Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 14 - Kalung Milik Kian

Karena ingin bertemu dengan Kian di tempat les, sekaligus konsul matematika, Disa dengan segera mandi serta mempersiapkan diri. Tak lupa, setelah mandi, Disa juga mengetik sesuatu di laptop-nya dan mencetak satu kertas selebaran pengumuman les yang akan dibuka oleh Disa.

Dalam doa dan hati, Disa berharap bahwa langkah kecil ini setidaknya bisa membantu mamanya untuk membiayai Disa. Disa pun berharap agar hasil dari les yang Disa buka ini bisa menutup uang sekolahnya. Atau mudah-mudahan menutup biaya hidupnya agar tak terlalu membebani Mama.

Ketika sedang mempersiapkan tas dan peralatan untuk konsul matematika di tempat les. Ponsel Disa nampak berkedip-kedip di bagian layar. Ada panggilan dari Kian.

"Iya. Kenapa, Kian?" Disa lantas membalas panggilan tersebut.

"Masih lama make up-nya?" Kian menggoda Disa, "Cepetan ke bawah, dong! Gue udah kangen, nih, sama lo!"

Disa tertawa, "Dih! Alay lo! Gue nggak make up, ini juga bentar lagi gue mau pesen ojol terus sampe, deh, di les. Simpen dulu kangennya elah. Jangan bucin-bucin banget lo. Malu sama umur. Udah saatnya nggak bucin sama lawan jenis, bucin, tuh, sama soal UN dan SBMPTN."

"Ye! Isi otak lo cuma belajar-belajar-dan belajar." Kian mengejek, "Sekali-kali jangan serius-serius amat jalanin hidup. Kita butuh napas sebentar dan jalan lagi. Supaya kita bisa nikmatin perjalanan. Perjalanan itu menyenangkan buat dijalanin, terutama kalau dijalani bareng orang yang tepat."

"Dih! Gue malah dinasehatin." Disa tertawa, "Oke, deh. Siap, Pak Kian Teguh! Salam super!"

"Lo pikir gue Mario Teguh, motivator apa?" Kian balas tertawa, "Yaudah cepetan."

"Sabar, Kian. Lo tutup teleponnya makanya. Supaya gue bisa buka aplikasi buat pesen ojol, nih. Kalau lo nelepon terus, gimana gue mau pesen ojolnya?"

"Nggak usah pesen ojol. Lo udah selesai, kan, siap-siapnya?" Kian bertanya, "Sekarang, lo jalan keluar. Kunci pintu. Dan, jalan ke pagar."

"Oh. Lo sekarang udah di bawah, di depan pagar rumah gue? Jemput gue?" Disa tertawa kecil, "Bawain coklat, bunga, dan boneka beruang juga nggak?"

"Yaelah, Dis. Lo ngarepnya ketinggian. Gue nggak sempet bawa begituan. Orang lo nggak minta." tanggap Kian dengan rasa sesal, "Gimana? Masih boleh jemput nggak kalau gue nggak bawa coklat, bunga, dan boneka beruang?"

"Nggak boleh!" Disa sok-sok membentak dan memutus sambungan telepon.

Padahal, Disa sudah tertawa karena menjahili Kian. Disa langsung buru-buru meninggalkan kamarnya dan keluar dari rumah. Ternyata, benar saja. Kian sudah ada di depan pagar rumah Disa, menunggu Disa dengan wajah harap-harap cemas.

"Kirain nggak mau dijemput. Hehe." ucap Kian dengan wajah khawatir, "Becandanya jangan gitu banget, dong. Gue pikir. Lo beneran nggak mau gue jemput."

Disa langsung menghampiri Kian dan memakai helm yang langsung diberikan oleh Kian, "Bercanda doang, kali."

"Eh. Kalau lo mau. Gue bisa beliin, kok. Lo minta aja. Nanti gue kasih." Kian menawarkan, "Apa tadi yang lo mau? Beruang, coklat, kan?

"Kian, gue bercanda kali." Disa menegaskan, "Btw, makasih udah jemput gue di sini, ya. Lumayan. Gue hemat nggak bayar ojol, nih. Hehe."

Tak lama, mereka sudah sampai di tempat les. Disa dan Kian sama-sama konsul Matematika. Kian jelas terpana pada kecerdasaan Disa. Daya tangkap Disa jauh lebih cepat daripada daya tangkap Kian. Ketika Disa sedang mengerjakan soal matematika, Kian sesekali menatap gadis itu dengan rasa kagum.

Selain senyumnya menyenangkan untuk ditatap, Disa juga baik dalam mengajarkan apapun. Ketika mengerjakan soal, Kian kadang mencuri-curi kesempatan untuk bertanya pada Disa, agar mereka sama-sama bisa menjalin obrolan.

Memang Disa pantas berada di posisinya saat ini, tentu tidak mudah mengemban status siswa berpretasi kota Depok tahun ini. Disa memang pantas berada di posisi saat ini, terutama kerendahan hati yang dimiliki Disa. Disa tidak segan untuk mengajari siapapun yang ingin bertanya dan diajarkan oleh Disa. Karena pintar dan cerdas sesungguhnya adalah ketika kita mau mengajari orang lain, bukan malah menyimpan ilmu sendiri.

Seusai konsul, seperti janjinya, Kian menemani Disa untuk menempel selebaran les privat yang akan Disa buka. Disa menawarkan jasa mengajarkan les untuk anak SD dan SMP, les akan dilaksanakan di rumah Disa. Bahkan Disa juga membuat program khusus agar jasa Disa bisa membantu para orangtua yang kesulitan membantu anaknya mengerjakan PR. Harga les yang Disa tawarkan tentu jauh lebih murah daripada tempat les kebanyakan.

Kian mengantarkan Disa menggunakan sepeda motor untuk menempel selebaran tersebut. Setiap mereka menjumpai tiang listrik atau tempat keramaian, mereka menempelkan selebaran tersebut. Setelah selebaran sudah habis, Kian merasa lapar. Kian mengajak Disa untuk menyantap batagor.

Tapi, Disa menolak halus, "Gue seneng makan batagor, tapi sekarang lagi nggak berselera makan batagor. Karena makan batagor bikin gue inget seseorang. Makan yang lain aja."

"Aneh banget alesan lo nggak mau makan batagor karena inget seseorang." Kian tertawa, "Yaudah, makan apa, ya? Yang ada tepung-tepung acinya? Apa bakso aci aja?"

"Boleh. Gue juga laper. Hehe. Yaudah. Bakso aci aja."

Pilihan mereka berakhir pada bakso aci. Disa menyantap bakso aci dengan cepat dan lahap. Saat sedang menyantap bakso aci, mereka kerap bercengkrama mengenai hari yang mereka jalani hari ini.

"Dis, gila, ya. Lo kalau makan cabe, banyak banget!" Kian melongo.

"Lah. Baru tau lo?" Disa tertawa.

"Nanti lo sakit perut, Dis. Jangan sering-sering." Kian menasehati dengan penuh perhatian, "Jangan sakitlah intinya. Kalau lo sakit, nanti gue jadi ikutan ngerasa nggak enak."

"Haha. Diare itu nggak nular. Tenang aja." Disa ternyata tidak menyadari sudah digombali Kian, "Ilmu biologi itu nggak logis buat perut gue. Nih. Buktinya. Gue makan cabe banyak, nanti sampe rumah gue nggak bakalan sakit perut."

"Gue seneng kalau kita bisa kayak gini terus."

"Maksudnya?"

"Ya...." Kian mulai menyusun kalimat di kepalanya, "Kayak gini terus, jalanin dan luangin waktu buat bareng-bareng. Buat kita berdua. Jadi, gue bisa banyak mengenal lo. Kayak lo suka makan cabe. Itu, kan, gue baru tau hari ini."

"Bisa, kok, Kian. Kalau lo butuh diajarin konsul matematika, pasti gue bisa bantu ajarin." Disa masih tidak peka.

Lantas Kian menepuk jidatnya, "Aduh. Iya, deh, Dis. Salah ngomong mulu gue kayaknya. Haha."

Saat asik berbincang, Disa salah fokus dengan kalung yang Kian gunakan.

"Kalung lo bagus, ya. Jarang-jarang cowok pake kalung." Disa memuji.

Kian mengeluarkan kalung itu dari bajunya, hingga liontin kalung itu nampak keliatan lebih jelas lagi, "Iya. Bagus, ya? Ini pemberian sahabat gue."

"Sahabat atau pacar, nih?" Disa menggoda Kian.

"Ya, sahabatlah. Kalau calon pacar, sih, nih ada di depan gue. Lagi nemenin makan bakso aci! Hahaha!" tawa Kian terdengar nyaring.

"Haha, apaan, sih, Kian!" wajah Disa nampak tersipu.

Ucapan Kian membuat Disa salah tingkah. Gadis itu sesekali memakan makanannya sembari curi-curi pandang pada Kian. Ya. Memang Kian tidak seganteng Kevin, tapi senyum Kian ternyata manis juga. Dan, hey! Lesung pipit Kian membuat senyuman Kian menyenangkan juga untuk dipandang.

Disa merasa bahwa waktu-waktu yang berjalan bersama Kian terasa jauh lebih membahagiakan. Pertama, Kian membelikan Disa novel kesukaannya. Kedua, Kian menemani Disa untuk menempel selebaran les privat yang akan Disa laksanakan. Ketiga, Kian memamerkan senyum manisnya saat mereka makan bakso aci.

Saat bersama Kian, Disa tidak pernah marah-marah seperti saat Disa bersama Kevin. Karena Kian menawarkan senyuman hangat, sementara Kevin hanya bisa membuat Disa marah hebat.

- BERSAMBUNG -

***

Kenapa Kian pake bikin Disa salah tingkah, sih? Jangan gitu, dong, Kian! Kalau Disa jadi jatuh cinta gimana? Yang baca aja bisa baper dan tiba-tiba jatuh cinta sama Kian coba wkwk.

Jadi, kamu TIM KEVIN atau TIM KIAN, nih? Coba jawab di komen sekarang juga.

Kalau udah baca. Jangan lupa VOTE, KOMEN, dan SHARE. Supaya kamu semakin semangat nulisnya. Karena apresiasi dari kamu sangat memacu semangat aku.

- Jangan lupa follow penulis #HanyaTigaKata di Wattpad dwitasaridwita

- IG/TWITTER: DWITASARIDWITA

- Pembelian buku Dwitasari dengan HARGA TERMURAH dan bonus TTD, bisa langsung pesan di akun Shopee: DWITASARISME atau WA: 0822-610-22-388

***

GIVE AWAY ALERT HANYA TIGA KATA. BUKA INSTAGRAM: DWITASARIDWITA

Buat kamu yang setia mengikuti episode 1-13 #HanyaTigaKata di Wattpad, aku punya 5 hadiah buat kamu yaitu novel HAPPY BIRTH-DIE @rismami_sunflorist, STRAWBERRY CHEESECAKE @myayuwidya, FIND A WAY TO MY HEART @dindaryne, STARSTRUCK SYANDROME @ayawidjaja, dan CARAMEL MACCHIATO @ariqohf.

GIVE AWAY DIPERPANJANG SAMPAI 30 DESEMBER 2019. IKUTAN SEKARANG! Jadi, kamu makin punya kesempatan buat menang!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro