Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 16 - KEVIN NGAMUK!

Kian tidak tahu apakah kalimat ini lancang, tapi Kian tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan.

"Kalau di film-film. Cewek sama cowok yang makan bakso, pasti ceweknya dianterin pulang, kan?" tanya Kian dengan nada masih ragu sekaligus malu, "Bener nggak gue?"

"Terus?" Disa mencoba menyimak.

"Terus, biasanya si cowok nganterin ceweknya pulang ke rumah si cewek. Nah, di perjalanan nganterin itu, si cowok biasanya, kan, minta dipeluk dari belakang sama ceweknya." Kian menjelaskan.

"Terus?" Disa masih belum menangkap kode apapun dari Kian.

"Ah! Lo mah terus-terus mulu!" Kian sebal, "Yaudah, lo peluk gue dari belakang makanya. Kita udah makan bakso. Gue udah nganterin lo pulang. Tinggal belum dipeluk dari belakang di atas motor!"

"Ya bilang, dong, Kuah Cilok, kalau lo beneran mau dipeluk! Pake segala kode lah mana gue ngerti oncom!" Disa tertawa.

Disa memeluk Kian malu-malu. Kian memeperhatikan wajah tersipu Disa dari kaca spionnya.

Kian langsung berucap, "Nggak usah senyum-senyum lo. Ntar tambah cantik! Gue ciri-ciri cowok yang sulit ngendaliin perasaan gue kalau gue lagi suka sama cewek. Jangan bikin gue tambah suka sama lo!"

Dalam pelukan hangat di atas sepeda motor, Disa berucap, "Nggak usah gombal, deh, lo. Dasar bubur ayam diaduk!"

"Yaaaaaa...." Kian tertawa geli, "Di mana-mana bubur ayam enaknya nggak diaduk. Makan dulu buburnya, baru makan cakwenya."

"Nah! Bener! Berarti besok-besok, kita harus cari bubur ayam cakwe, ya. Ada yang enak, tuh, di deket jalan Jatijajar. Di depan Batalyon Perhubungan TNI AD."

"Buset!" Kian melongo, "Lo tau-tauan bubur ayam enak di situ."

"Iya. Bubur ayam terenak di Depok, tuh!" Disa meyakinkan.

"Emang lo makan sama siapa biasanya di sana?" tanya Kian penasaran.

"Iya. Kevin yang ngajak." Disa tertawa geli sembari mengingat kenangan di balik bubur ayam tersebut, "Kocak, sih, ceritanya, soal gue bisa tau bubur ayam itu. Jadi, Kevin lagi tawuran di daerah sana. Terus dibubarin sama orang TNI. Eh, ternyata orang TNI yang ngebubarin itu temen baiknya bokapnya Kevin. Malah makan bubur ayam, tuh, mereka. Sekalian sama genk Kevin di sekolah. Sekalian Kevin diceramahin. Tapi, Kevin, kan, kalau diceramahin cuma masuk kuping kanan keluar kuping kiri."

"Yaelah." Kian memasang tampang kecut, "Bahas Kevin mulu. Bahas yang lain, dong! Gue nggak suka lo nyebutin nama cowok lain. Gue cemburuan orangnya."

"Yaelah! Berlebihan banget lo. Haha!" Disa tertawa, "Btw, makasih, ya, Kian. Udah repot-repot nganterin gue ke rumah."

"Nggak repot. Bahkan kalau setiap hari lo mau gue anterin ke rumah juga nggak apa-apa. Gue seneng, kok, ngelakuin banyak hal selama itu bisa ngebantu hidup lo jauh lebih ringan." jawab Kian, sambil menikmati hangatnya pelukan Disa di atas sepeda motor, "Nganterin cewek pulang ke rumahnya itu kewajiban buat cowok. Terutama jika si cowok habis jalan sama si cewek. Ini menunjukan kalau si cowok bertanggung jawab sama cewek yang dia ajak jalan."

"Makasih, ya, Kian." Disa tersenyum sembari mengeratkan peluknya, "Lo tau banget kalau gue lagi butuh dibaik-baikin gini sama seseorang. Karena hari ini, gue kalut banget. Kalau bisa minta sama Tuhan. Gue pengen banget skip hari ini. Tapi, lo ternyata dikirim sama Tuhan buat memperbaiki hari gue."

"Dis..." Kian menatap Disa dari spion, samar-samar suara Kian memang tertutupi dengan suara angin di atas sepeda motor, "Ini cuma nganterin pulang ke rumah dan nempelin selebaran. Gue bisa bantuin lo, ngerawat hati lo, yang lebih dari ini, Dis."

Ucapan Kian benar-benar membuat hati Disa terasa hangat. Tak terasa, percakapan mereka yang panjang ternyata membuat perjalanan ke rumah Disa terasa begitu cepat. Tak berapa menit kemudian, Disa segera sampai di rumahnya. Dan, ketika hampir sampai di rumah Disa, gadis itu merasa tidak ingin waktu yang dia jalani bersama Kian segera berakhir. Rasanya, Disa masih ingin mendengar suara Kian saat berbicara. Rasanya, Disa masih ingin terus mendengar tawa renyah Kian. Rasanya, Disa ingin memutar ulang waktu saat dia pertama kali konsul matematika di tempat les bersama Kian.

"Nah. Udah sampe." Kian mematikan sepeda motornya, "Selamat istirahat, Disa."

Disa menatap Kian dengan tatapan penuh rasa terima kasih, "Makasih, ya, udah nemenin gue tadi."

"Iya. Besok-besok harus nemenin lagi, ya. Jangan berakhir di sini." ucap Kian dengan lembut, "Gue seneng ngejalanin waktu-waktu yang gue lalui sama lo. Gue berharap, kita bisa kayak gini terus, Dis. Konsul matematika bareng." ucap Kian, "Juga makan bakso aci bareng. Dan, berakhir dengan nganterin pulang di rumah lo."

Disa mengangguk. Dia agak malu untuk mengatakan sesuatu, tapi Disa sungguh menahan rasa gengsinya untuk mengatakan hal ini. Disa berusaha keras untuk menyusun kalimat yang pas.

"Kian, kalau udah sampe rumah. Kabarin gue, ya." ujar Disa pelan mencoba melawan rasa gengsinya, "Eh, ini bukan karena gue khawatirin lo, ya. Gue cuma mau mastiin lo sampe rumah dengan aman."

"Yaelah! Lo khawatir beneran juga nggak apa-apa kali." Kian tersenyum, "Tandanya lo perhatian sama gue."

Belum sempat Disa menanggapi ucapan Kian, terdengar suara knalpot sepeda motor Ninja yang digeber-geber. Disa menghela napas seakan bersiap-siap menghadapi sesuatu. Disa hapal benar suara itu adalah suara knalpot sepeda motor seorang cowok yang telah menghancurkan mood Disa seharian ini.

Dan, benar saja. Kevin sudah ada di depan sepeda motor Kian. Kevin meletakan helm sepeda motornya dengan kasar, bahkan helm tersebut hampir terjatuh.

Lantas, Kevin turun dari sepeda motornya, dan berjalan ke arah Disa. Kevin kemudian menatap Disa dan Kian dengan tatapan kesal.

"Dis! Apa-apaan, nih!" seru Kevin dengan nada tinggi, "Seharian gue nyariin lo ke mana-mana. Emang lo nggak tau kalau gue khawatir lo lagi di mana dan sama siapa? Nggak tau kalau gue seharian khawatirin lo? Telepon nggak diangkat. Chat nggak dijawab. Gue suruh anak buah gue nyari lo ke seluruh sudut-sudut Depok. Sampe anak buah gue di sekolah lain juga nyari lo! Lo malah enak-enak di sini berduaan!"

Bentakan Kevin langsung mendiamkan Disa. Tak tahan melihat Disa dibentak, Kian ikutan turun dari sepeda motornya. Mata Kian tajam menatap Kevin. Cowok itu nampak geram pada tingkah laku Kevin. Apalagi, suara knalpot sepeda motor Kevin yang berisik adalah suara yang sudah membuat Kian kesal saat pertemuan pertama mereka di tempat les.

Sambil menunjuk wajah Kevin, Kian berucap, "Lo nggak bisa kalau ngomong sama cewek dengan nada sopan dikit? Dia perempuan. Anggep aja lo lagi ngomong sama nyokap lo. Ngebentak dia sama aja ngebentak nyokap lo sendiri. Apa gitu cara lo ngomong ke nyokap lo?"

Kevin langsung menatap Kian dengan gusar. Tampak pancaran amarah dari mata Kevin. Kevin belum mengenal lebih jauh pria yang sedang bersama Disa kali ini, makanya Kevin kesal karena Disa tak bercerita apapun soal cowok yang dekat dengan Disa ini.

Kevin lantas memperhatikan Kian dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dengan wajah nyolot, Kevin sedikit mendorong bahu Kian, "Lo siapanya Disa emangnya? Disa nggak pernah cerita soal lo ke gue."

Kian balas menjawab tanpa memberi gestur perlawanan pada Kevin. Kian nampak mencoba untuk lebih stabil menjaga emosinya. "Bukan urusan lo buat tau gue siapanya Disa. Yang jelas, gue nggak pernah bentak-bentak dia, kayak lo bentak dia tadi. Lo boleh jadi ketua genk di seluruh sekolah di Depok, tapi bukan berarti lo berhak bentak dia dengan cara kayak gitu!"

"Gue jadi orang yang paling sedih kalau sampe Disa kenapa-napa." Kevin berucap dengan nada tinggi, "Jadi, lo diem aja. Karena lo nggak tau eratnya persahabatan gue sama Disa."

"Bukan cuma lo! Gue juga jadi cowok paling terluka kalau sampe ini cewek kenapa-napa!" ucap Kian, "Makanya gue anterin dia sampe depan rumahnya, supaya gue mastiin dia sampe rumah dengan aman!"

Disa hanya terdiam melihat mereka berdua adu argumen. Karena keduanya nampak sama-sama ingin menang. Sepertinya, suara Disa tidak akan meredam amarah mereka berdua.

"Eh, Dis." Kevin menatap Disa, "Lo jawab pertanyaan gue jujur, ya! Ini cowok siapa dan kenapa gue nggak kenal sama dia? Dan, lo ke mana seharian ini? Lo diemin gue selama di sekolah. Dan, lo nggak bales chat gue. Telepon nggak dijawab. Gue pikir lo diculik sama genk sekolah lain yang dendam sama gue, kemudian mereka manfaatin lo. Gue nyariin lo kayak orang gila seharian ini! Lo ngerti itu, Dis? Ngerti nggak?!"

Disa ingin marah sama Kevin, maka emosi di kepalanya mulai meledak, "Oh, ya? Kenapa lo nggak urusin pacar baru lo aja? Hasil sayembara kampungan lo itu? Urus aja, tuh, Danilla! Cewek yang lo pilih karena dia lebih cantik dan lo udah lebih dulu tertarik sama dia. Lo nggak usah urusin gue. Gue bisa ngurus diri gue sendiri. Lagian, gue juga nggak pernah minta diurusin sama lo!"

"Bisa nggak lo jawab intinya aja. Cowok ini siapa? Cowok yang lo temuin di tempat les itu?" Kevin mulai merendahkan nada bicaranya yang tidak lagi terdengar ngegas, "Gue mau jawaban itu dari lo."

Disa balik nyerocos, matanya menatap Kevin dengan rasa kesal, "Kalau dia cowok gue kenapa? Masalah buat lo? Harusnya gue yang nanya sama lo. Apa pantes cuma sahabat marah-marah segininya, padahal kan lo cuma sahabat gue, bukan cowok gue!"

Kian terdiam. Kevin tersentak. Jawaban dari bibir Disa membuat hati Kevin entah tertancap panah apa. Rasanya dada Kevin perih dan sakit sekali. Ucapan Disa jelas langsung membuat Kevin merasa bodoh sebodoh-bodohnya.

"Mending lo pulang, deh, Vin." perintah Disa pada Kevin, "Sebelum gue panggil satpam buat ngusir lo."

***

Mampus! Kevin yang playboy dan badboy bisa jadi diem dan ngerasa bodoh karena bentakan dari Disa? Kenapa kira-kira Kevin semarah dan sebete itu sama Disa? Emangnya Disa nggak boleh punya temen cowok selain Kevin?

Menurut kamu, Kenapa, sih, Kevin bisa sebegitunya sama Disa? Apa iya perasaan Kevin ke Disa cuma sahabatan biasa aja? Masa iya, sih, sahabat semarah itu?

Kalau mau ceritanya makin cepet dilanjut dan makin seru. Jangan lupa VOTE, KOMEN, dan SHARE! Terima kasih dan selamat menunggu episode selanjutnya: RABU, 1 JANUARI 2020.

Lebih dekat sama Dwitasari, DM aku di Instagram: DWITASARIDWITA

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro