Kevin penuh penyesalan, "Dimaafin nggak?"

"Gue sampe mikir bawa lo ke ustad aja kali, ya? Biar nakalnya lo di rukiyah. Mungkin, badan lo dikuasain sama jin."

"Buset, Dis! Pikiran lo ke mana-mana!" Kevin tertawa ngakak, "Gimana? Dimaafin nggak?"

"Ya. Karena lo ke sini jam 3 pagi. Dingin-dingin naik motor. Yaudalah. Gue maafin aja." Disa mengucapkan sedikit candaan dalam percakapan, "Lagian, gue udah maafin lo sebelum lo minta maaf ke gue."

"Dimaafin karena gue bawain Hokben kali?" Kevin menyelidik.

"Bukan karena Hokben-nya. Tapi, karena lo sahabat gue." jelas Disa dengan cepat, "Tapi, lo harus mau, ya, buat belajar Fisika. Nanti gue ajarin supaya lo bisa dapetin nilai KKM dan nggak remed."

Kevin mengangguk, "Orang baik kayak lo, beneran masih jomblo, ya?"

Disa memukul kecil bahu Kevin, "Omongan lo nggak nyambung sama sekali! Udah pulang sana. Ganggu tidur gue aja lo!"

***

Ada yang mau disamperin sahabatnya jam 3 pagi? Atau ada yang ngalamin kayak yang Disa alamin? Yang udah baca, jangan diem aja, dong. Komen dan vote jangan lupa! Semangat dari kamu, harapan baik dari kamu, menjadi bahan bakar aku untuk tetap menulis. Jangan lupa follow Instagram aku: DWITASARIDWITA.

Ada yang bisa nebak, Kevin bakalan ngomong apa lagi ke Disa? Kevin mau diajarin remed sama Disa atau nggak, ya?

- Jangan lupa follow penulis #HanyaTigaKata di Wattpad dwitasaridwita

- IG/TWITTER: DWITASARIDWITA

- Pembelian buku Dwitasari dengan HARGA TERMURAH dan bonus TTD, bisa langsung pesan di akun Shopee: DWITASARISME atau WA: 0822-610-22-388

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro