BAB 26 - Kejutan Besar dari Danilla
Danilla tertawa menatap Disa yang tidak berdaya. Dengan cepat, Danilla menjambak rambut Disa hingga Disa kesakitan. Saking lelahnya, Disa bahkan tak mampu berteriak lagi.
Ketika puas menyakiti Disa, Danilla berucap dengan ucapan lembut, "Disa, gue tau lo kakak kelas gue, tapi gue pun tau kalau lo nggak punya sahabat selain Kevin. Sahabat deket lo cuma Kevin, lo nggak punya temen selain dia."
Disa seakan tidak mengerti maksud perkataan dari Danilla, Disa lantas bertanya, "Maksudnya apaan lo nyergap gue kayak gini? Suruh temen-temen lo itu ada sopan santunnya dikit sama yang lebih tua."
"Lebih tua?" Danilla berucap dengan nada meremehkan, "Kalau umur lo lebih tua, terus kenapa? Gue nggak peduli. Masalah kita belum selesai!"
"Gue nggak ada masalah apa-apa, ya, sama lo." ucap Disa mencoba untuk tenang,
"Sekarang, lo mending lepasin gue. Sebelum gue laporin lo ke guru BK. Gue jamin, lo bakalan diskorsing. Sehari dua hari dihukum untuk nggak masuk sekolah, ya, lumayanlah, buat nyadarin lo. Supaya lo nggak ngelakuin ini ke orang lain. Cukup gue aja korbannya."
Karena merasa terancam, Danilla lantas menampar Disa. Tapi, Disa hanya tersenyum hangat.
"Kenapa lo ketawa?" tanya Danilla semakin kesal, "Ada yang lucu emangnya?"
"Segini doang cara lo nampar gue?" Disa berucap dengan nada menantang, "Gue pernah ngalamin yang lebih sakit dari ini. Jadi, jangan lo pikir gue takut sama lo dan semua temen-temen lo ini!"
Danilla lantas menampar Disa dengan keras. Seorang teman dari Danilla meminta Danilla untuk berhenti menampar Disa karena tamparan Danilla bisa menyebabkan Disa memar.
"Rencana awal kita, kan, cuma ngasih peringatan ke Disa. Bukan nyakitin dia secara fisik kayak yang lo lakuin ke dia." ucap salah seorang temannya, "Mending, lo cepetan omongan ke Disa, deh, sebelum bel sekolah bunyi. Karena, kalau kita sampe nggak masuk kelas, orang-orang lain bakalan curiga."
"Dasar bocah-bocah kebanyakan gaya! Prestasi nggak punya, kalau kelarin masalah cuma dengan cara nge-bully kayak gini." Disa tertawa geli sembari meringis menahan sakit dari tamparan Danilla, "Gue lagi nyusun kalimat di kepala gue, nih. Kalimat yang pas buat ngelaporin lo semua ke guru BK."
"Nggak akan ada yang percaya, Disa!" jawab Danilla sembari tertawa geli, "Lo nggak punya bukti apa-apa yang bikin gue dan temen-temen gue bersalah."
"Apa maksud lo lakuin ini ke gue? Emang segalanya nggak bisa diomongin baik-baik?"
"Gue udah berusaha baik sama lo dengan berusaha untuk diem selama ini..." Danilla mencoba menjelaskan, "Tapi, ternyata, makin didiemin, lo makin menggila, Dis. Gue tau, lo ngehasut Kevin buat jadi budak lo, kan. Gue nggak tau omongan apa yang lo ucapin ke Kevin sampe Kevin bener-bener terhipnotis sama lo. Kevin udah beda dari awal kita jadian. Dia cuek dan nggak pernah peduli sama gue. Gue nggak mau putus dari dia, karena dia adalah senjata kampanye gue supaya rame dan mau didengerin seluruh warga di sekolah ini. Gue mau seluruh sekolah ini milih gue untuk jadi Ketua OSIS."
"Yaelah, Danilla. Tanpa lo kasih tau pun, gue udah tau, kok, lo cuma manfaatin Kevin supaya lo menang di pemilihan Ketua OSIS." Disa menatap Danilla dengan tatapan sinis, "Cara lo sampah banget, Danilla. Emang lo nggak bisa pake cara yang halal dikit?"
Ucapan Disa sangat melukai Danilla. Danilla mengambil tumblr pink bertuliskan nama Danilla yang berada di tasnya, kemudian dia menyiramkan air di sekujur tubuh Disa. Baju Disa lantas kebasahan. Perlakuan itupun dilakukan oleh kelima teman Danilla. Mereka sama-sama membuka botol minum mereka dan menumpahkan air di seluruh tubuh Disa. Mereka bahkan tertawa geli ketika melihat Disa yang mulai kedinginan dengan wajah layu.
"Disa... Disa..." ucap Danilla sembari menjambak rambut Disa yang sangat basah karena air siraman Danilla tadi, "Lo nggak usah berharap bisa milikin Kevin. Karena itu nggak bakalan terjadi. Gue tau lo sama Kevin udah sahabatan lama. Nggak ada cewek dan cowok yang saling sahabatan, tapi nggak sama-sama nyimpen perasaan sayang. Mungkin, lo sayang sama Kevin. Mungkin, Kevin juga sayang sama lo. Tapi, lo harus terima kenyataan, Dis, sekarang Kevin milik gue. Kevin nggak akan pernah jadi milik lo. Lo boleh sayang sama Kevin dengan tulus, tapi lo nggak akan pernah milikin Kevin secara nyata. Lo nggak punya keberanian buat ungkapin perasaan lo, seperti gue ungkapin perasaan gue ke Kevin saat sayembara waktu itu."
Disa menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kecil, "Perasaan sayang yang lo nyatain ke Kevin itu palsu semua. Isi surat cinta lo ke Kevin adalah hasil plagiat dari tulisannya Dwitasari. Lo pikir, gue nggak tau niat busuk lo?"
"Oh, baguslah kalau lo tau, berarti nggak sia-sia, dong, otak encer lo itu." kata Danilla sembari menatap Disa masih dengan tatapan kesal, "Ternyata, dari awal lo bisa baca niat gue."
Teman Danilla sejak tadi melihat jam tangan, "Cepetan, Danilla. Kita udah mau masuk kelas."
Sementara tubuh Disa sudah sangat lemas. Dia kedinginan dan semakin sulit untuk bernapas. Rasanya untuk berbicara pun, bibir Disa sudah terlalu kelu, apalagi untuk berteriak meminta pertolongan. Ketika bel masuk sekolah makin dekat, Danilla kembali menjambak rambut Disa. Detik itu, kesadaran Disa sudah semakin menurun.
"Gue nggak punya waktu banyak, Dis." ucap Danilla sembari berbisik di telinga Disa, "Gue cuma minta lo jauhin Kevin sekarang, supaya lo nggak terjebak masalah sama gue lagi."
Ketika berucap seperti itu, Danilla lantas langsung menampar Disa lagi dengan kencang. Tamparan tersebut membuat Disa benar-benar kehilangan kesadaran dan pingsan.
Tepat ketika Disa pingsan, Danilla dan teman-temannya mulai panik. Mereka tanpa sadar langsung meninggalkan seluruh tumblr mereka di gudang sekolah, dan lari membawa tas mereka masing-masing. Tepat ketika mereka lari dari gudang, bel masuk sekolah berbunyi.
Danilla dan teman-temannya memasang muka tanpa dosa dan masing-masing masuk ke kelas mereka. Dalam hati, Danilla terus tertawa, menertawakan kemenangannya. Karena dengan cara ini, tentu Kevin akan seutuhnya menjadi milik Danilla, dan Danilla bisa terus memanfaatkan Kevin demi melancarkan rencananya untuk menjadi Ketua OSIS.
Ketika bel masuk sekolah berbunyi, Kevin terus menatap ke depan pintu kelas. Tidak ada sosok Disa. Kevin berkali-kali mengucek matanya, lalu menatap tempat duduk Disa. Disa benar-benar tidak menunjukan batang hidungnya.
Jujur. Sejak pagi tadi, perasaan Kevin tidak enak. Kevin tidak tahu ada pertanda apa, yang jelas sejak pagi tadi, Kevin terus memikirkan Disa. Firasat tak enak itupun terbukti bahwa Disa tidak masuk sekolah hari ini.
Kevin cepat-cepat keluar kelas sebelum ada guru yang masuk. Cowok itu mencari Disa ke sudut-sudut kantin, namun Kevin tidak menemukan Disa di sana. Kevin juga mencari Disa di depan pagar sekolah serta parkiran sepeda motor, dan Disa juga tak ada di sana. Kevin juga berjalan ke ruang guru, ruang BK, serta ruang perpustakaan--dan Disa tetap tidak Kevin temukan.
Kevin pun tak patah semangat, ada satu tempat yang biasa Disa kunjungi sebelum masuk kelas, dan Kevin hapal betul bahwa setiap perempuan pasti melakukan hal yang sama seperti Disa. Pergi ke toilet sebelum masuk kelas.
Cowok itu mencoba mengecek ke dalam toilet, karena tak mungkin masuk toilet. Kevin hanya berteriak-teriak dari luar toilet, "Dis, lo di dalem toilet nggak? Kalau iya, lo jawab suara gue, supaya gue nggak khawatir. Lo beneran di dalem, kan? Lo kenapa lama di dalam toiletnya? Lo berak-berak? Mencret? Cepirit di celana? Mau gue bawain oralit nggak?"
Tidak ada jawaban apapun dari dalam toilet yang sepi. Kevin masih percaya bahwa Disa ada di dalam toilet, "Dis, jawab gue bisa nggak? Rok lo tembus karena lagi dapet hari ini, ya? Terus, lo nggak sedia softex? Mau gue cariin softex? Ada di kantin, Dis. Mau gue ke kantin dulu? Atau gue beliin rok gimana? Gue ke pasar Depok Baru bentar buat cari rok SMA. Supaya ganti rok lo yang tembus."
Dan, masih tak ada jawaban dari dalam toilet. Karena sudah tak sabar, Kevin lantas memutuskan nekat memasuki toilet. Kevin mengecek seluruh bilik toilet dan tidak ada Disa di sana. Saat Kevin mau meninggalkan toilet perempuan, Kevin melihat ada ikat rambut Disa terjatuh di lantai dekat toilet sekolah.
Kevin mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tak jauh dari ikat rambut Disa, ada lipgloss milik Disa yang terjatuh di lantai. Kevin merasa benda-benda tersebut adalah petunjuk. Kevin mulai menatap setiap ruangan yang berada di dekat lipgloss Disa terjatuh. Hanya gudang sekolah saja yang terdekat dengan tempat lipgloss Disa terjatuh.
Ketika Kevin berjalan mendekati gudang sekolah, Kevin menemukan gelang Disa. Gelang itu merupakan gelang pemberian dari Kevin. Kevin semakin heran karena pintu gudang sekolah terbuka. Biasanya, pintu tersebut tertutup rapat. Karena penasaran, Kevin mulai memasuki gudang sekolah.
Betapa terkejutnya Kevin ketika Kevin menemukan Disa basah kuyup. Semakin kaget lagi saat mengetahui kondisi Disa pingsan dalam keadaan tangan terikat tali tambang. Dengan kondisi cemas, Kevin langsung cepat- cepat melepaskan tali tambang yang mengikat tangan Disa.
Sungguh. Sebenarnya Kevin merasa sangat terpukul ketika melihat melihat kondisi Disa saat ini. Saat Kevin bisa membuka tali tambang tersebut, Kevin lantas langsung membopong Disa menuju UKS.
***
- Firasat Kevin ternyata bener. Setelah membawa Disa ke UKS, Kevin bakalan ngapain? Apakah ini akan menyelamatkan persahabatan Disa dan Kevin? Langsung simak jawabannya di episode selanjutnya!
- Buat yang udah baca. Langsung VOTE, KOMEN, dan SHARE, ya. VOTE KOMEN SHARE itu gratis loh dan bisa dukung penulis favorit kamu supaya makin semangat nulisnya!
- Mau follow aku di Instagram, bisa banget akun Instagram aku: DWITASARIDWITA
- Kamu TIM KEVIN atau TIM KIAN? Kamu mau ngobrol sama pengagum #HanyaTigaKata dan gabung di grup Whatsapp-nya? Langsung daftar dengan cara WA ke: 0822-610-22-388
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro