Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 13 - Obrolan Ringan yang Menenangkan

Penolakan dari Kevin membuat Disa buru-buru mengambil tas sekolahnya dan segera pulang ke rumah. Meskipun Kevin mengajak Disa pulang bersama, tapi Disa menolak halus, dan justru meminta Kevin mengantar pacar barunya Kevin.

Kevin yang tidak peka merasa sama sekali tidak ada kejanggalan dalam sikap Disa, padahal aslinya Disa sangat dongkol menghadapi sikap Kevin. Dari kejadian ini, Disa memilih untuk tidak menggubris Kevin sama sekali. Karena, apapun yang Disa katakan, tidak pernah terasa penting bagi Kevin.

Maka, Disa memutuskan untuk diam dan berfokus pada intensif UN serta SBMPTN saja. Dia tidak mau lagi terlibat dalam permasalahan si cowok menyebalkan yang sudah sekian tahun menjadi sahabatnya itu. Baginya, sudah cukup untuk memikirkan kebandelan dan kenakalan Kevin. Ini saatnya Disa memikirkan dirinya sendiri, tanpa berusaha peduli dengan masalah yang Kevin hadapi.

Sesampainya di rumah, Disa melihat rumahnya berantakan lagi. Rumah nampak kosong dan sepertinya Mama sudah meninggalkan rumah. Jika ada bantingan piring dan benda pecah-belah yang berantakan di lantai, tentu Disa paham bahwa Papa sepertinya habis berkunjung ke rumah. Dan, Disa menyadari bahwa terjadi pertengkaran hebat, mungkin sekitar beberapa jam yang lalu sebelum Disa sampai di rumah.

Disa menghela napas berat sembari menahan rasa sesak di dadanya. Gadis itu meletakan tas sekolahnya di dekat meja makan, kemudian membersihkan pecahan piring yang berantakan di meja makan.

Ketika sedang membersihkan pecahan piring itu, Disa merasa hatinya semakin terluka hebat. Matanya sudah mulai panas dan di matanya sudah mulai tergenang air mata. Sekuat apapun Disa berusaha menahan air matanya, tetap air mata itu jatuh ke pipinya.

Sungguh. Disa berharap mimpi buruk ini segera berakhir. Seandainya Disa boleh memilih, dia berharap pertengkaran kedua orangtuanya adalah mimpi yang bisa segera selesai ketika dia bangun dari tidurnya.

Tapi, pecahan piring yang tak sengaja melukai jemarinya, darah segar yang mengalir di dekat telunjuknya terasa begitu nyata di mata Disa. Ini tentu bukan mimpi belaka. Ini kenyataan. Cepat-cepat Disa mencuci luka di telunjuknya, memberikan obat merah, kemudian memberi plester di telunjuknya.

Ketika semua pecahan piring sudah bersih, Disa duduk sebentar di bangku dekat meja makan, kemudian mengambil ponselnya. Disa menelepon Mama dengan cepat.

"Kenapa, Dis?" suara Mama nampak riang, seakan semuanya baik-baik saja, "Kamu lagi di mana?"

"Baru sampe rumah." jawab Disa dingin, "Papa tadi ke rumah?"

Mama terdiam dan tidak segera menjawab.

"Nak, udah makan belum?" Mama masih berucap dengan nada riang seakan ingin mengalihkan pembicaraan, "Nanti pulang kantor, mama beliin makanan, ya. Kamu pengen apa?"

"Ma..." ucap Disa lirih, "Kita kenapa nggak pindah aja, sih? Ngontrak atau ngekos di mana gitu, Ma? Kita udah nggak aman tinggal di sini karena Papa pasti gangguin kita terus. Dan, Papa pasti selalu berusaha bikin hidup kita nggak tenang, Ma. Karena dia selalu ngerasa ini rumahnya dia. Dibeli pakai uangnya dia. Padahal, rumah ini, kan, dibeli dari hasil keringat dan kerjaan Mama juga."

"Dis..." Mama memanggil anak semata wayangnya, "Kamu coba dengarkan Mama dulu."

"Sekali-kali. Coba Mama yang dengerin Disa." Disa makin ngotot, berharap Mama mempunyai pertimbangan serta pemikiran lain, "Papa udah ninggalin kita demi keluarga barunya dia, Ma. Ini saatnya kita buat ninggalin dia juga."

"Mau cari di mana kontrakan murah dan kosan murah di daerah Depok untuk dua orang, Dis? Yang layak huni buat kamu. Kamu harus tinggal, tidur, dan belajar di tempat yang layak." tanya Mama dengan suara pelan, "Mama berusaha berhemat supaya kamu bisa tetap sekolah, Nak. Supaya kita bisa tetap makan layak. Kamu sabar sebentar, ya. Mama berusaha keras untuk bayar uang sekolah kamu, uang les kamu, dan keperluan buku pelajaran kamu. Kamu tolong bersabar dan banyak berdoa. Kita bisa lewatin ini semua."

"Makasih, Ma." ucap Disa sembari memutus sambungan telepon, "Semangat kerjanya, ya."

Menyadari bahwa sarannya tak didengarkan, Disa kemudian menyandarkan tubuhnya di bangku meja makan. Dia merasa tak enak karena dirinya adalah beban untuk Mamanya. Semua yang Mama lakukan hanya untuk Disa, bahkan juga menahan diri dari kasarnya perlakuan Papa pada Mama.

Ketika menyandarkan tubuhnya, Disa terdiam sembari menatap seluruh sudut rumahnya. Rumah yang menyimpan kenangan masa kecilnya. Rumah yang dulunya pernah hangat, sebelum Papa memutuskan untuk menikah lagi. Karena lelah dengan segalanya, Disa memutuskan untuk naik ke kamar.

Sampai di kamar, Disa masih melipat wajahnya. Tidak nampak raut wajah riang dari air wajahnya. Gadis itu meletakan tas di atas meja belajarnya, kemudian menatap foto-foto antara dirinya dan Kevin yang Disa tempel di dinding.

Dia memilih untuk merebahkan dirinya di kasur. Ketika sedang asik rebahan, Disa mendengar sebuah notifikasi masuk di HP-nya. Disa berharap itu Kevin, tapi ternyata chat dari Kian. Disa hanya membaca pesan tersebut dan tak langsung membalas pesan dari Kian. Ketika pesannya tak dibalas, Kian lantas menelepon Disa.

Disa pun memutuskan menjawab panggilan tersebut, Kian berucap dengan hangat, "Lagi di mana, Dis?"

"Di rumah." jawab Disa pendek.

"Kok jawabnya cemberut dan pendek banget? Lo lagi laper, ya? Belum makan?"

"Nggak juga. Nggak cemberut, kok." Disa membela.

"Lagi sibuk nggak?" Kian basa-basi.

"Kenapa emang?" tanya Disa penasaran.

"Lo bilang nggak enak karena gue beliin lo buku Dwitasari. Gimana kalau lo bales dengan nemenin gue konsul Matematika?" Kian berucap malu-malu, "Gimana, Dis?"

Ucapan Kian mengenai konsul Matematika terus beruputar di kepala Disa. Disa seperti memikirkan sesuatu yang spesial di pikirannya.

"Oh, iya! Kenapa gue nggak bikin les privat untuk anak SD dan SMP aja, ya?" Disa meringis, "Terutama di matematika. Haha."

Kian jelas tidak memahami ucapan Disa, "Hah? Maksudnya, Dis?"

"Haha. Nggak apa-apa." ujar Disa dari ujung telepon, "Habis konsul matematika, lo mau ke mana?"

"Nggak ke mana-mana. Kenapa, Dis?"

"Temenin gue masang selebaran, ya. Gue mau bagi-bagi selembaran tempat les yang gue bikin, nih."

Kian langsung berucap senang, "Nggak apa-apa. Gue bantuin. Selama itu bisa memperpanjang waktu gue sama lo."

Ucapan Kian terasa menyenangkan di telinga Disa, gadis itu tertawa hingga melupakan sedihnya sesaat, "Haha! Apaan, sih! Itu, lo aja yang pengen sama gue terus!"

Dan, tawa Disa terasa renyah serta menyenangkan di telinga Kian. Ingin rasanya Kian memiliki tawa itu. Ingin rasanya Kian terus jadi penyebab tawa dari Disa. Dari percakapan bersama Kian, nampak tidak ada mendung yang terlalu terasa di ucapan Disa.

Dalam hati, Disa berucap pelan, "Kian, kenapa lo sebaik ini sama gue? Kenapa setiap gue ngobrol dan ketawa sama lo, gue ngerasa jauh lebih bahagia? Kenapa lo nawarin rasa nyaman yang bikin gue merasa lo adalah orang paling baik yang dikasih dari Tuhan buat gue?"

- BERSAMBUNG -

***

Nah, kan! KKenapa setiap sama Kian, Disa bisa seketika lupa sama rasa kesalnya terhadap Kevin? Apa Kian punya sulap dan sihir yang bisa bikin Disa seketika lupa sama kesedihannya?

Btw, siapa, nih, yang suka sama cowok berlesung pipit kayak Kian? Coba jawab di komen :D Jangan lupa jawab, kamu masih jadi TIM KEVIN atau beralih jadi TIM KIAN?

Oh, iya. Udah selesai baca, jangan lupa: VOTE, KOMEN, dan SHARE. Karena apresiasi kamu menyemangati aku terus menuliskan cerita mereka.

- Jangan lupa follow penulis #HanyaTigaKata di Wattpad dwitasaridwita

- IG/TWITTER: DWITASARIDWITA

- Pembelian buku Dwitasari dengan HARGA TERMURAH dan bonus TTD, bisa langsung pesan di akun Shopee: DWITASARISME atau WA: 0822-610-22-388

***

GIVE AWAY ALERT HANYA TIGA KATA. BUKA INSTAGRAM: DWITASARIDWITA

Buat kamu yang setia mengikuti episode 1-13 #HanyaTigaKata di Wattpad, aku punya 5 hadiah buat kamu yaitu novel HAPPY BIRTH-DIE @rismami_sunflorist, STRAWBERRY CHEESECAKE @myayuwidya, FIND A WAY TO MY HEART @dindaryne, STARSTRUCK SYANDROME @ayawidjaja, dan CARAMEL MACCHIATO @ariqohf. GA CUMA SAMPAI 27 DESEMBER 2019. IKUTAN SEKARANG!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro