Winter's Come 20
Satu minggu terlewati dan Taehyung sudah di perbolehkan untuk pulang meski kondisi daya ingat nya masih sangat lemah, dan satu hal yang di ketahui oleh Hankyung selama seminggu terakhir ini. Tentang Taehyung yang memiliki ketakutan di beberapa kondisi karna sebelumnya Taehyung tidak bersedia keluar dari ruangan nya dan mengatakan takut terlebih saat melihat ada banyak orang di sekitar nya.
Hankyung sendiri kini tengah di bagian informasi dan mengisi absen di depan meja Kepala Perawat Choi untuk mengambil cuti selama tiga hari guna memperkenalkan Taehyung dengan lingkungan baru nya.
"Kau yakin, tidak apa-apa tinggal bersama orang asing itu?" Tanya Kepala Perawat Choi dengan hati-hati di saat Hankyung tengah menyodorkan berkas di tangan nya dan kemudian mempertemukan pandangan keduanya.
"Tidak ada yang perlu di khawatirkan, berhenti berpikir bahwa kami akan tinggal layaknya wanita dan pria! Aku Dokter dan dia pasien ku, tidak ada yang akan berubah." Tandas Hankyung penuh keyakinan.
"Eih... Jangan pura-pura tidak tahu, kau pun tahu bahwa hati manusia sangatlah lemah. Semua bisa berubah ketika seseorang manjalani nya bersama-sama."
"Kalau begitu aku bukan manusia, melainkan seorang Dokter." Acuh Hankyung yang mengabaikan nasehat dari Kepala Perawat Choi yang hanya mampu menatapnya tak percaya.
"Bagaimana keadaan nya?"
"Meski semua organ dalam nya telah berfungsi dengan baik, tapi daya ingat nya masih terlalu rendah. Dia masih harus rutin menjalani terapi untuk menghilangkan trauma pada saraf nya karna kecelakaan yang dia alami." Jelas Hankyung dan membuat Kepala Perawat Choi mengangguk mengerti.
"Aku pergi sekarang." Pamit Hankyung dengan seulas senyum di akhir perkataan nya.
"Hati-hati dan jaga kesehatan jantung mu, jangan terlalu memberi hati mu pada orang asing itu."
"Berhenti bicara omong kosong." Sinis Hankyung yang kemudian berbalik, berjalan meninggalkan bagian informasi dan bergegas menghampiri Taehyung yang kini tengah terduduk di sisi ranjang nya dengan kemeja putih dan celana bahan berwarna abu-abu yang membalut tubuhnya, di tambah dengan mantel hangat sepanjang lutut dengan warna yang senada dengan warna celana yang ia kenakan.
"Dokter Hankyung, Dokter Hankyung." Setelah cukup lama terdiam, mulutnya kembali menggumamkan nama Hankyung.
Dan selama seminggu terakhir ini, kata-kata itulah yang paling sering ia gumamkan bahkan saat akan terlelap sekalipun, hanya agar dia tidak melupakan nama dari wanita yang sudah berbaik hati padanya. Karna pada kenyataan nya ingatan yang sempat mengisi kepalanya bisa tiba-tiba menghilang, bahkan terhitung sudah tiga kali ia melupakan nama Hankyung dalam seminggu terakhir ini.
Mulut nya berhenti bergumam ketika pendengaran nya menangkap suara pintu yang terbuka, dia pun segera menolehkan kepalanya ke arah pintu dan mendapati senyuman hangat yang di lontarkan oleh Hankyung yang kemudian masuk ke dalam ruangan dan menghampirinya.
"Kau sudah siap?" Tanya Hankyung ketika ia sudah berdiri di hadapan Taehyung yang mengangguk ringan sebagai jawaban atas pertanyaan yang sebelumnya ia lontarkan.
"Kalu begitu, Kajja! Kita pulang ke ruumah baru mu." Ujar nya yang kemudian melingkarkan sebuah syal di leher Taehyung hingga menutupi bagian dagunya.
Taehyung menjatuhkan pandangan nya dan perlahan berdiri sebelum akhirnya mengikuti langkah Hankyung yang berjalan di depan nya sebagai pembimbing, dia mngikuti Hankyung yang berjalan ke arah lift dengan tatapan yang terlihat begitu panik dan setelah menyadari bahwa tercipta jarak di antara keduanya, dia pun berlari kecil dan memelankan kembali langkahnya tepat di belakang Hangkyung.
Keduanya kemudian memasuki lift dan Hankyung yang tak sengaja menolehkan kepalanya menangkap kegelisan di wajah Taehyung.
"Bagaimana perasaan mu sekarang?" Sebuah obrolan ringan yang ia rencanakan untuk sekedar membuat kegelisahan itu hilang dari wajah Taehyung.
"Apa rumah nya masih jauh?"
Hankyung tertawa ringan dengan hampir tak bersuara setelah mendengar pertanyaan Taehyung, dan hal itu pula yang membuat Taehyung menjatuhkan pandangan nya pada Hankyung.
"Akan jauh jika kita berjalan kaki."
Pintu lift kemudian terbuka dan bisa di tangkap oleh penglihatan Taehyung bahwa ada begitu banyak orang yang berlalu-lalang dan di saat Hankyung telah melangkahkan kakinya keluar dia justru mematung di tempat, membuat Hankyung sedikit terheran ketika ia berbalik dan mendapati dirinya yang masih berada di dalam lift.
"Kenapa masih di situ?"
"A-aku, ingin kembali saja." Ujarnya dengan suara yang sedikit gemetar dan tanpa sadar telah membuat mata Hankyung memicing sebelum akhirnya menghampirinya kembali dan sempat menghentikan pintu lift yang akan kembali tertutup menggunakan kakinya.
"Ada apa? Apa ada yang tertinggal?"
Taehyung menggeleng, namun tampak ketakutan di sorot matanya dan kejadian ini mengingatkan nya pada kejadian beberapa hari lalu. Kepanikan di saat ia berada di ruang terbuka dan banyak orang, itu menunjukkan gejala bahwa kondisi kejiwaan nya sedikit bermasalah atau mungkin ini hanyalah efek samping dari amnesianya.
"Tidak apa-apa, percayalah padaku dan semua akan baik-baik saja."
Taehyung menjatuhkan pandangan nya dengan gelisah. "A-aku, tidak bisa."
Hankyung sempat terdiam, mengamati garis wajah Taehyung sebelum tangan nya terangkat ke udara tepat di hadapan Taehyung.
"Mari, kita pergi bersama."
Sebuah ajakan yang membuatnya menjatuhkan pandangan nya pada tatapan hangat milik Hankyung yang seakan ingin meyakinkan nya bahwa semua akan baik-baik saja.
"Percayalah padaku, dan aku akan membawa mu ke tempat yang benar."
Menatap penuh keraguan, pada akhirnya Taehyung memberikan telapak tangan nya pada Hankyung sebelum langkah nya yang tiba-tiba tertarik dengan lembut untuk keluar dari lift dan untuk pertama kalinya dia merasakan kehidupan lain di luar yang sangat luas setelah bangun dari koma nya.
Masih dengan telapak tangan yang di genggam oleh Hankyung, kedua nya berjalan menuju pintu keluar dan Taehyung yang sesekali merapat pada Hankyung ketika beberapa orang berpapasan dengan nya. Perasaan takut yang mengikutinya ketika ia membuka mata setelah tertidur cukup lama, dan perasaan takut itu pula yang membuat tangan yang berada dalam genggaman Hankyung mulai berkeringat meski saat ini adalah musim dingin. Hankyung yang menyadarinya pun sedikit mengernyitkan dahi nya, namun di bandingkan dengan menegurnya secara langsung, dia lebih memilih untuk melakukan sesi konsultasi secara pribadi.
"Apa mereka sedang berkencan?" Komentar Jungkook yang menumpukan tangan nya di meja Kepala Perawat Choi dengan pandangan yang terarah pada Hankyung dan juga Taehyung.
"Lihat saja, mereka memakai pakaian dengan warna senada. Dan apa itu, kenapa harus bergandengan tangan? Aku saja tidak pernah." Lanjut nya.
"Aku dengar daya ingat nya masih sangat lemah." Hoseok yang sedari berdiri di samping nya berucap, tampak tak perduli dengan ucapan Jungkook sebelumnya.
"Aku bahkan sudah memperkenalkan diri lebih dari lima kali, dan dia masih tidak mengingat namaku. Apa yang salah dengan kepalanya?" Ujar Jungkook yang tiba-tiba terdengar seperti orang kesal dan mendapatkan tatapan mengintimidasi dari Hoseok dan juga Kepala Perawat Choi.
"Kepalanya tidak bermasalah, tapi seperti nya kau yang bermasalah saat Noona mu itu menggandeng pria lain." Acuh Kepala Perawat Choi.
"Jangan bercanda, memang apa perduli ku pada orang baru itu?" Sangkal Jungkook yang di akhiri oleh senyum yang tersungging.
"Omong-omong, dimana Jimin?" Hoseok kembali menyahuti dan membuat keduanya menyadari ketidak hadiran Jimin.
"Dia tidak ada di IGD, tidak ada jadwal Operasi juga."Jawab Jungkook dengan nada menerawang.
Sedang di sisi lain, Hankyung dan Taehyung menyusuri teras Rumah Sakit menuju area parkir, udara dingin yang membuat Taehyung tiba-tiba mengeratkan genggaman nya dan menarik sedikit perhatian dari Hankyung. Dan dari arah berlawanan datanglah Kim Seokjin yang berjalan ke arah mereka.
Hankyung menghentikan langkah nya dan menghadap Taehyung. "Udara pagi ini sangat dingin." Ujarnya sembari membenahi syal di leher Taehyung dan membuatnya hampir menutupi sebagian wajah Taehyung, dan ketika Hankyung menarik kembali lengan Taehyung. Saat itu pula keduanya berpapasan dengan Seokjin, yang tak mampu mengembalikan ikatan yang telah terputus di saat mereka berjalan ke arah masing-masing seperti orang asing.
Dan di sisi lain, terlihat Jimin yang berdiri di sebelah pilar Rumah Sakit dan tengah memperhatikan kepergian keduanya sebelum akhirnya mengambil jalan lain dan melangkah pergi.
Selesai di tulis : 26.06.2019
Di publikasikan : 28.06.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro