BAB 21 - Kehadiran Kian Tidak Diterima
"Sayang, aku tunggu di lapangan, ya. Sebentar lagi aku orasi visi misi, nih. Doain aja lancar dan rame, ya." ucap Danilla dalam chat Whatsapp untuk Kevin.
Ketika bel jam istirahat berbunyi, Kevin bergegas pergi ke lapangan sekolah untuk menemani pacarnya berkampanye perihal visi misi jika kelak Danilla terpilih menjadi ketua OSIS.
Kevin lantas menaiki panggung yang biasa digunakan oleh pembina upacara. Ketika Kevin muncul, seluruh perempuan dari kelas 10-12 berteriak nyaring menyebut nama Kevin, tidak ada yang meneriakan nama Danilla. Nampaknya, yang menyaksikan orasi Danilla lebih banyak perempuan, yang ingin menatap Kevin daripada mendengar orasi yang dikumandangkan Danilla.
Di panggung yang terletak di lapangan tersebut sudah tersedia mic. Segalanya memang sudah dipersiapkan karena hari ini adalah jadwal Danilla untuk berorasi dan menjelaskan visi misinya. Danila tersenyum antusias serta melambaikan tangan pada seluruh pendukungnya, yang sebenarnya lebih tertarik melihat Kevin daripada mendengar Danilla.
Ketika suasana cukup tenang dan tidak ada lagi yang meneriakan nama Kevin, Danilla lantas mengumandangkan visi dan misinya, "Visi saya adalah menjadikan warga di seluruh SMA kita lebih kreatif, inovatif, dan berprestasi dalam bidang seni serta akademik. Misi saya adalah saya akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan untuk mendukung visi saya."
Ketika Danilla mengucapkan visi misi tersebut, tidak ada yang bertepuk tangan. Tapi, Kevin langsung berteriak nyaring, "Nah! Bagus itu! Tepuk tangan semuanya! Ayo, tepuk tangan!"
Karena seluruh murid yang datang ke orasi Danilla adalah fans berat Kevin, jelas mereka lebih mendengar instruksi dari Kevin untuk bertepuk tangan. Seluruh murid lantas bertepuk tangan dan meneriakan langsung nama Danilla.
Danilla tersenyum dan melambaikan tangan ketika gemuruh tepuk tangan terdengar. Hati Danilla bahagia mengira semua orang yang datang ke orasi akan memilih dirinya sebagai ketua OSIS. Padahal, semua orang juga tahu bahwa yang datang ke orasi hanya datang untuk melihat Kevin.
Kevin lantas merebut mic yang ada di tangan Danilla. Dengan mantap, Kevin berucap lantang, "Ayo! Dipilih-dipilih! Pilih Danilla jadi ketua OSIS sekolah kita untuk OSIS yang lebih kreatif dan inovatif!"
Seluruh pendengar orasi yang ada di depan panggung langsung bertepuk tangan dan meneriakan nama Kevin. Tapi, berbeda dengan Disa yang menatap Kevin dan Danilla dari lorong-lorong kelas. Disa menyandarkan tubuhnya di salah satu tiang dan menatap panggung orasi dari kejauhan.
"Apaan, tuh. Visi misinya nggak jelas dan aneh." ucap Disa sinis, "Lagian yang mau jadi ketua OSIS sebenernya Danilla atau Kevin, sih? Kok, malah Kevin yang semangat banget?"
Disa lantas menggelengkan kepalanya dan berhenti menatap panggung orasi. Dari kejauhan, Kevin menatap Disa yang sudah berjalan kembali ke kelas. Tapi, Kevin terlalu gengsi untuk memperhatikan Disa lebih jauh, Kevin memilih untuk fokus dalam kampanye Danilla. Kevin membagikan pin bertuliskan PILIH DANILLA yang menjadi rebutan banyak peserta orasi.
Orasi selesai tepat ketika bel masuk berbunyi, tanda jam istirahat sudah selesai. Kevin dan Danilla turun dari panggung.
Setelah turun dari panggung, Danilla berucap pada pacarnya, "Makasih, Sayang. Tadi orasinya rame banget pasti karena visi misi aku bagus, ya?"
Kevin merasa ucapan Danilla terlalu percaya diri. Padahal, jelas Kevin juga tahu bahwa kampanye OSIS Danilla ramai karena kehadiran Kevin sebagai pencair suasana. Tapi, Kevin tidak ingin berdebat dengan Danilla, dia tidak ingin menyakiti hati pacarnya.
Danilla segera meninggalkan Kevin, kemudian kembali ke kelasnya. Begitu juga Kevin yang segera kembali ke kelasnya. Hingga jam sekolah usai, Kevin dan Disa tidak saling menyapa. Setelah jam sekolah usai pun, Disa langsung keluar dari kelas dan menemui Kian yang menjemputnya di luar sekolah.
Diam-diam, Kevin memperhatikan Disa dari kejauhan. Kevin melihat Disa dijemput oleh Kian. Dengan cepat, Kevin langsung mengambil sepeda motornya untuk mengikuti Disa dan Kian.
Saat Kevin ingin mengeluarkan sepeda motornya, ada Danilla yang menghampiri Kevin, "Lho, Sayang. Kamu, kok, langsung pulang? Tungguin aku dulu, dong. Aku ada rapat sama tim sukses aku buat pemilihan OSIS nanti. Baru habis itu, kita balik bareng, ya?"
Kevin menatap Danilla dan berucap dengan nada tergesa-gesa, "Kamu pulang sendiri dulu, ya, Sayang. Aku mau buru-buru pulang ke rumah, nih. Kebelet berak."
Danilla hanya menganggukan kepala dan langsung memasang wajah cemberut, "Yaudah. Hati-hati, ya, Sayang."
Kevin langsung tancap gas untuk mengikuti Disa dan Kian. Setelah mengikuti dari belakang, Kevin sampai di tempat les. Disa dan Kian turun dari sepeda motor, mereka berdua mendengar knalpot sepeda motor Kevin yang sangat berisik. Disa bingung kenapa Kevin ada di tempat les karena biasanya setelah pulang sekolah, Kevin langsung gabung dengan anak buah genk sekolahnya. Sekarang, mungkin entah Kevin tersambar petir apa, Kevin datang ke tempat les.
Kian menatap Kevin dengan tatapan sinis. Tanpa memedulikan kehadiran Kevin, Kian pun mengikuti Disa yang langsung masuk ke tempat les. Kevin kepo dan ikutan masuk ke tempat les. Sesampainya di tempat les, suasana lobi yang biasa digunakan konsultasi PR sudah ramai.
Kevin langsung berteriak nyaring dan bertanya ke resepsionis, "Saya datang untuk konsultasi PR hari ini. Ada jadwal konsul apa hari ini?"
Seluruh tentor di tempat les menatap Kevin, rasa-rasanya ada yang aneh dengan Kevin karena untuk hadir pada jam les wajib pun sudah sangat bersyukur, ini malah Kevin hadir untuk konsultasi PR. Sangat jarang terjadi dan mungkin ini baru pertama kali.
Kevin langsung melihat jadwal konsul. Setelah itu, Kevin berganti pandang melihat meja yang ditempati oleh Disa dan Kian. Kevin lantas langsung mendekati meja tersebut dan duduk di bangku panjang yang berada di dekat meja tersebut. Sudah ada seorang tentor yang duduk di sana, berhadapan dengan Disa dan Kian.
Kevin sok akrab dan langsung menyapa tentor tersebut, Kevin bersalaman dengan tentor dan berucap, "Bu Shinta, jadwal tentor Kimia, kan? Bu, tolongin saya. Saya ada remedial Kimia, nih."
Setelah berucap sepeti itu, Kevin lantas mengeluarkan bukunya. Disa nampak tak menggubris Kevin yang duduk berhadapan dengannya.
"Bu, saya mau nanya soal yang ini. Saya sudah mengerjakan, kira-kira apa jawabannya benar?" tanya Disa menyodorkan kertas soalnya, "Mungkin, jawaban saya kurang tepat, Bu."
"Saya juga mau nanya, Bu. Ini soalnya sulit banget. Pemenang siswi berpretasi SMA seluruh kota Depok aja nggak bisa ngerjain soalnya ini, Bu. Soalnya, pas saya tanya sama siswi ini, dia bilang, dia nggak bisa ngerjain, Bu." Kevin menyindir Disa, "Bantuin, ya, Bu."
"Oke. Saya lihat soalnya Disa dulu, ya." ucap Bu Shinta mengambil kertas soal milik Disa.
Tapi, Kevin memaksa, "Saya dulu, Bu. Saya bener-bener nggak tau cara ngerjain soalnya."
Disa ketus berucap pada Kevin, "Gue duluan yang ngasih kertas soal gue. Lo nunggu gilirannya aja. Usaha dulu ngerjain soalnya, baru lo tanya ke tentornya jawaban lo bener atau nggak. Bukan lo malah nyuruh tentornya ngerjain soal lo. Terus, usaha lo di mana kalau lo aja nggak ada ngerjain soal lo sendiri? Gitu aja nggak ngerti. Nggak pernah konsul di tempat les, ya, Mas Kevin? Kebanyakan tawuran, sih!"
"Gue nanya duluan!" Kevin masih memaksa
"Gue duluan!" Disa pun tak ingin kalah.
Bu Shinta bingung harus lebih dulu menilik soal yang diberi Disa atau diberi Kevin. Apalagi mendengar suara Kevin dan Disa yang makin meninggi, membuat Bu Shinta setengah menahan kesal.
Sementara Kian berusaha menengahi, cowok itu menatap Kevin dengan tajam, "Udah, Dis. Kevin duluan aja. Yang waras harus ngalah."
Dengan sangat terpaksa, Disa memilih untuk mengalah, "Yaudah, Bu. Kayaknya Kevin lebih butuh ibu buat ngajarin dia remedial. Besok saya ke sini lagi aja. Makasih, ya, Bu."
Disa lantas menepuk bahu Kian untuk mengajak Kian pulang. Mereka berdua pada akhirnya meninggalkan tempat les. Dari kejauhan, Kevin melihat Disa yang diantar pulang oleh Kian.
Dada Kevin terasa sakit melihat itu semua. Dia seakan marah pada keadan, marah pada dirinya sendiri. Perasaan apakah namanya ini? Karena Kevin tidak pernah merasakan ini pada perempuan lainnya dan hanya Disa saja yang bisa membuat Kevin semarah dan sesakit ini.
***
Kapan baikannya, nih, Disa dan Kevin? Semuanya dipermasalahin. Lagian ngapain juga, sih, Kevin gangguin Disa dan Kian yang mau konsultasi pelajaran Kimia? Apa Kevin bener-bener nunjukin ketidaksukaannya pada sosok Kian?
Yang udah baca. Buruan langsung VOTE, KOMEN, dan SHARE yah! VOTE, KOMEN, dan SHARE nggak bayar, kok, gratis! Dukung penulis favorit kamu dengan mengapresiasi karyanya.
Mau ngobrol sama aku dan kasih masukan soal novel HANYA TIGA KATA? Langsung follow Instagram aku: DWITASARIDWITA
***
Aku mau GIVE AWAY 3 TIKET GALA PREMIERE EKSKLUSIF FILM DIGNITATE yang main filmnya Al Ghazali dan Caitlin Halderman. Gala Premiere di tanggal 20 Januari 2020. Yang mau ikutan give away-nya, silakan lihat di halaman selanjutnya yah :)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro