Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 11

Selamat Membaca

Hidung bangir, dengan sepasang alis tegas, serta tidak lupa dengan bulu mata Sasuke yang tajam. Sungguh, terbangun di pagi hari, dengan pemandangan wajah tampan dari seorang uchiha bungsu, adalah kenikmatan yang tidak bisa didefinisikan.

Begitu senangnya melihat wajah tampan kekasihnya itu, sampai Naruto memilih menjadi patung. Hanya agar tidak mengganggu kegiatan tidur Sasuke. Naruto tidak mau, deru napasnya membuat Sasuke bangun, dan membuat Naruto tidak bisa menikmati pemandangan ini.

"Sampai kapan kamu melihatku seperti itu dobe?"

Tidak ada reaksi terkejut dalam wajah cantik Naruto, wanita berambut pirang itu seperti sudah mengenal Sasuke. Kalau Sasuke akan selalu terbangun lebih dulu, dibandingkan dengan Naruto. 

Karena, memang sudah biasa bagi mereka. Kalau stamina Sasuke-teme itu selalu berhasil mengungguli Naruto. Padahal, Naruto sendiri sudah memiliki jadwal olahraga, untuk bisa mengimbangi stamina gila milik sang uchiha bungsu.

"Sampai aku bosan melihat kamu," jawab Naruto.

"Bosan? Kamu bosan padaku?" 

Detik itu juga, Sasuke langsung mengubah posisinya hingga dia atas tubuh Naruto. Hal itu ternyata membuat sesuatu di bagian bawah Naruto, terasa begitu penuh dan siap untuk bertempur kembali.

"Kamu tidak mencabutnya?" balas Naruto.

"Untuk apa?" ucap Sasuke.

"Cabut, atau..."

"Atau apa hmm?"

Hai... Di Karya Karsa udah sampai Bab 21

***

Di restoran, terlihat seorang anak perempuan kecil yang sudah memakai kemeja merah muda dipadukan dengan rok berwarna biru langit. Anak perempuan itu juga memakai jepit rambut di dua sisi, membuat semua orang gemas melihatnya.

"Jadi mama tadi malam tidak ke sini?" tanya Sarada pada Tenten.

Karena Naruto belum bangun dari kamarnya, di tambah lagi Naruto memberi pesan agar Tenten menjaga Sarada, selagi Naruto bersiap di dalam kamar. Jadilah, sekarang Tenten yang membantu Sarada bersiap tadi.

"Saya kurang begitu tau, Nona. Nanti Nona bisa bertanya dengan Kak Naruto, ya," jawab Tenten.

"Huh. Menyebalkan, padahal ibuku adalah mama, tapi kenapa Kak Naru yang selalu bersamaku?" kesal Sarada.

Bukan hanya Tenten saja yang cemas dengan pertanyaan, yang baru saja Sarada keluarkan. Tapi ternyata seluruh para staff dan kru yang mendengar itu, perlahan memilih untuk berpindah kursi. Mereka tidak mau ikut campur dalam masalah internal Uchiha.

Ini mungkin sudah menjadi rahasia umum, kalau siapapun yang tidak akan pernah berani berurusan dengan Uchiha. Uchiha Group memiliki kerajaan bisnisnya sendiri, yang mampu memasukkan orang dalam daftar hitam, jika mereka mau.

Itulah kenapa, tidak ada yang berani berurusan dengan mereka. Terus apa kabar Tenten, kalau sampai Tenten salah jawab?

"Oh, apa penggemarku tidak senang aku di sini?" ucap Naruto dari jauh.

Bisa dilihat, Naruto memakai kemeja putih kebesaran, dipadukan dengan celana jeans biru pendek yang membiarkan pahanya terlihat semakin indah. Di sampingnya, ada Sasuke yang ikut memaki kemeja putih, dipadukan dengan celana jeans biru panjang.

Dua orang itu berjalan bersama bagai sepasang suami - istri, apalagi meskipun Naruto dan Sasuke tidak bergandengan. Tapi jarak mereka terdekat, untuk disebut menjaga jarak.

Sarada yang melihat kedatangan artis yang dia kagumi, segera turun dari kursi dan berlari  ke arah Naruto. Tepat ketika Sarada hampir sampai, Naruto memilih berjongkok untuk menangkap Sarada. Hal yang tidak pernah Sakura lakukan pada Sarada.

"Kak Naru beneran di sini?" tanya Sarada.

"Iya. Karena tadi malam kakak kelelahan, jadi kakak langsung tidur," ucap Naruto.

"Kakak sudah makan?"

"Kakak tadi sudah makan di kamar, kakak kemari karena kakak mau mengajak Sara-chan naik kapal pesiar," ajak Naruto.

"Benarkah? Ayo kita berangkat, Sarada sudah siap," ajak Sarada sangat semangat.

Naruto tersenyum dengan semangat Sarada yang begitu besar. Kemudian Naruto melirik ke arah Sasuke, seperti memberi sinyal agar Sasuke menggendong Sarada. 

"Ayo, biar papa gendong Sarada," ucap Sasuke.

Sarada yang mendengar itu pun, semakin senang. Anak perempuan kesayangan uchiha ini, bahkan sampai melupakan rasa kesalnya pada sang mama, yang sekarang entah di mana. Kemudian Sasuke berjalan sambil menggendong Sarada.

Naruto mendatangi Tenten sebentar.

"Sakura memintaku untuk menemani mereka liburan, jadi atur ulang jadwalku ya," pinta Naruto.

"Hah? Tapi harusnya kamu kan istirahat---"

"Bermain dengan Sarada juga bisa disebut istirahat, jadi aku minta pengertian kamu ya," mohon Naruto.

Naruto kemudian segera berlari mengejar Sasuke, yang ternyata sudah cukup jauh. Sedangkan orang - orang yang mencuri dengar percakapan antara Tenten dan Naruto. Mereka hanya bisa menggelengkan kepala mereka, karena Naruto tetap saja mau disuruh oleh Sakura.

Padahal, mereka paham betul, jadwal Naruto yang begitu padat. Makanya, ketika Naruto berada di kamar, atau ruang tunggu. Mereka tidak akan mengganggu Naruto, agar Naruto bisa mengambil waktu istirahat sejenak.

"Mungkin nggak sih, kalau jodoh Tuan Uchiha tertukar?" tanya seseorang.

"Hush! Jangan berbicara sembarangan! Kamu mau dipecat?"

"Ya, masalahnya kamu lihat sendiri kan?"

"Biarkan itu menjadi urusan mereka. Kita dukung saja sebagai penggemar."

*** 


"Sudah bangun dokter?" tanya seseorang yang menjadi partner-nya tadi malam.

Sakura segera menarik selimut putih yang menutup tubuhnya. Entah pergi kemana sosok perempuan yang tadi malam menggila di bawah kuasa Sai. Karena yang sekarang Sai lihat hanyalah ... wanita pemarah, yang siap mencakar Sai sekarang juga.

"Kenapa kamu di sini?" tanya Sakura.

"Menunggu kamu bangun, tentunya," balas Sai sangat santai.

"Di mana baju aku?" tanya Sakura yang tidak melihat pakaiannya.

Sai yang hanya memakai celana panjang berwarna hitam saja, sampai membuat tubuh kokohnya penuh kotak - kotak itu terlihat dengan sombongnya. Sakura kesal pada dirinya, karena dalam kondisi seperti ini, Sakura tetap mengagumi tubuh Sai.

"Gaun sialan itu di tempat sampah, karena tadi malam mengganggu kegiatan kita," rajuk Sai.

"Ka-- kalau begitu, kamu pergi beli baju buat aku. Aku mau membersihkan diri dulu," perintah Sakura.

Ucapan Sakura yang sempat terbata, menambah kesan gemas pada dokter cantik itu. Kemudian Sai pun mendekati Sakura, duduk tepat di samping Sakura. Pria itu menyentuh rambut merah muda itu, dan menciumnya.

"Kamu lupa? Kalau satu minggu ini, kita akan menjadi teman tidur, hm?" ingat Sai.

"Teman tidur?" ulang Sakura tidak paham.

"Iya, kamu bahkan sudah setuju. Kalau kita akan menjadi partner yang tidak pernah Sasuke berikan padamu," ucap Sai.

"Ja--jangan gila! Kamu kira aku mau sama penguntit--- hmmppp."

Sai melahap bibir berani Sakura, yang kurang ajar menyebut Sai sebagai penguntit. Sai memang tidak akan masalah kalau Naruto menyebut Sai sebagai penguntit, karena di mata Sai, meski Naruto marah atau membenci Sai. Justru perasaan cinta Sai pada Naruto semakin besar.

Tapi itu akan berbeda dengan Sakura.

Sai tidak terima, dokter kesepian ini menyebut Sai sebagai penguntit. Pria ini bahkan melampiaskan amarahnya dengan menggigit bibir Sakura, dan menyesap lidah Sakura yang masih malu - malu mau padanya.

"Lihat? Lidah kita bahkan sangat serasi, dokter," rayu Sai.

"Apa mau kamu? Kenapa harus aku?" balas Sakura.

"Karena... kamu membenci Ino. Aku penasaran, bagaimana perasaan Ino, kalau tau aku lebih senang menikmati tubuh musuhnya, dibanding wanita itu," ucap Sai blak - blakan.

Bersambung dulu ya. Hehehe

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro