Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 12

Selamat Membaca

Setiap apa yang kita lakukan, adalah pilihan yang telah kita ambil, yang sudah pasti kita tau akibat yang akan kita dapat. Jadi, jangan salahkan hasil-nya, jika nantinya berakibat fatal pada kehidupanmu. ---Hanya Teman Tidur.



Tamat di Bab 25 ya, dan setelah itu, akan aku kasih 1 extra bab.

"Karena... kamu membenci Ino. Aku penasaran, bagaimana perasaan Ino, kalau tau aku lebih senang menikmati tubuh musuhnya, dibanding wanita itu," ucap Sai blak - blakan.

Di dunia ini, tidak ada hal yang diberikan dengan tulus. Meskipun beberapa orang tidak setuju dengan itu, tapi bagi Sakura, dia meyakini kalau tidak ada pertolongan secara tulus. Itulah kenapa, Sakura kini memberi tatapan tajam ke arah Sai.

Sakura akui, kalau memang dia tidak menyukai Ino. Wanita pirang yang dulu adalah pemimpin fans-base Uchiha Sasuke, tapi berubah menjadi jahat ketika mengetahui Sakura lah yang menikah dengan Sasuke.

Tapi, menjalin hubungan dengan Sai sebagai rekan di atas ranjang. Apalagi Sakura sudah menjadi istrinya Sasuke, itu seperti Sakura membiarkan tubuhnya ke jurang kematian secara suka rela.

Apa jadinya, kalau sampai Sasuke mengetahui hubungan ini?

"Apa mau kamu sebenarnya," selidik Sakura.

Bukannya memberi jawaban langsung, Sai memilih untuk menekuk lututnya, dan menjadikan dua telapak tangannya ikut bertumpu. Sai merayap ke arah Sakura, mengharuskan Sakura harus kembali telentang di atas king size itu.

Dalam posisi ini, Sakura bisa menghirup aroma musk dari Sai, yang sialannya kembali mengganggu akal pikiran sang dokter cantik ini. Sakura sampai harus memalingkah wajahnya, mencoba mengurangi keanehan dalam dirinya.

Melihat hal itu, tangan Sai pun menyentuh dagu Sakura, menariknya agar tatapan mereka bisa kembali beradu. Pria itu menatap keindahan emerald Sakura, yang merupakan kelebihan yang dimiliki oleh sang dokter cantik.

"Kalau aku mengatakan, aku menyukai tubuhmu, apa kamu akan percaya?"

DEG.

Jantung sialan ini, berdetak begitu cepat hanya karena ucapan Sai. Demi apa? Sakura seharusnya hanya boleh dan hanya akan menyukai Sasuke saja, karena memang Sasuke adalah cinta pertama Sakura. 

Tapi anehnya, Sakura justru menyukai ucapan frontal dari Sai.

"Kau menyukai tubuhku? Terus bagaimana dengan Ino? Kalian bertunangan, dan yang pasti akan segera menikah, iya kan?" balas Sakura.

"Itulah, kenapa aku hanya ingin mengajak kamu sebagai teman tidur, Sakura. Aku tidak akan menikahi kamu, karena aku juga tidak mau menghancurkan kebahagiaan rumah tangga kamu, sayang," jelas Sai.

Memang benar, Sakura begitu mencintai keluarganya. Bagaimana tidak mencintai keluarga? Sakura memiliki suami super kaya raya, dan tampan. Bukan hanya itu saja, Sasuke adalah pria paling panas, yang diinginkan oleh semua wanita. Bukankah itu suatu kebanggaan?

Belum lagi, Sakura juga dikaruniai seorang anak perempuan yang memiliki kecerdasan di atas rata - rata. Sarada adalah anak yang menjadi 'nation sister' di seluruh dunia. 

Memiliki semua itu, siapa juga orang yang mau melepaskan keluarga? 

"Hanya teman tidur?" tanya Sakura.

"Iya, hanya teman tidur. Dan aku akan pastikan, kalau hubungan kita tidak akan mengganggu kehidupan kamu dan keluarga indahmu, Sakura," bisik Sai.

Setelah mengatakan itu, Sakura bisa merasakan bibirnya bersentuhan dengan bibir Sai. Dari kecupan ringan, berubah menjadi jilatan - jilatan yang menarik lidah Sakura untuk bergerak dalam alunan musik yang hanya bisa mereka dengar.

Tangan Sakura perlahan menyentuh leher Sai, menarik leher kokoh itu untuk memperdalam sesuatu yang seharusnya tidak mereka lakukan. Tapi, baik Sai dan Sakura, mereka seperti tidak peduli dengan kesalahan ini.

Bagi mereka, semakin dilarang, maka akan semakin nikmat untuk mereka arungi. Sampai, Sakura bisa merasakan sesuatu di bagian bawahnya, kembali bertemu sapa dengan sesuatu yang begitu kokoh dan membara.

Otak pintar Sakura dengan cepat memberi perintah pada tubuh Sakura, untuk melebarkan kedua paha indahnya. Membuat Sai dengan mudah mendorong masuk pemukul baseball itu. Mencipatakan kenikmatan yang sama saat mereka lakukan tadi malam.

Aaahhh.

"Ya, mendesahlah. Panggil namaku, Sakura," bisik Sai.

Setelah itu, Sai kembali mendorong masuk sesuatu yang begitu panas, kokoh, dan tidak terukur. Tentu saja, di setiap dorongan yang dilakukan pria murah senyum itu, selalu diiringi dengan desahan dari wanita yang dia kurung di bawahnya.

Sakura.

Nama wanita yang mulai detik ini, dan seterusnya, akan Sai jadikan sebagai teman tidur, rekan di atas ranjang. Pria ini mungkin hanya akan melampiaskan hasratnya pada Sakura saja, untuk menghapus rasa rindunya yang belum bisa memiliki Naruto.

"Aaaahhh Saaiiii," desah panjang Sakura menyadarkan Sai.

Sai tersenyum pada Sakura, yang sempat memejamkan kedua matanya. Sai pun kembali mengecup bibir Sakura, mencecap benda kenyal, yang sialannya sekarang menjadi candu dalam hidupnya. 

Apa boleh Sai mengatakan, kalau dia menyesal baru bertemu dengan Sakura sekarang? Kenapa tidak dari dulu saja? Kenapa harus sekarang? 

Lupakan! Apapun yang terjadi saat ini dan ke depannya, Sai tidak peduli. Karena Sai akan pastikan, hubungan dia dan Sakura tidak akan hancur. Cukup nikmati dan rahasiakan dari semua orang. 

"Apa kamu menikmatinya Sakura?" tanya Sai.

Pria itu tidak mencoba menunggu jawaban dari Sakura, dia lebih memilih untuk menjulurkan lidahnya. Menjilat dari leher kemudian turun melewati cekungan, sebelum akhirnya bertemu dengan sepasang keindahan yang begitu padat.

Sai pun segera menghisap ujung gundukan milik Sakura, menariknya dengan bibirnya, sampai pikiran Sakura semakin menjadi gila. Tubuh Sakura menggelinjang, merasakan kenikmatan yang diberikan Sai.

"Aaaah Saiii." Lagi - lagi Sakura hanya bisa memanggil Sai.

Sakura melirik ke arah Sai, pria itu begitu lahap menghisap gundukan itu. Padahal, ketika Sakura melakukannya bersama dengan Sasuke, suaminya tidak pernah mau menghisap bagian itu. Tapi, kenapa Sai melakukan itu?

"Appahh itu enak?" tanya Sakura.

"Akan lebih enak kalau ini menghasilkan nutrisi untuk bayi, Sakura," ucap Sai.

"Tapi, aku tidak mau hamil anakmu!" 

Sai mendekati wajah Sakura lagi, berbisik pada indera pendengaran Sakura. "Tidak harus anakku, Sakura. Tapi, kamu bisa hamil anaknya Sasuke, sayang," bisik Sai.

Ini mungkin adalah kegilaan dari seorang Shimura Sai, tapi sungguh Sai memang hanya menginginkan tubuh Sakura saja. Hentakan dan hujaman yang Sai lakukan pada Sakura, menjadi bukti kalau dia memang memuja tubuh Sakura saja. Tidak ada cinta. Tidak punya hati. Hanya hasrat panas saja.

Sampai pada titik yang begitu dalam, Sakura memahami kalau dia sudah mencapai batasannya. Sesuatu dalam dirinya, memberontak dari cengkraman tubuhnya, sampai tangannya menarik leher Sai. Melumat habis bibir pria itu, bersamaan dengan tangan Sai yang mencengkeram pinggang ramping Sakura.

"Aku sampai ahhh Saaiiii..."

"Aku juga sayang, aku juga Sakura."

Keduanya bisa merasakan kalau milik mereka sama - sama mencapai keinginan tertinggi dalam penyatuan. Ombak dahsyat menerjang di setiap ruang inti kewanitaan Sakura, membuat dua orang itu semakin tidak mau melepaskan dirinya.

Sejenak pikiran mereka kosong, tampak sangat terbuai dengan hubungan penuh nikmat ini. Getaran pada masing - masing ponsel mereka saja, diabaikan dengan begitu mudahnya. Menganggap bahwa dunia hanya milik mereka berdua.

"One more time, Sakura?" mohon Sai.

"Lakukan sesukamu, aku libur selama 1 minggu ini," adu Sakura pada teman ranjangnya itu.

"Itu adalah informasi yang sangat bagus, sayang," balas Sai.

Mereka pun kembali berciuman, melakukan penyatuan yang tidak ingin mereka hentikan.

***

Saat nonton Naruto, aku penasaran kenapa dulu Sai nggak cinlok sama Sakura? Padahal kan waktu bersama Sakura lebih sering. Hmm.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro