Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 4 - Nama Cowok Baru Itu

Disa masuk ke tempat les. Dia mengira pelajaran di tempat les telah dimulai, namun ternyata tutor belum masuk kelas. Bahkan, di kelas pun hanya terlihat cowok yang tadi membentak Kevin. Cowok itu sedang sibuk membaca buku les. Hari ini, materi yang dibahas adalah soal-soal pendalaman UN untuk mata pelajaran Fisika.

Dalam hati, Disa merasa bersalah karena cowok itu merasa terganggu dengan kehadiran Kevin. Disa menyadari, Kevin memang sikapnya masih terlalu kekanak-kanakan. Apalagi, Kevin sangat membanggakan sepeda motor kesayangannya. Setiap kali berada di keramaian, Kevin selalu memamerkan sepeda motornya dengan cara menggeber suara knalpot motor itu.

Merasa butuh meminta maaf, Disa mencoba duduk di samping bangku cowok itu. Tapi, cowok di samping Disa nampak tidak mempedulikan kehadiran Disa. Gadis itu bahkan repot-repot membuat suara batuk.

"Uhuk." Disa mencoba mencuri perhatian.

Cowok di samping Disa enggan menengok Disa barang sedetik saja.

"Ehem. Huwek. Huwek. Uhuk!" Disa kembali membuka suara.

Cowok itu mulai menengok Disa karena merasa terganggu dengan tindakan Disa, "Kalau sakit, nggak usah masuk les. Lo bakalan jadi sumber penyatkit buat anak-anak yang lagi persiapan UN. Ngerti?"

Disa merasa gagal untuk mencuri perhatian. Bukan awal percakapan yang baik, ternyata menjadi awal percakapan yang buruk. Tapi, Disa tidak hilang akal. Dia memasang senyum sebaik mungkin di bibirnya dan mengajak cowok itu bicara.

"Gue nggak liat lo kemarin-kemarin di tempat les? Apa lo baru daftar les, ya?" Disa bertanya dengan nada sopan.

Cowok itu cuma mengangguk tanpa menatap Disa.

"Hey, Disa." Gadis itu mengulurkan tangan, "Nama lo siapa?"

"Nama gue siapa, jelas bukan urusan lo." Balas cepat cowok itu sembari memperhatikan buku les.

"Kok, gitu? Gue mau kenalan? Salah kalau kenalan?"

"Salah. Terutama kalau lo punya cowok posesif kayak cowok lo yang geber-geber knalpotnya dia itu." jelas cowok itu, "Paling-paling motornya juga hasil ngemis sama orangtua? Minta motornya ngerengek, sambil nangis-nangis. Tapi, dipamerinnya ke orang lain wajahnya pake sok bringas. Najis."

"Eh!" Disa kesal karena sahabatnya direndahkan, "Kevin bukan orang kayak gitu, ya."

"Haha! Normal lo marah. Dia, kan cowok lo sendiri. Pasti lo ngamuk karena cowok lo dijelek-jelekin orang."

"Dia bukan cowok gue!"

"Siapapun dia, itu bukan urusan gue." ucap cowok itu dengan wajah tak peduli, "Bilangin ke dia, ke tempat les itu belajar, bukan malah pamer motor. Lo sebagai ceweknya harusnya tau cara negur cowok lo yang bener!"

"Bodo amat! Dia bukan cowok gue."

"Bodo amat. Siapapun dia, itu bukan urusan gue. Itu urusan lo berdua sebagai sepasang kekasih."

"Dih, bahasa lo sepasang kekasih!" Disa memperhatikan nama dada di seragam SMA cowok itu, "Oh, nama lo Kian Anggoro."

"Iya, gue lahir pas Selasa Kliwon."

"Buset!" ucap Disa dengan bingung, "Bisa liat setan dong lo? Mahluk halus gitu? Kata simbah putri gue, orang yang lahir Selasa Kliwon, menurut penanggalan Jawa, punya kemampuan bisa liat setan, lho!"

"Iya. Ada di samping gue, nih."

"Yah. Seriusan lo?" Disa bergidik, "Beneran? Di samping lo bagian mana?"

"Setannya lo dan pacar lo itu!" ujar Kian dengan suara santai, "Dasar pengganggu."

"Yah, Kian, gue minta maaf, ya, kalau Kevin bikin lo kesel. Gue bakalan kasih tau Kevin supaya ngurangin sikap buruk dia kayak gitu. Lagian dia kebiasaan. Nggak ada yang berani negur dia. Orang dalam sekolah udah pusing. Apalagi kalau yang negur orang luar sekolah. Ngeri sekolahnya bakalan diserang sama Kevin."

"Tau, kok. Sekolah gue udah diserang sama dia dan temen-temennya itu. Sampe anak-anak sekolah gue ketakutan kalau lewat depan sekolah lo."

"Duh, maaf, ya. Itu anak banyak juga salahnya." Disa merasa tak enak, "Gue mewakili Kevin untuk minta maaf."

"Nggak apa-apa. Lagian gue nggak takut sama dia."

"Dimaafin nggak?"

Kian menggelengkan kepala, "Nggak perlu lo yang minta maaf. Santai aja."

Disa tersenyum, tapi Kian tak membalas senyum Disa. Wajah Kian tidak memunculkan respon apapun. Datar, bahkan cenderung jutek.

Tutor untuk mata pelajaran Fisika hadir beberapa sata kemudian. Bahkan, kelas juga telah terisi oleh anak-anak IPA dari berbagai sekolah yang mengikuti pendidikan informal di tempat les Primagama.

Disa mulai memperhatikan setiap rumus dan mencoba untuk memahami rumus-rumus Fisika tersebut. Tutor Fisika telah hapal bahwa Disa selalu mengambil bangku paling depan ketika les dimulai. Pemahaman Disa pada soal-soal latihan UN memang jauh lebih cepat daripada siswa-siswi lainnya.

Matahari sudah terbenam ketika les usai. Azan Isya pun juga sebentar lagi terdengar. Disa turun ke lantai lobi tempat les untuk memesan ojeg online. Ketika melihat ojeg online yang dia pesan hampir dekat, Disa memilih keluar. Gadis itu berjalan ke arah parkiran tempat les.

Di parkiran tempat les, Kevin sudah menunggu di sana. Ketika melihat para siswa-siswi sudah keluar dari tempat les, Kevin kembali mencari perhatian dengan cara menggeber knalpot sepeda motornya. Dengan wajah kesal, Disa mendekati Kevin.

"Berisik!" teriak Disa, namun suara itu tenggelam dengan suara knalpot yang lebih kencang, "Berisik, Kevin!"

"Hah? Apa? Gue nggak denger?" Kevin tertawa cekikikan sembari terus mengencangkan geberan knalpot sepeda motornya.

Karena Disa mengingat perlakuan Kian tadi, Disa langsung menarik kunci sepeda motor Kevin hingga mesinnya berhenti. Kevin kesal melihat sikap Disa.

"Kok dimaatiin?"

"Lagian lo, sih, susah dibilangin."

"Dibilangin apaan?"

"Nggak ngerti dibilangin pake bahasa manusia!"

"Lo ngomong apaan, sih?"

"Meong-meong-meong." Disa menatap Kevin dengan tatapan sebal, "Meong-meong."

"Dis, lo ngomong apaan, sih?" Kevin menatap sahabatnya dengan bingung.

"Dikasih tau pake bahasa manusia nggak ngerti. Pake bahasa kucing juga nggak ngerti!" Disa sebal menatap Kevin, "Mau dikasih tau pake bahasa apalagi?"

"Bahasa kalbu?" Kevin cekikikan.

"Nggak lucu!" wajah Disa mulai bete, "Gue serius, Vin. Lo sampe kapan mau kayak gini? Masuk les nggak. Udah dibayar mahal-mahal sama orangtua lo. Sampe tempat les juga bisanya bikin ribut aja. Ngegeber knalpot motor. Caper. Biar apaan coba. Biar cewek-cewek merhatiin lo?"

"Kenapa? Lo cemburu kalau cewek-cewek itu merhatiin gue?"

"Hell no! Nggak akan gue cemburu sama mereka. Mau lo deket sama siapapun, nggak akan cemburu!" Disa membentak, "Gue kesel sama lo. Dikasih tau susah banget. Nggak mempan pake bahasa manusia juga!"

"Udahan, dong, marah-marahnya." Kevin mengiba, "Gue berasa ada di ruang BK, nih. Dimarah-marahin karena habis tawuran. Hehe."
"Nggak lucu!" Disa membentak, "Gue bakalan lebih galak daripada guru BK."

"Lah, kalau guru BK-nya lo, gue rela masuk BK tiap hari." canda Kevin dengan tawa di bibirnya, "Gue rela tawuran tiap hari, asal bisa ketemu sama lo."

"Kevin ih! Dikasih tau juga."

"Iya. Iya." Kevin mengalah agar tidak ada perdebatan panjang.

"Tuh, kan. Lo selalu kayak gitu. Beribu kali bilang iya, tapi masih aja diulangin." Disa cemberut, "Kalau dikasih tau sekali nggak pernah paham. Gue capek, Vin."

"Yaudah ah! Bawel banget, sih. Ngalah-ngalahin emak gue juga lo." Kevin berujar, "Buru naik ke motor gue. Kita pulang."

"Nggak mau." Disa membuang muka, "Gue sebel sama lo. Dikasih tau susah banget. Gue naik ojol aja."

Ketika Disa ngambek pada Kevin, sepeda motor Kian mendekat. Disa bingung ketika Kian tersenyum ramah pada Disa. Disa hanya membalas senyum tipis ketika Kian tersenyum.

"Hey, Dis." Kian menyapa, "Makasih, ya, buat tadi. Kamu selalu indah di mata aku."

Kevin naik darah, "Apaan-apaan, nih? Lo siapanya Disa?"

Kian hanya tersenyum angkuh, sembari bersiap meninggalkan Disa dan Kevin dengan sepeda motornya, "Lo tanya aja sama Disanya."

Disa menggelengkan kepala. Kevin langsung melotot pada Disa, "Dia siapa?"

"Nggak kenal." Disa mengaku.

"Boong kan lo? Siapa? Cepetan!" Kevin terlihat tidak percaya dengan ucapan Disa

"Beneran, Vin."

Kevin menyelidik, "Kok ngomongnya kayak akrab banget sama lo?"

"Yaampun, Vin. Beneran nggak ada apa-apa."

"Ngaku nggak?" Kevin masih menyelidik.

Ketika Disa ingin menjelaskan, ojeg online yang Disa pesan sudah sampai. Disa buru-buru menaiki ojeg online dan menghindari Kevin. Karena dalam benak Disa masih bercokol rasa kesal pada Kevin. Tidak bisakah Kevin sekali saja berhenti menjadi cowok bandel dan mengikuti les tambahan dengan serius?

Disa mengkhawatirkan keadaan Kevin, hal itu yang luput dari pandangan Kevin. Yang Kevin inginkan hanyalah tawuran, berantem, dan cari masalah dengan sekolah sebelah.

****

- BERSAMBUNG -

***

LAH! APA BANGET KEVIN MARAH-MARAH NGGAK JELAS? MENURUT KALIAN, PANTES NGGAK SIH STATUSNYA CUMA TEMEN TAPI MARAHNYA, BETENYA, KESELNYA, BAPERNYA KAYAK KEVIN KE DISA GINI? COBA JAWAB DI SINI. :')

- Jangan lupa follow penulis #HanyaTigaKata di Wattpad dwitasaridwita

- IG/TWITTER: DWITASARIDWITA

- Pembelian buku Dwitasari dengan HARGA TERMURAH dan bonus TTD, bisa langsung pesan di akun Shopee: DWITASARISME atau WA: 0822-610-22-388

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro