Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 10 - Setelah Membasuh Luka Kevin

Setelah Kevin pulang dari rumah, Disa merapikan kompresan dan es batu yang Disa gunakan untuk membasuh luka Kevin tadi. Disa mencuci baskom dan gelas Kevin. Setelah semua urusan dapur selesai, Disa kembali ke kamarnya.

Ketika sampai di kamarnya, Disa kemudian meraih ponsel. Ada banyak chat dari Kian di Whatsapp-nya. Disa tersenyum sesaat ketika membaca chat dari Kian, karena sebenarnya dalam hati Disa juga menunggu pesan dari Kian.

Baru saja Disa ingin membalas, Kian ternyata langsung menelepon Disa. Dengan cepat, Disa langsung mengangkat panggilan dari Kian.

"Hey, Dis." sapa Kian dari ujung telepon, "Maaf ganggu. Lo udah tidur?"

"Belom, kok." balas Disa, "Lo kenapa belum tidur?"

"Tadi, tuh, gue mau ngomong sesuatu."

"Ngomong di chat maksudnya?"

"Pengennya gitu..." jelas Kian, "Tapi, kayaknya nggak cukup kalau diomongin dari chat. Pengen gue omongin di telepon langsung."

"Haha." Disa meringis, "Penting banget kayaknya sampe harus nelepon gue segala. Lo mau ngomong apaan?"

"Lo lagi megang novelnya Dwitasari nggak?"

"Yang judulnya apa?" Disa berpikir sejenak, "Kan novelnya Dwitasari banyak."

"Tidak Pernah Ada Kita." jawab Kian singkat, "Ambil dulu, dong, novelnya."

"Buat apaan?" Disa bingung, namun dengan segera gadis itu menuruti perintah Kian, "Bentar. Gue ambil dulu. Di meja belajar gue."

Disa kemudian berjalan ke meja belajarnya. Disa duduk di bangku dekat meja belajarnya dan memegang novel pemberian Kian.

"Nih. Novelnya udah ada di tangan gue. Kenapa emangnya, Kian?"

"Coba lo buka halaman 38. Kalimat di paragraf paling akhir." Kian menjelaskan, "Terus bacain, ya."

Disa menemukan yang diinginkan Kian, kemudian Disa membaca kalimat tersebut, "Jangan sampai aku kehilangan kamu sebelum benar-benar memilikimu. Aku sudah takut kehilangan, bahkan sebelum memiliki kamu."

"Bagus kalau gitu. Gue juga takut kehilangan lo, Dis. Hehe." Kian berucap dengan suara sendu, "Suara lo enak banget kalau didengerin dari telepon."

"Oh. Jadi, kalau ngomong langsung, suara gue nggak enak, ya?" Disa berucap dengan nada sebal.

"Enak terus, kok. Langsung ketemu atau dari telepon juga." ujar Kian sembari tertawa kecil, "Udah. Gue mau bilang itu aja."

"Bilang apaan, sih, Kian?" Disa masih menyimpan rasa bingung di hatinya, "Lo, kan, nggak bilang apa-apa."

"Gue takut kehilangan lo." ucap Kian lirih.

Ketika Kian berucap kalimat tersebut, ada panggilan Whatsapp dari Kevin. Disa buru-buru menutup panggilan dari Kian.

Dari ujung telepon, Kevin sudah berkata dengan nada tinggi, "Lo telepon sama siapa emangnya? Jam segini masih another call aja. Gue nelepon lo susah banget nggak diangkat dari tadi. Ini baru bisa. Pas nyambung, malah katanya lo ada panggilan lain. Teleponan sama siapa jam segini?"

"Kepo banget lo." Disa mencibir Kevin, "Udah sampe rumah."

"Udah. Makanya mau laporan." Kevin meringis.

"Nggak usah dikit-dikit laporan. Gue, kan, bukan cewek lo. Haha."

"Yaelah. Jutek amat lo jadi sahabat gue." Kevin mencibir.

"Lo pantes dijutekin!"

"Eh, btw, makasih, ya. Ajaib banget kompresan dari lo. Kepala gue udah berasa enteng banget. Bisa berantem lagi berarti besok." Kevin berucap dengan nada semangat, "Gimana menurut lo? Enaknya besok cari masalah sama sekolah mana, ya?"

Disa langsung geleng-geleng kepala dan menepuk keningnya, "Haduh, Kevin! Kalau tau setelah sembuh lo bakalan berantem lagi, gue nggak bakalan ngobatin lo tadi. Harusnya, gue diemin aja lo di luar rumah gue. Biar kedinginan. Supaya lo pingsan sekalian."

"Sadis banget lo, Dis."

"Biarin! Supaya lo nyerah dan nggak kepikiran soal berantem lagi."

"Dis. Mungkin, gue baru bisa berhenti berantem kalau ada cewek yang nenangin gue kali, ya?"

Kalimat dari bibir Kevin membuat Disa gelagapan. Sekarang, Disa sedang menghitung sesuatu dengan jemarinya. Tujuannya untuk menghitung berapa perempuan yang sudah, sedang, dan akan jadi pacarnya Kevin. Kalimat Kevin yang bilang bahwa dia butuh seorang perempuan untuk meneangkan Kevin dan meminta Kevin berantem tentu terdengar aneh di telinga Disa.

"Bentar, deh. Lo bilang, lo bakalan berhenti berantem kalau ada cewek yang nenangin lo?"

"Iya. Gimana menurut lo, Dis?"

"Vin, lo gila, ya? Hahaha!" Disa tertawa geli, "Nih. Koreksi gue kalau hitungan gue salah. Tapi, hitungan dari siswa berprestasi nggak pernah meleset, sih, hitungannya."

"Najis bener gue sama lo. Punya sahabat sombong bener. Untung anaknya pinter beneran. Hehe." Kevin tertawa dari ujung telepon.

"Gue hitung-hitung, nih. Cewek lo itu ada 18 yang di sekolah kita. Tersebar dari kelas 10-12 SMA. Dari adek kelas lo sendiri sampe yang seumuran sama lo." Disa menghitung sembari mengingat, "Belum lagi cewek yang di luar sekolahan kita. Belum lagi cewek yang masih pdkt sama lo, yang otw jadian sama lo. Dengan jumlah cewek sebanyak itu, lo masih berani bilang kalau lo butuh cewek yang bisa nenangin lo? Yang bisa bikin lo berhenti berantem? Udah nggak waras kali lo, ya?"

Kevin terkekeh, "Gue aja lupa jumlah pacar gue berapa, Dis. Kenapa jadi lo yang ngitungin?"

"Gue terpaksa ngitungin dan terpaksa tau. Karena kalau lo hilang dan nggak ada kabar, cewek-cewek ini nge-Whatsapp gue buat nyariin lo! Puas lo! Dasar cewek-cewek bucin. Kok, pada mau, sih, sama Kevin. Mereka nggak tau aja aslinya Kevin gimana!"

"Tapi. Gue butuh yang beda, Dis. Kalau mereka, kan, sama aja. Suka sama gue karena gue ganteng doang."

"Dih! Kok lo malah muji diri lo sendiri, sih?"

Tiba-tiba Kevin terpikirkan sesuatu, "Gue jadi penasaran banget sama cewek yang ngirim surat cinta ke gue. Gue mau tau, dia beneran ada atau dia cuma ilusi gue doang?"

Disa menghela napas, "Lupain aja, deh, Vin. Lo nggak bakalan bisa ketemu sama dia."

"Bisa, Dis. Kalau gue usaha. Gue mau buat sesuatu. Lo tunggu aja besok."

"Tau ah!" Disa memotong pembicaraan, "Gue ngantuk. Mau tidur. Tidur duluan, ya, Vin. Jangan tidur kemaleman lo."

Disa segera memutus sambungan telepon. Diam-diam, Disa khawatir dengan apa yang akan Kevin lakukan esok hari. Dalam hati, Disa hanya berharap agar Kevin tidak melakukan hal aneh dan gila lagi. Karena, setiap Kevin melakukan hal gila, tentu Disa akan termakan jadi korban juga. Entah terseret menjadi korban secara tak sengaja atau bahkan disengaja oleh Kevin.

Disa memutuskan untuk tidur dan memejamkan mata. Matanya terlalu berat untuk terus terjaga. Tapi, dalam hati, Disa tiba-tiba tersenyum. Mengingat ucapan manis dan hangat dari Kian di telepon tadi. Disa membayangkan wajah Kian.

Disa teringat saat cowok itu memberikan novel kesukaan Disa di toko buku. Kian adalah sosok pria yang menyenangkan. Kian memang tidak setampan Kevin, tapi aroma tubuh Kian sungguh membuat Disa mabuk rindu.

Disa hapal betul aroma tubuh Kian saat Disa dibonceng Kian. Ingin rasanya Disa mengulang saat-saat itu sekarang. Tapi, terlalu malam jika harus menelepon Kian lagi. Terlalu malam juga jika Disa harus mengirim chat pada Kian sembari mengucap rindu. Lagipula gengsi. Pantaskah seorang perempuan mengutarakan rasa rindu terlebih dahulu? Disa terlalu takut. Disa memendam rasa penasarannya pada Kian dan memutuskan untuk beristirahat.

Pagi datang terasa jauh lebih cepat daripada biasanya. Mungkin, karena Disa merasa tidur malamnya sangat-sangat kurang, karena sisa energi Disa semalam dihabiskan dengan berdebat panjang bersama Kevin. Ditambah lagi, cowok itu masih minta ditemani teleponan juga.

Ketika sampai di kelas, Disa langsung duduk dengan wajah malas. Disa memejamkan matanya beberapa saat, berharap Disa menemukan sedikit ketenangan untuk menjinakan rasa kantuk di matanya. Mata Disa terlalu berat untuk membuka barang sedetik.

Baru sekitar semenit Disa memejamkan mata. Kevin berteriak nyaring dan berlari ke arah Disa. Kevin terdengar sedang sibuk menghitung dengan suara kencang, "Dis, siap-siap, ya! Satu.... Dua... Tiga!"

- BERSAMBUNG -

***

Nah, kan! Kevin pasti mau jahilin Disa lagi. Kali ini, Disa bakalan marah besar atau nggak, ya? Ada yang bisa nebak nggak Disa mau dikasih kejutan apa sama Kevin? Kok, pake segala disuruh buat siap-siap, ya? Btw, Kian jadi manis gini. Jadi gemesh dong sama Kian wkwk.

VOTE, KOMEN, SHARE, yang banyak supaya ceritanya makin cepat dilanjut.

- Jangan lupa follow penulis #HanyaTigaKata di Wattpad dwitasaridwita

- IG/TWITTER: DWITASARIDWITA

- Pembelian buku Dwitasari dengan HARGA TERMURAH dan bonus TTD, bisa langsung pesan di akun Shopee: DWITASARISME atau WA: 0822-610-22-388

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro