Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PROLOG

"Sekarang apa lagi, Araaay?" Suara Loyce terdengar menuntut. Jarum pendek belum tepat di angka 7, tetapi laki-laki tersebut sudah berlarian dari rumah sebelah ke rumahnya dengan gaduh bak sedang dikejar banteng.

Aray berjalan di sisi kanan Loyce yang sedang menarik rambut kuncir kudanya agar keluar dari lubang topi. Dia mengiringi langkah gadis itu menuju tangga.

"Bisakah kamu membatalkan janjimu itu? Minimal dimundurkan sampai petang," tutur Aray yang belum to the point.

Meskipun demikian, Loyce sudah mengerti inti obrolan pagi ini. Sebab, kejadian seperti ini sudah tidak asing baginya.

"Jangan gila kamu!" celetuk Loyce tanpa peduli dengan gurat cemas di wajah lawan bicaranya.

"Tidak bisakah kamu mendengarkanku sekali ini saja?" Aray memasang puppy eyes pada gadis di hadapannya. Ini terdengar seperti rengekan daripada permohonan serius.

Loyce tetap mengayunkan kaki di anak tangga dengan ringan. Dia sudah kebal dengan cerita Aray tentang kemampuan prekognisinya. Meskipun apa yang didengarnya hampir selalu menjadi nyata, Loyce tidak ambil pusing. Menurutnya, memang ada titik di mana seseorang itu menemui kesialan.

"Ce, mimpiku semalam sungguh mengerikan!" Dari balik punggung Loyce, Aray menaikkan volume bicara satu oktaf.

Kaki Loyce yang terbalut sepatu booth hitam berhenti gerak di lantai bawah. Dia pun membalikkan badan dan menatap laki-laki yang rambut panjangnya dikuncir gulung itu. "Masih lebih mengerikan saat kamu memimpikanku tenggelam di Pink Beach akibat keram kaki, bukan?" sahutnya  enteng meskipun hal itu benar-benar terjadi.

Saat itu dia, sang kakak, Aray, dan beberapa teman tengah berlibur di Lombok. Salah satu destinasi wisata adalah pantai tersebut. Malam sebelum pagi di mana aktivitas menyelam itu diagendakan, Aray bermimpi tentang Loyce.

Seperti yang terjadi pagi ini; Aray memberi tahu, tetapi Loyce enggan mendengarkan. Bahkan tidak ada secuil kekhawatiran Loyce tentang visi Aray malam itu. Jantung Loyce mulai berdegup lebih cepat saat merasakan kakinya yang tidak dapat digerakkan. Detik itulah dia tahu bahwa mimpi Aray adalah nyata.

Beruntung Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup. Aray terus mengawasinya dan berakhir menjadi penolong. Kakak Loyce dan teman-temannya yang ikut diving sama sekali tidak tahu karena asyik menikmati pemandangan bawah laut dengan air yang begitu jernih.

Berhasil mendapatkan atensi, Aray bergegas  mengambil posisi berdiri di samping Loyce. "Tidak, Ce. Ini lebih mengerikan dibandingkan dengan semua mimpiku tentangmu."

Loyce menaikkan sebelah alis. "Lalu apa?"

Aray menggigit bibir bawah sesaat. Kemudian, dia menatap intens Loyce. Kedua tangannya memegang bahu gadis itu.

Saat pandangan mereka bertemu, Loyce tertegun sejenak. Pasalnya, baru kali ini tatapan cemas milik Aray mampu membuat hatinya bergetar. Padahal, biasanya tidak menimbulkan efek samping apa pun.

"Dalam mimpiku semalam, kamu ada di sana. Suasana terlihat kacau; ada pecahan kaca, dua orang bersimbah darah, kamu yang seperti mayat hidup, dan terdengar sirine ambulans. Please, Ce! Sekali ini saja kamu mendengarkanku untuk tidak keluar rumah," tutur Aray dengan suara yang begitu dalam.

Untuk beberapa detik, Loyce terdiam. Dia mencerna perkataan sahabatnya itu di tengah hawa ruang tengah yang terasa dingin secara tiba-tiba. Entah ada makhluk yang datang ataukah hanya sugestinya usai menyimak perkataan Aray.

"Kalau aku pergi bersamamu, apa yang akan terjadi?"

Pertanyaan itu di luar dugaan. Aray tentu tidak dapat menjawab karena dirinya tidak ada di mimpi semalam. Dia sendiri tidak yakin apakah mimpinya akan tetap menjadi kenyataan jika Loyce bersamanya.

"Entahlah!"

Menangkap nada pasrah dari jawaban Aray, Loyce berdeham. Kemudian, dia menurunkan kedua tangan Aray yang masih menangkup bahunya. "Oke!" ucapnya sembari mengangkat kedua tangan. "Kesimpulannya, aku akan tetap pergi."

Aray mencekal pergelangan kiri Loyce saat gadis tersebut baru melangkah beberapa kali. "Jaga diri dan hati-hati," pesannya setelah mendapat tatapan ada apa lagi? dari Loyce.

Aray terpaksa membiarkan Loyce pergi sendiri. Ingin hati menemani, tetapi dirinya telanjur janji bertemu dengan supplier daging yang baru.

👻👻👻

Hujan turun deras saat Loyce sudah berada di jalan tol menuju Sentul. Rencananya, pagi ini dia akan menemui sang kekasih. Semalam mereka sudah sepakat untuk bertemu di Hotel Grand Sentul.

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.10 WIB, sisa 20 menit lagi untuk bisa tepat waktu. Namun, kondisi jalanan yang dikeroyok miliaran butir air hujan membuat Loyce mengurangi kecepatan sekaligus menajamkan penglihatan.

"Baiklah! Ini memang sudah musim penghujan," gumamnya.

Tidak lama kemudian, mata Loyce menangkap beberapa pasang lampu mobil yang tampak diam saja. Makin dia melaju, sinar-sinar itu makin jelas dan besar. Tidak perlu lama untuk menyadari sesuatu.

"Oh my God! Jangan bilang kali ini mimpinya Aray kenyataan lagi?" Dia bermonolog.

Loyce segera waspada. Dia mengurangi laju mobil, lalu mengecek spion untuk memastikan dirinya berada di jarak aman. Sedetik kemudian, helaan napas lega keluar dari mulutnya.

Saat melewati TKP, matanya sempat mencuri-curi pandang. Di bahu jalan sudah terparkir dua mobil polisi, Jasamarga, dan mobil pribadi. Lantas dahi Loyce mengernyit saat ingat bahwa Aray tadi berkata ada suara sirine ambulans, tetapi nyatanya tidak.

"Pasti dia salah!" gumamnya lagi.

Beberapa meter menjauhi TKP, Loyce mulai merasakan hawa familiar yang tidak bersahabat. Dia sampai menggosok lengan kirinya untuk mengusir dingin yang datang tiba-tiba. Bahkan bulu kuduknya berdiri. Otaknya sudah mengirim alarm bahaya.

Benar saja!
Belum hilang alarm bahaya itu, muncul sebuah wujud menyerupai manusia berusia 70-an tahun. Rambut putihnya dicepol rendah dengan rapi. Poninya menjuntai melewati pelipis yang dialiri cairan merah. Loyce yakin itu darah.

Loyce sengaja mengencangkan volume radio mobil saat mata cekung nan sayu makhluk itu bergerak ke arahnya. Untuk kesekian kali, dia enggan menanggapi kemunculan makhluk.

"Tolong aku, Cu!" rintih si Hantu Nenek sembari menggenggam lengan kiri Loyce yang masih terulur.

••••••••°°°••••••••

Perdana nulis cerita horor nih. Gimana kesan kalian di bagian prolog ini?

Tunggu bab selanjutnya tayang dan (nggak) janji horornya cuma di bagian sini aja. #eh

25 Juni 2023
22.27 WIB

Regards,
Fiieureka


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro