BAB 2 - Rasa Penasaran Kevin
Disa dan Kevin memakan batagor bersama. Seperti biasa, Disa memakan saus sambal jauh lebih banyak ketimbang Kevin. Melihat saus kacang batagor Disa yang warnanya tidak lagi coklat seperti saus kacang pada umumnya, Kevin langsung bergidik. Cowok itu sangat jijik melihat saus batagor Disa yang justru berwarna kemerahan.
"Di mana-mana, yang namanya batogor itu saosnya warna coklat." Kevin mengucap sembari mengunyah batagornya, "Masa saos batagor warnanya merah."
"Merah itu tandanya berani!" Disa berujar dengan cepat.
"Berani? Lo pikir kita lagi perang kemerdekaan sambil bawa Bendera Pusaka?" ucap Kevin menatap Disa dengan tatapan bercanda, "Jangan kebanyakan makan cabenya. Kalau lo sakit perut, gue yang ikutan sakit."
"Halah! Nggak usah sok perhatian, deh, lo. Urus aja diri lo sendiri. Terutama nilai ulangan Fisika lo yang dapet 50 itu." Disa tertawa geli.
"Itu nggak usah khawatir." wajah Kevin nampak santai, "Gue, kan, punya pengajar Fisika abadi."
"Siapa emang?"
Kevin memandangi Disa dengan tatapan serius, "Ada, deh. Cewek pokoknya. Cantik, deh."
Tanpa menyadari perubahan wajahnnya sendiri, Disa mulai cemberut. Gadis itu tidak melanjutkan kunyahan batagornya. Dia meletakan piring batagor itu di meja makan. Kevin jelas bingung ketika melihat perubahan sahabatnya itu.
"Kok nggak dimakan batagornya?" tanya Kevin, "Tadi katanya laper?"
"Siapa pengajar Fisikanya? Gue kenal nggak?" Disa mengucap dengan tatapan penasaran, dia menarik lengan seragam Kevin yang lusuh sehabis tawuran tadi, "Jawab, Vin. Gue kenal nggak?"
Kevin ingin mengerjai Disa. Cowok itu ingin membuat Disa semakin penasaran, "Yang jelas, lo nggak kenal sama dia. Rahasia."
"Oh, gitu. Mainnya rahasia-rahasiaan sekarang?"
"Kalau rahasia, ya, rahasia. Nggak boleh dikasih tau ke siapa-siapa, dong?"
"Apaan, sih, Vin!" Disa memukul lembut bahu sahabatnya, "Kasih tau nggak."
"Kenapa kepo banget, sih, Dis?"
Disa memasang tampang cemberut, "Ya, gue, kan, pengen tau. Siapa tau, gue bisa juga minta diajarin sama dia. Supaya nilai gue bisa seratus."
"Ye!" Kevin kini meletakan piring batagornya di meja makan, "Lo ngarang, ya? Mana ada nilai seratus harus remed? Yang jelas-jelas remed itu gue karena dapet nilai 50. Nilai gue, kan, di bawah KKM. Nilai lo udah jelas-jelas di atas KKM."
"Tau ah! Pokoknya, gue mau tau siapa yang ngajarin lo. Titik!"
"Nggak bakalan gue kasih tau. Pokoknya, ra-ha-si-a!"
"Oh, gitu?" Disa mendelik, "Oke, kalau gitu. Habis makan batagor dari sini, gue nggak mau pergi ke tempat les dianterin sama lo. Pokoknya gue nggak mau pergi bareng sama lo!"
"Emang ada cowok lain yang bakalan nganterin lo ke Primagama?" tanya Kevin penasaran, "Mana ada cowok yang mau sama cewek kayak lo? Jutek gitu. Dapet nilai 95 aja mewek kayak cewek dapet."
Disa tidak menanggapi ucapan Kevin.
Kevin malah makin lanjut mencibir Disa, "Yang setia nganterin lo ke tempat les? Yang bakalan nemenin lo makan batagor kayak gue? Yang buru-buru ninggalin tawuran cuma demi ngehibur seorang Disa yang nangisin nilai 95 ulangan Fisika?"
Disa semakin cemberut.
"Emang ada cowok yang mau nemenin lo?" Kevin bertanya lagi, "Selain gue?"
"Ada, kok." Disa mengeluarkan HP-nya, dia pura-pura mengetik chat untuk seseorang, "Nih, gue lagi chat orangnya supaya jemput gue ke sini."
Kevin langsung menarik HP Disa, "Siapa orangnya? Gue harus kenal sama dia. Gue harus liat!"
Belum sempat Kevin memeriksa chat di Whatsapp, untungnya Disa buru-buru mengambil handphone-nya lebih dulu, "Apaan, sih. Kevin nggak boleh tau orangnya dulu. Masih ra-ha-si-a!"
"Nggak ada rahasia-rahasiaan kalau sama gue!" Kevin merebut ponsel Disa sekali lagi.
Disa tidak mampu melawan lagi. Ketika ponsel sudah berada di tangan Kevin, cowok itu langsung membuka kode kunci di ponsel Disa. Tapi, HP keburu mati sebelum Kevin mengecek chat di Whatsapp Disa.
"Lho, kok, mati, sih?" keluh Kevin dengan nada sebal, "Gue belum liat chat si cowok ini. Gue belum tau siapa cowoknya."
"Iyalah! HP-nya lowbat! Lo, sih, maksa jadi orang!" Disa merebut HP-nya dengan cepat, " Giliran gue tau rahasia lo, malah nggak dibolehin."
"Yah, kalau hape lo habis baterainya, cowok itu nggak jadi jemput, dong?"
"Iyalah nggak jadi!" Disa kembali mengambil piring batagornya dan memasukan satu suapan ke dalam mulutnya.
"Nggak apa-apa, nanti gue anterin." Kevin menepuk dadanya, cowok itu tersenyum puas, "Gue, kan, jagoannya Disa. Ya, nggak?"
"Jagoan apaan?!" jawab Disa ketus, "Lo nggak mau ngasih tau, sih, siapa cewek yang ngajarin lo remed Fisika."
"Disa...." tangan Kevin langsung mencubit pipi sahabatnya, "Kenapa lo pake nanya? Lagian lo juga udah tau jawabannya."
"Jawaban apaan?" ketus sekali Disa menanggapi omongan Kevin.
"Cewek cantik yang ngajarin gue Fisika, yang sabarnya setengah mampus, yang nggak pernah marahin gue kalau gue nggak ngerti rumus-rumus. Kira-kira siapa?"
"Siapa emang?" tanya Disa balas mencubit pipi Kevin, "Siapa emang? Kasih tau gue siapa yang ngajarin lo remed?"
"Orang itu lagi di depan gue. Orang yang kalau makan batagor saosnya sampe warnanya merah. Karena lebih banyak cabenya daripada saos kacang batagornya!"
"Tau ah! Kevin nyebelin dasar!" Disa kembali memasukan sesuap batagor ke mulutnya tanpa merasa pedas.
"Gue bener. Jujur, tuh, jawabannya. Lo mau, kan, ngajarin gue remed?"
"Iya. Iya." Disa menjawab dengan wajah bete.
"Senyum, dong. Masa tadi udah nangis segala di danau, sekarang pake bete, sih?"
Gadis itu cemberut sembari menatap Kevin, "Lagian lo bikin kepo, sih."
"Lo juga bikin kepo. Karena katanya mau dijemput sama cowok lain. Gue kesel juga kali."
"Kevin cemburu, ya, kalau Disa dijemput cowok lain?"
"Cemburu?" Kevin buang muka dan tak ingin menatap Disa, "Cemburu apaan. Ngapain cemburu."
"Terus? Kalau nggak cemburu, apaan, dong?"
"Ya.. itu.. anu."
"Anu apaan, sih? Yang jelas kalau ngomong."
"Gini, gue nggak cemburu. Cuma kayak kewajiban aja. Haurs nganterin lo dengan aman. Kalau lo sampe ke rumah keadaan lo nggak selamet, gue yang dicariin nyokap lo!"
"Iya, deh, iya. Hahaha." Disa tertawa geli, "Makasih, ya, udah selalu khawatir sama gue. Repot-repot jagain gue segala lagi."
"Sama-sama." Kevin menanggapi, "Ngapain bilang makasih lagian? Kayak jualan di pasar aja. Yaudah, siapa cowoknya?"
"Nanti lo juga tau." Disa menandaskan suapan terakhir di piring batagornya, "Ayo, jalan. Nanti kita telat masuk les."
Kevin buru-buru menghabiskan makanannya. Hatinya masih penasaran dengan cowok yang diceritakan oleh Disa. Apakah Kevin mengenal cowok itu? Apakah cowok itu lebih baik darinya?
- BERSAMBUNG -
***
KENAPA COBA KEVIN BISA SEKEPO INI? KARENA KEVIN KESEL BENERAN ATAU KARENA CEMBURU TAPI GENGSI MAU BILANG, YA? COBA JAWAB TEBAK-TEBAKAN INI DI KOMEN SINI :D
- Jangan lupa follow penulis #HanyaTigaKata di Wattpad dwitasaridwita
- IG/TWITTER: DWITASARIDWITA
- Pembelian buku Dwitasari dengan HARGA TERMURAH dan bonus TTD, bisa langsung pesan di akun Shopee: DWITASARISME atau WA: 0822-610-22-388
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro