Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 30 - Saling Menguatkan

"Kak Kian?" tanya Abel dengan wajah polos, "Kenapa batuk-batuk, Kak? Minum air putih coba, Kak?"

Kian mendengar kalimat polos dari bibir Abel, Kian langsung tertawa. Berbeda dengan Disa yang ingin tetap terlihat biasa saja dan dengan usaha keras menyembunyikan rasa salah tingkahnya.

Disa langsung menepuk bahu Kian untuk berhenti tertawa, kemudian gadis itu berucap, "Nggak. Dia bukan pacarnya Kak Disa."

Kian lantas nyerocos sambil menatap Abel dengan jahil, "Otw, Dek. Otw jadi pacarnya Kak Disa."

Abel tersenyum jahil menatap Disa, "Ciye, Kak Disa. Kalau ada Kak Kian terus, kita bisa makan enak terus. Kak Kian jangan bosen-bosen ngajarin PR kita, ya, Kak."

"Siap, Dek!" ucap Kian mantap.

Disa tersipu ketika Kian berucap bahwa Disa adalah calon pacar Kian. Rasanya kata itu seperti menenangkan hati Disa yang sudah keruh sejak tadi pagi. Kian memang selalu tahu cara membuat Disa merasa damai. Entah mengapa, kehadiran Kian selalu membawa energi postif dalam hari-hari Disa.

Mereka memulai les dan Disa sebagai pengajar utama. Ketika masuk bagian konsul PR, Disa dan Kian membagi tugas. Kehadiran Kian tentu sangat membantu Disa karena beban mengajarnya jauh lebih ringan. Sesekali, Disa menatap Kian yang antusias mengajar anak-anak di tempat les . Kian nampak mencintai anak-anak dan kehangatan yang Kian tunjukan membuat Disa merasa senang.

Saat les selesai, Kian membantu Disa untuk merapikan meja-meja kecil. Saat sedang merapikan meja, Kian bertanya pada Disa, "Tadi lo kenapa nggak pulang bareng gue dari sekolah lo? Lo tadi sekolah, kan?"

"Tadi gue masuk sekolah, kok. Lo emang tadi jemput gue? Gue nggak tau karena gue buru-buru pulang. Buat nyiapin materi untuk anak-anak." jawab Disa mencoba menyembunyikan fakta yang sebenarnya.

"Oh. Gue pikir, lo emang nggak masuk sekolah." Kian memperhatikan wajah Disa, "Muka lo kok pucat banget? Lo udah makan? Atau bedak lo ketebelan kali, ya?"

"Udah makan. Biasalah. Kecapekan dan butuh istirahat aja." Disa mencoba untuk menenangkan rasa khawatir Kian yang sepertinya sudah nampak dari ucapan Kian, "Lo mau gue bikinin teh hangat dulu nggak sebelum lo pulang?"

"Nggak usah. Mending lo langsung istirahat aja." Kian berucap penuh pengertian, "Pasti tenaga lo lumayan terkuras ngajarin anak-anak tadi."

"Makasih, Kian. Udah bikin suasana tempat les gue makin hangat." Disa tersenyum, "Makasih juga buat makanannya. Anak-anak di tempat les gue seneng banget lo ada di sini."

"Seneng sama makanannya kali, ya, bukan sama guenya? Haha!"

"Nah! Bisa jadi!" Disa terkekeh.

"Yaudah. Gue pamit, ya, Dis. Nyokap lo mana? Supaya gue pamit ke beliau."

"Nyokap gue belum balik. Mungkin masih di jalan pulang."

"Oh, gitu. Kalau gitu, gue titip salam aja, ya, ke nyokap lo. Makasih udah dibolehin main ke rumah lo."

Kian berjalan ke pintu ruang tamu. Sejak tadi saat mengajar, Kian kadang memperhatikan banyak foto yang ada di ruang tamu. Dan, Kian merasa heran karena tidak menemukan foto ayah Disa dalam foto manapun. Rata-rata, foto Disa selalu bersama dengan Mamanya, tidak ada foto ayah Disa di sana.

Awalnya, Kian ingin menanyakan hal tersebut pada Disa. Tapi, Kian takut jika pertanyaannya bisa membuat Disa tersinggung. Jadi, Kian menyimpan pertanyaan itu hanya dalam hatinya.

Disa mengantarkan Kian sampai ke depan pagar rumahnya. Kian mengeluarkan sepeda motornya dari garasi rumah Disa. Ketika Kian menarik sepeda motornya hingga ke pagar depan rumah Disa, Disa merasakan ada firasat tak enak dalam hatinya.

Setiap kali Disa menatap Kian, irama jantungnya berdebar tak karuan. Rasanya napasnya seperti sesak. Ketika Kian mengenakan helm, Disa langsung berjalan mendekati Kian. Disa seperti tidak ingin melepaskan Kian malam itu, tapi Disa mencoba melawan perasaannya, karena Kian harus segera pulang. Tentu Kian juga lelah karena Kian belum pulang sama sekali ke rumahnya dan masih mengenakan seragam putih abu-abu.

Disa terus mencoba melawan firasat buruknya. Gadis itu mendekati sepeda motor Kian dan berucap, "Nanti lo hati-hati, ya, bawa motornya. Jangan ngebut-ngebut."

"Iya, Dis. Pasti." kata Kian sudah menaiki sepeda motornya, kemudian Kian menyalakan starter sepeda motornya, "Duluan, ya, Dis."

"Eh, tunggu dulu!" Disa masih menahan Kian, "Makasih udah bantuin gue ngajar anak-anak tadi."

"Iya, sama-sama, Dis." Kian tersenyum sembari meraih puncak ubun-ubun kepala Disa, memberi sentuhan lembut di rambut gadis itu, "Gue seneng kalau liat lo ngajar, jadi nggak sabar liat lo ngajar anak-anak kita. Hahaha!"

"Ye!" Disa lantas menepuk bahu Kian, "Kepedean banget lo."

"Siapa coba yang nggak mau punya istri pinter? Kecerdasan seorang anak menurun dari ibunya." jelas Kian, "Yaudah, kebanyakan bercanda malah nyaman dan nggak pulang-pulang nanti. Lo harus istirahat juga, kan."

"Kian, kabarin gue kalau udah sampe rumah, ya." ujar Disa kali ini dengan wajah khawatir, "Jangan bikin gue kepikiran."

"Oke. Pasti gue kabarin kalau udah sampe rumah." ucap Kian sembari menjalankan sepeda motornya, "Pulang duluan, ya, Dis."

Disa mengamati Kian dari belakang. Disa terus memandangi punggung Kian yang makin lama makin menjauh. Ketika sepeda motor Kian sudah tak lagi terdengar dan tidak lagi terlihat, Disa memutuskan untuk masuk ke rumah.

Gadis itu membereskan ruang tamu dan membuang bungkusan makanan ringan yang sudah habis dimakan para murid les Disa. Saat Disa sedang menyapu, Mama membuka pagar rumah dan masuk ke dalam rumah.

Disa tersenyum ketika menyambut Mamanya, tak lupa dia membawakan tas kerja mamanya dan meletakan tas itu di kamar Mama. Ketika Disa kembali ke ruang tamu, Mama berjalan mendekati Disa yang sedang menyapu, kemudian Mama mengelus rambut Disa sesaat, memberi sentuhan lembut pada anak perempuan satu-satu kepunyaannya.

"Mau dibikinin minum apa, Ma?" tanya Disa bersiap-siap berjalan ke dapur.

"Nggak usah. Nanti Mama bikin sendiri aja." ucap Mama berusaha tersenyum.

Disa tahu meskipun Mama tersenyum, ada rasa lelah yang sangat terasa di tubuh Mama. Sinar mata Mama tak mampu berbohong bahwa rasa lelah itu benar-benar Mama sembunyikan di depan Disa.

"Kamu beneran nggak apa-apa, kan?" tanya Mama memastikan, "Udah istirahat yang cukup?"

"Aku nggak apa-apa, kok, Ma. Cuma karena pingsan kelelahan aja. Sekarang udah mendingan." ucap Disa berusaha untuk menenangkan Mama, "Oh, iya, Ma. Disa punya sesuatu untuk Mama."

Disa mengeluarkan amplop berisi honornya selama mengajar les. Disa memberikan honor tersebut pada Mama. Mama lantas menggelengkan kepala sebagai isyarat menolak pemberian uang dari Disa.

"Jangan. Kamu simpan aja. Ini honor kamu selama mengajar les harus jadi kepunyaan kamu. Bukan kepunyaan Mama." ucap Mama menolak dengan kalimat halus, "Uangnya buat kamu aja, Nak."

"Justru Disa udah mikirin ini jauh-jauh hari. Uang ini buat Mama, silakan Mama yang olah sendiri. Semoga cukup buat ngebantu kebutuhan kita sehari-hari, Ma." ujar Disa berharap Mamanya menerima uang itu, "Siapa tau bisa meringankan beban uang sekolah Disa. Diterima, ya, Ma."

Mama memandangi Disa dengan mata berkaca-kaca. Dengan terharu, Mama menerima uang honor hasil Disa mengajar les selama ini. Tak kuasa Mama menahan air matanya karena menyaksikan sendiri ketabahan dan kesabaran Disa menghadapi ketidakharmonisan keluarganya.

Disa memeluk Mamanya dan dua perempuan hebat itu saling menguatkan satu sama lain.

***

- Disa dan Mamanya adalah dua perempuan kuat yang mencoba tegar menghadapi berbagai macam kesedihan. Nungguin Kevin? Tunggu episode berikutnya.

- Buat yang udah baca. Langsung VOTE, KOMEN, dan SHARE, ya. VOTE KOMEN SHARE itu gratis loh dan bisa dukung penulis favorit kamu supaya makin semangat nulisnya!

- Mau follow aku di Instagram, bisa banget akun Instagram aku: DWITASARIDWITA

- Kamu TIM KEVIN atau TIM KIAN? Kamu mau ngobrol sama pengagum #HanyaTigaKata dan gabung di grup Whatsapp-nya? Langsung daftar dengan cara WA ke: 0822-610-22-388

***

OST #HanyaTigaKata berjudul SEBATAS TEMAN, sudah bisa kamu dengarkan GRATIS di APLIKASI SPOTIFY, JOOX, GOOGLE PLAY, DEEZER, dan ITUNES. Cara dengernnya gimana? Buka salah satu aplikasi yang aku sebutkan jadi, tinggal search: SEBATAS TEMAN DWITASARI.

Selamat mendengarkan dan membasuh air mata :')

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro