BAB 20 - Pertengkaran Tanpa Ujung
Setelah Kevin terluntang-lantung mengerjakan PR Kimianya, tak berapa lama, bel masuk sekolah berbunyi. Seluruh siswa yang masih di luar kelas atau yang sekadar membeli gorengan di kantin, seketika berhambur untuk kembali ke kelas masing-masing.
Karena kesal tidak mendapatkan perhatian dari Disa dan terpaksa Kevin menyalin PR Kimia dari buku orang lain, membuat Kevin kesal. Cowok itu langsung menumpahkan kekesalannya dengan cara merebut jajanan gorengan dari beberapa anak cowok yang habis beli gorengan di kantin.
"Gue minta, ya. Laper." ucap Kevin seraya mengunyah gorengan hasil Kevin memalak, "Kalau emosi pagi-pagi ternyata bisa bikin laper, ya."
Sementara para cowok yang gorengannya dipalak Kevin hanya mampu pasrah dan memberikan gorengan tersebut pada pentolan sekolah mereka. Daripada hanya masalah gorengan jadi panjang dan ribet, lebih baik mereka memberikan beberapa gorengan pada Kevin.
Tak berapa lama, guru Kimia mereka masuk. Bu Erni yang terkenal killer di seluruh anak IPA itu langsung membuat kelas yang ribut menjadi diam. Langkah kaki Bu Erni yang menggunakan sepatu pantofel tersebut terdengar menyeramkan bagi para murid. Semua siswa di kelas Disa dan Kevin langsung memberi salam, ucapan salam itu yang mengiringi langkah Bu Erni hingga duduk di kursi depan.
"Siapkan PR Kimia kalian! Lalu, segera dikumpulkan!" ucap Bu Erni dengan nada tegas.
Seluruh siswa-siswi langsung membawa buku PR Kimia mereka ke depan, tak terkecuali Disa dan Kevin. Ketika Kevin mengumpulkan PR Kimianya, Bu Erni mencubit perut samping Kevin. Kevin langsung kaget bukan kepalang.
"Aduh! Sakit, Bu." Kevin mengelus perut sampingnya bekas cubitan Bu Erni, "Kenapa nyubit saya pagi-pagi, sih. Nanti saya bisa mules, Bu."
"Kamu niat sekolah atau tidak?" tanya Bu Erni sembari memelototi Kevin.
"Niat, Bu." jawab Kevin dengan nada slengekan, "Makanya saya ngerjain PR dan hadir tepat waktu di kelas Ibu."
"Kalau niat, rapikan baju kamu saat sudah memasuki kelas!" Bu Erni berucap dengan nada keras, "Baju, kok, sampai keluar-keluar gitu. Kalau sampai nggak rapi lagi, Kevin lebih baik nggak usah ikut kelas Ibu. Paham?"
"Iya, Bu." Kevin berjalan malas ke tempat duduknya.
Perintah Bu Erni membuat Kevin merapikan bajunya seadanya. Ketika Kevin melewati meja Disa, Kevin langsung buang muka. Disa pun juga sibuk dengan buku cetak Kimia yang sedang dia baca. Mereka berdua sama-sama malas untuk saling berpandangan.
Bu Erni nampak sedang menghitung buku PR yang sudah dikumpulkan dan mencocokan dengan jumlah siswa di kelas Disa dan Kevin. Ketika jumlahnya cocok, Bu Erni membagikan kertas ulangan Kimia.
"Ibu akan membagikan hasil ulangan Kimia kalian." kata Bu Erni seraya membenarkan letak kacamatanya.
Seluruh siswa-siswi ikut bergidik. Mereka tak siap jika dipermalukan habis-habisan oleh Bu Erni. Karena, Bu Erni ini tipe-tipe guru yang selalu menuntut kesempurnaan. Tapi, selain tegas dan perfeksionis, Bu Erni selalu memberi apresiasi pada siswa yang berusaha mendapatkan nilai terbaik.
Setiap membagikan nilai ulangan, siswa dengan nilai tertinggi akan dipanggil pertama kali untuk mengambil kertas ulangan Kimia. Dan, seluruh mata akan tertuju pada murid yang nilainya paling tertinggi tersebut. Bu Erni juga turut memberi wejangan pada murid dengan nilai tertinggi untuk mempertahankan prestasinya.
Tanpa sulit menebak-nebak, seisi kelas juga sudah memprediksi siapa murid dengan nilai ulangan Kimia tertinggi yang akan dipanggil oleh Bu Erni.
"Disa." suara Bu Erni lantang, "Selamat untuk nilai ulangan Kimia tertinggi yang kamu peroleh di ulangan ini. Nilai kamu tertinggi di seluruh kelas 12 IPA."
Disa berjalan ke meja guru dan mengambil kertas tersebut. Seluruh kelas tidak akan heran dengan prestasi gemilang Disa karena memang selalu Disa yang memperoleh nilai ulangan Kimia terbaik sejak mereka semester satu.
Ketika Disa sampai di meja guru untuk mengambil kertas ulangannya, Bu Erni mengelus bahu Disa dan berucap lembut pada Disa, "Pertahankan terus, ya, Nak. Bantu teman-temanmu yang nggak bisa belajar Kimia supaya mereka juga semangat belajar Kimia sekuat semangat yang kamu punya."
Disa menganggukan kepala, kemudian gadis itu berucap, "Makasih, Bu."
Lalu, Disa kembali ke tempat duduknya. Setelah nama Disa dipanggil, diikuti nama murid yang lain. Satu persatu kertas ulangan Kimia dibagikan. Namun, Kevin tak kunjung mendapatkan kertas ulangan Kimianya.
Hampir seluruh kelas sudah mendapatkan kertas ulangan. Sementara Kevin santai saja ketika namanya belum dipanggil. Kevin sudah bisa memprediksi, bahwa nilai ulangannya mungkin 20, atau bahkan 0. Tapi, bagi Kevin, nilai ulangan Kimianya tak berarti apa-apa. Berapapun nilainya tidak akan mempengaruhi mood belajar Kevin. Mata pelajaran apapun, baginya tidak begitu penting.
Tibalah akhirnya nama Kevin dipanggil. Hanya tersisa satu kertas ulangan Kimia yaitu kertas ulangan milik Kevin. Kevin langsung berjalan ke meja guru untuk mengambil kertas ulangannya.
Seperti biasa, Kevin sudah menyiapkan telinganya untuk mendengar ceramah dari Bu Erni. Telinga Kevin sudah sangat terbiasa dengan ceramah dan nasihat dari Bu Erni, tapi setiap ucapan Bu Erni hanya akan dianggap angin lalu bagi Kevin. Segalanya tidak akan terasa penting.
Bu Erni langsung nyerocos dengan cepat, "Kevin lagi, Kevin lagi! Nilai ulangan kamu dapat terendah lagi? Kamu saat mengerjakan ini mikirin apa, Nak? Masa satupun jawaban kamu tidak ada yang benar?"
"Iya, Bu. Saya janji untuk memperbaiki kesalahan saya dan jadi lebih baik di ulangan Kimia berikutnya." ucap Kevin ala-ala agar segera mengakhiri ceramah dari Bu Erni.
Namun, ternyata, Bu Erni belum mau berhenti menasehati Kevin, "Coba, contoh Disa. Minta tolong sama Disa untuk mengajari kamu."
Kevin hanya menganggukan kepala malas. Kevin menatap Disa, namun Disa hanya buang muka, "Saya tau kali, Bu, Disa itu anak paling pinter di seluruh sekolah kita. Nggak usah disanjung-sanjung dan dipuji juga kali. Berlebihan banget."
Bu Erni lantas melanjutkan ceramahnya, "Disa, dibantu, dong, sahabatmu ini. Ibu udah nggak bisa lagi mengajari dia. Kevin ini mungkin hanya mau diajari sahabatnya."
Disa hanya tersenyum sinis dan berucap, "Udah diajarin, Bu. Tapi, saya nggak bisa bantuin orang yang bahkan nggak mau ngebantu dirinya sendiri."
Kevin lantas memelototi Disa. Disa balas menatap Kevin dengan tatapan sebal. Mereka berdua sama-sama kesal dan masih dirundung emosi masing-masing.
"Yasudah, Nak." ucap Bu Erni seakan sudah lelah menghadapi Kevin, "Kamu belajar atau konsultasi di tempat les kamu saja. Mungkin, mereka bisa bantu. Karena Ibu udah lepas tangan perihal kamu. Apapun yang Ibu jelaskan, tidak pernah nempel di kamu. Kamu harus remedial Kimia nanti. Hubungi Ibu untuk remedial."
Dalam hati, Kevin sangat bersyukur, ceramah Bu Erni akhirnya selesai juga. Kevin akhirnya kembali ke tempat duduknya dan melenggang santai ketika melewati meja Disa. Disa nampak tak memedulikan Kevin.
Seusai mata pelajaran Kimia berakhir, bel jam istirahat pun berbunyi. Disa membuka chat di HP-nya ada chat dari Kian. Disa tersenyum antusias sembari membaca chat tersebut.
"Dis, are you okay?" tulis Kian di chat, "Tadi gue ngerasa lo lesu dan kayak nahan beban banget. Ada apa? Gue selalu jadi telinga yang baik untuk denger cerita lo. Jangan sungkan buat cerita."
Disa lantas membalas pesan tersebut, "I'm okay, kok, Kian. Lagi ngantuk dan kurang tidur aja mungkin, ya?"
Dengan cepat, chat Whatsapp Disa langsung ceklis biru. Nampaknya, Kian sangat menunggu balasan chat dari Disa. Kian langsung membalas, "Nanti pulang sekolah gue jemput, ya? Hari ini ada jadwal konsul Kimia di tempat les."
"Boleh. Gue juga ada PR Kimia yang mau gue kerjain." balas Disa di chat, "Tapi, gue nggak bisa balik lama, ya. Gue mau ngajar les di rumah nanti, supaya gue nggak sampe rumah kesorean."
"Iya. Nggak apa. Nanti baliknya gue anterin. Nggak usah sungkan." ketik Kian dalam chat Whatsapp-nya.
Disa tersenyum ketika membaca jawaban dari Kian. Rasanya menyenangkan diberi perhatian begitu hebatnya, begitu lembutnya; ketika Disa dekat dengan Kian.
Hingga Disa lupa, bahwa Kevin pun lebih dulu melakukan hal serupa, bahkan sebelum Kian melakukan banyak hal untuk Disa.
***
Gini kalau sahabatan terlalu melibatkan rasa, sekalinya emosi jiwa marahnya bisa sampe ke tulang-tulang, lewatin usus 12 jari wkwkwk. :') Siapa yang pengen KEVIN dan DISA baikan? Atau kamu tim DISA PULANG BARENG KIAN AJA? Jawan di komen sekarang juga :)
Yang udah baca, jangan lupa LIKE, KOMEN, SHARE juga, dong. Supaya makin rame ceritanya dan aku makin semangat lanjutin ceritanya. LIKE, KOMEN, SHARE nggak bikin miskin loh wkwk. Sampai ketemu di lanjutannya JUMAT, 10 JANUARI 2020. GAAAASKEUUUN!
Yang mau ngobrol sama aku di Instagram boleh banget loh. Langsung follow Instagram: DWITASARIDWITA
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro