BAB 28 - Alasan Tangisan Kevin
Disa terus bertanya ketika menatap Kevin, "Lo kenapa nangis?"
Kevin menggelengkan kepalanya kuat-kuat, dengan cepat dia segera mencari alasan, "Dih! Siapa yang nangis! Gue lagi pilek. Dari kemarin terus narik-narik ingus mulu. Kepala gue berat. Makanya mata gue ikutan berair."
Disa berusaha mempercayai ucapan Kevin. Lagipula untuk apa Kevin menangis sembari menunggu Disa di ruangan UGD? Disa memang tidak terlalu panik seperti gadis-gadis FTV lainnya yang akan bertanya lagi di mana, kenapa dia berada di rumah sakit, dan kenapa dia terbaring lemah di tempat tidur. Disa tidak perlu bertanya. Dia tahu apa yang terjadi terhadap dirinya pagi tadi dan terbaring di rumah sakit adalah salah satu cara aman untuk membuat Disa siuman.
"Gue tadi pingsan berapa lama?" tanya Disa pada Kevin masih dengan kepalanya yang terasa masih begitu berat.
Kevin bingung menatap Disa, "Dis, lo habis pingsan. Kenapa nggak kayak cewek-cewek di FTV-FTV yang habis ketabrak mobil gitu, sih? Pura-pura amnesia, dong! Nanya lo lagi di mana, kenapa bisa di rumah sakit, kenapa ada gue di samping lo, dan pertanyaan aneh lainnya. Supaya berasa di rumah sakit, nih!"
Disa menatap Kevin dengan tatapan dongkol, "Tanpa harus nanya, gue tau kali ini di mana. Masa iya hotel bintang lima tempat tidurnya kayak begini? Ada suster. Ada dokter. Jelas gue ada di rumah sakit. Gue nggak perlau nanya kenapa gue ada di sini. Gue masih inget apa yang gue alamin, kok."
"Lo kenapa emang, Dis?" pertanyaan ini yang sejak tadi ingin Kevin tanyakan pada Disa, "Kenapa lo bisa disekap di gudang sekolah? Kenapa tangan lo diiket? Kenapa badan lo basah semua? Siapa yang lakuin ini semua ke lo?"
Meskipun kepalanya masih terasa pening, Disa masih ingat wajah-wajah yang menyekap Disa di gudang sekolah. Disa pun mengenali betul dalang dari penyekapan Disa tadi pagi. Tapi, apakah menceritakan segalanya pada Kevin akan memperbaiki keadaan? Bagaimana kalau Disa dibilang hanya mengarang cerita? Disa jelas tak punya bukti apa-apa untuk mengatakan bahwa Danilla adalah dalang dari penyekapan Disa di gudang sekolah.
"Disa..." Kevin memanggil perempuan di depannya, "Lo kenapa diem? Ada yang lo sembunyiin dari gue? Gue mau tau jawabannya dari lo, Dis. Jangan sampe gue tau segalanya dari omongan orang lain."
Kali ini, ucapan Kevin membuat Disa memandangi Kevin dengan tatapan dingin, "Tas gue mana?"
"Kok malah nyariin tas lo?" Kevin nyerocos, "Lo belum jawab pertanyaan gue. Siapa yang nyekap lo di gudang sekolah tadi? Gue mau bikin orang itu nyesel seumur hidup karena udah nyakitin lo!"
Disa perlahan berusaha bangun meskipun badannya masih terasa lemah. Disa menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, "Tas gue mana? Gue mau pulang."
"Dokter bilang, kalau lo udah siuman, lo harus minum teh hangat dulu. Lo harus banyak istirahat." Kevin membentak dengan keras, "Lo nggak ngerti kalau diomongin baik-baik, ya?"
Suara Kevin yang keras membuat beberapa suster ikut melihat ke arah Disa dan Kevin. Kali ini, Kevin seperti sudah tidak sabar untuk menjinakan sifat keras kepala Disa. Hati kevin sangaat berantakan saat ini. Antara rasa cemas, rasa panik, rasa khawatir, rasa takut kehilangan--semuanya bercampur jadi satu.
Ketika dibentak oleh Kevin, Disa nampak semakin ingin keluar dari ruangan UGD. Disa berusaha bangun meskipun badannya sendiri masih tidak sanggup untuk merespon perintah dari otaknya.
"Kuping lo congek atau gimana? Lo nggak denger kalau gue nyuruh lo istirahat dulu?" nada bicara Kevin makin meninggi, "Nggak usah usaha buat bangun. Nggak usah mikirin gimana pelajaran di sekolah lo. Lo nggak bakalan mati penasaran cuma karena ninggalin sekolah sehari doang."
"Gue mau pulang. Sekarang!" Disa masih memaksa "Gue mau ambil tas gue. Mana tas gue sini. Balikin!"
Ungkapan Disa dengan nada memaksa itu membuat Kevin semakin habis kesabaran. Kevin menatap cewek di depannya dengan tatapan gusar. Dia hilang kesabaran untuk memahami dan mengerti keadaan Disa saat ini.
"Dis! Kali ini aja lo dengerin gue!" Kevin membentak, tak mau kalah dengan Disa, "Lo liat rambut lo! Rambut lo itu masih basah! Lo pegang sendiri pake tangan lo! Makanya selama nunggu lo sadar, tadi gue berusaha keringin rambut lo pake tisu! Badan lo masih lemes! Lo harus banyak istirahat karena lo tadi pingsan! Terus, dengan keadaan sempat hilang kesadaraan kayak tadi, apa iya gue bakalan ngebiarin lo pulang sendirian ke rumah? Nggak, Dis! Lo harus sembuh dulu baru boleh pulang."
"Gue udah sembuh. Makanya gue mau pulang sekarang. Gue nggak mau habisin duit gue buat bayar rumah sakit."
"Udah gue bayar!" Kevin berucap dengan suara meninggi, "Lo sembuh dulu!"
"Gue udah sembuh!" gertak Disa dengan suara kuat-kuat.
Kevin menghela napas mencoba untuk mengembalikan kembali rasa sabarnya, "Emang dasar lo kepala batu! Susah dibilangin. Lo nggak liat mata gue merah karena nangisin siapa? Gue ngaku sekarang! Gue nangisin lo, Dis! Gue nggak peduli kalau pengakuan gue bikin gue keliatan cengeng di mata lo! Gue nggak peduli! Gue takut lo nggak bangun! Gue takut lo kenapa-napa! Gue takut nggak pernah liat lo lagi! Intinya cuma satu, Dis, gue takut kehilangan lo!"
Disa hanya mendengarkan ucapan Kevin tanpa memberi tanggapan apapun.
"Dan, ketika lo siuman, lo milih buat ninggalin rumah sakit, dalam keadaan lo belum terlalu pulih?" tanya Kevin dengan suara bergetar, "Lo nggak mikirin gimana perasaan gue waktu bopong lo dari gudang sekolah ke UKS? Gue bawa lo masuk ambulans? Gue temenin lo sampe masuk UGD. Apa lo mikirin betapa paniknya gue karena gue nggak mau kehilangan lo, Dis? Apa lo mikirin itu?"
"Buat apa gue mikirin lo kalau dari dulu lo nggak pernah mikirin gue?" balas Disa dengan pertanyaan pendek namun menyentak.
Perkataan Disa jelas menyakiti hati Kevin. Nampaknya pengorbanan Kevin tidak berarti apa-apa buat Disa. Rasanya seluruh kecemasan, kepanikan, perhatian yang Kevin berikan untuk membebaskan Disa dari penyekapan ternyata tak berarti apa-apa bagi Disa.
Kini, Kevin hanya memandangi seorang gadis dengan fisik masih lemah yang ada di depannya. Disa, sahabat masa kecilnya, kini bukan lagi seperti Disa yang Kevin kenali. Disa yang di depannya adalah Disa yang asing, Disa yang berbeda, Disa yang angkuh dan egois. Disa yang bertindak semaunya tanpa memikirkan perasaan Kevin.
"Lo nggak perlu jelasin seberapa dalamnya pengorbanan lo buat gue, Vin." ucap Disa pelan, "Karena waktu gue berkorban buat lo, gue nggak pernah mengungkit semuanya."
"Gue nggak nyangka, Disa sahabat gue, ngomong kalimat kayak gitu." Kevin tertawa sinis, "Gue nggak tau lo kemasukan setan dari mana sampe-sampe gue nggak pernah kenal diri lo yang sekarang. Lo beda, Dis. Cowok baru itu bener-bener ngubah lo dalam banyak hal. Dan, itu membuat lo lupa juga sama gue. Lupa sama kita, Dis."
Disa menggelengkan kepala, "Apa kata kita masih penting buat lo, Vin?"
Kevin terdiam dan kali ini kehilangan kata untuk menjelaskan segalanya, "Kalau lo nggak mau cerita nggak apa-apa."
"Haha!" Disa tertawa sinis serta mengejek, "Kalau gue cerita, apa lo bakalan percaya sama cerita gue? Nggak akan percaya, Vin. Lagian, percuma lo nunjukin perhatian lo ke gue. Kenapa baru sekarang lo perhatiannya? Kemarin-kemarin lo ke mana, Vin? Kenapa harus nunggu gue disekap dan hampir kehabisan napas di gudang sekolah? Apa harus ada musibah dulu baru lo merasa bener-bener takut kehilangan gue? Segalanya udah telat, Vin."
Ucapan Disa jelas menyakiti Kevin. Kevin merasa apapun yang dia lakukan untuk Disa selalu salah. Akhirnya, Kevin pun menyadari bahwa kasabarannya menghadapi Disa sudah habis. Kevin membuka laci meja di samping tempat tidur UGD Disa dan memberikan tas tersebut pada Disa.
Sebelum meninggalkan ruangan UGD, Kevin berucap pada Disa, "Kalau tau gue bakalan disakitin lo kayak gini, harusnya tadi gue nggak perlu nolongin lo di gudang sekolah. Harusnya gue ngebiarin lo mati kehabisan oksigen di sana!"
Tanpa banyak bertanya, Kevin pergi meninggalkan Disa. Dan, ucapan Kevin membuat Disa menyesal sedalam-dalamnya.
***
- Kalau cuma temen, kenapa Kevin bisa ngerasa segitunya sama Disa? Dan, apa arti air mata Kevin? TUNGGU BAB SELANJUTNYA!
- Buat yang udah baca. Langsung VOTE, KOMEN, dan SHARE, ya. VOTE KOMEN SHARE itu gratis loh dan bisa dukung penulis favorit kamu supaya makin semangat nulisnya!
- Mau follow aku di Instagram, bisa banget akun Instagram aku: DWITASARIDWITA
- Kamu TIM KEVIN atau TIM KIAN? Kamu mau ngobrol sama pengagum #HanyaTigaKata dan gabung di grup Whatsapp-nya? Langsung daftar dengan cara WA ke: 0822-610-22-388
***
OST #HanyaTigaKata berjudul SEBATAS TEMAN, sudah bisa kamu dengarkan GRATIS di APLIKASI SPOTIFY, JOOX, GOOGLE PLAY, DEEZER, dan ITUNES. Cara dengernnya gimana? Buka salah satu aplikasi yang aku sebutkan jadi, tinggal search: SEBATAS TEMAN DWITASARI.
Selamat mendengarkan dan membasuh air mata :')
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro