Winter's Come 13
Satu bulan. Musim dingin yang telah berlangsung selama lebih dari itu, membimbing langkah Seokjin untuk memasuki sebuah rumah yang telah di tinggalkan oleh penghuni nya. Lantai yang sangat dingin begitu ia menapakkan kakinya di dalam rumah berlantai dua tersebut dan pemandangan pertama yang di tangkap oleh penglihatan nya adalah kain putih yang menutupi semua perabotan rumah.
Sesuatu yang membuatnya terkejut karna sejak di tinggalkan oleh pemilik nya, tidak ada seorang pun yang datang ke sana, dan itu berarti sang pemilik rumah telah berencana untuk pergi jauh sebelum kabar kematian nya terdengar oleh pendengaran nya.
Seokjin melangkahkan kakinya menuju dapur, sekedar melihat-lihat apa yang bisa ia temukan di sana. Tangan nya menyentuh meja yang begitu dingin dan meski di tinggal cukup lama, tak ada debu yang tertinggal di meja tersebut karna mungkin debu-debu tipis telah di bekukan oleh musim dingin, Dia kemudian menjarah setiap lemari kecil yang ada di dapur tanpa bertujuan untuk menemukan sesuatu. Dia hanya sebatas ingin tahu apa saja yang bisa dia temukan di dalam rumah sederhana berlantai dua tersebut.
Dan pergerakan nya tiba tiba terhenti ketika ia hendak menutup lemari yang berada di bawah meja, dia pun membukanya kembali dan terdiam sejenak sebelum tangan nya mengambil sesuatu dari dalam lemari tersebut.
Dia mengangkat botol plastik transparan di tangan nya ke udara dan memperhatikan butiran kapsul yang berada di dalam botol tersebut.
Sedikit penasaran kenapa Taehyung menyimpan obat di dalam dapur dan dia lebih penasaran dengan obat apa itu, tak ingin ambil pusing. Seokjin mengembalikan botol tersebut dan meninggalkan dapur.
Dia melanjutkan penjarahan nya dengan masuk ke dalam galeri kecil milik Taehyung dan tak berbeda dengan keadaan di luar, hampir sebagian perabotan di sana di tutupi oleh kain putih.
Seokjin berjalan ke tengah ruangan dan berhenti tepat di mana dulu dia sering melihat Taehyung duduk di sana dan membuat sebuah lukisan, sebuah bangku dan papan melukis yang di tutupi kain putih tampak masih seperti sebelumnya.
Terdapat kenangan manis yang justru semakin Membuatnya kembali berada di posisi yang paling bawah, di mana langkahnya akan semakin memberat dari waktu ke waktu.
Seulas senyum hangat nya, tawa riang nya, dan wajah damai nya. Seokjin benar benar merasa seperti orang bodoh setiap kali ingin kembali melihat semua hal itu di saat dia sadar bahwa itu tidak akan pernah terjadi.
Seokjin menghela napas nya, dia kemudian membuka kain putih yang menutupi papan yang berdiri di samping nya dan betapa terkejut nya dia akan apa yang tergambar dalam kertas putih yang menempel pada papan tersebut. Mata nya sedikit bergetar ketika mendapati wajah nya yang terdapat pada lukisan pensil pada kertas tersebut dan tanpa perlu bertanya lagi dia pun sudah tahu bahwa Taehyung lah yang melakukan nya.
Namun mata Seokjin sedikit memicing ketika melihat sebuah tulisan yang cukup kecil di bagian bawah lukisan tersebut, Seokjin pun mengambil lukisan tersebut dan melihat lebih dekat tulisan tangan yang di buat oleh Taehyung tersebut.
"Aku pergi dulu, Seokjin Hyeong."
Mata Seokjin seketika melebar ketika membaca kalimat yang tertulis di sana, tangan nya yang tiba-tiba gemetar tersebut mencengkram lukisan di tangan nya.
Dia kemudian mengarahkan pandagan nya ke sekeliling dengan tatapan tak percaya dan semua ini, mungkinkah Taehyung sudah merencanakan semua ini sebelumnya? Seokjin tersenyum tak percaya dengan helaan napas berat nya, menyadari betapa bodohnya dirinya hingga membuat Taehyung bertindak terlalu jauh seperti ini.
Kakinya yang tiba-tiba terasa lemas kemudian membuatnya terduduk di kursi tempat di mana Taehyung selalu duduk ketika ia tengah melukis, tangan nya jatuh begitu saja di pangkuan nya ketika penyesalan itu semakin menyiksanya.
Butiran air mata yang kemudian terjatuh dari kedua kelopak mata nya ketika kepala itu tertunduk, helaan napas berat yang kemudian keluar untuk mengendalikan perasaan nya sendiri. Dia sekilas mendongakkan kepalanya untuk sekedar menahan air matanya sebelum kembali melihat lukisan terakhir yang di buat oleh Taehyung sebelum pergi.
Seokjin sejenak memejamkan matanya, mencoba mengendalikan emosinya sendiri. Dia bersalah dan dia mengakui hal itu, dia sadar bahwa pengakuan nya sudah sangat percuma. Dia menghancurkan semuanya, menghancurkan Kim Taehyung dan juga dirinya sendiri, dia merasa malu. Bisakah dia tetap berdiri di Global Nation Group setelah menghancurkan hidup Kim Taehyung, setelah kehilangan Kim Taehyung. Bisakah? Bisakah dia memaafkan dirinya sendiri? Karna pada kenyataan nya kakek nya memiliki pembenaran pada perkataan nya bahwa dia, Kim Seokjin. Memiliki sifat serakah yang di miliki oleh ayah nya.
Seokjin kemudian menaruh kembali lukisan itu pada tempaatnya dan juga menutupinya dengan kain putih seperti sedia kala, dia kemudian beranjak meninggalkan ruangan tersebut. Melanjutkan langkahnya menuju lantai dua dan kamar Taehyung adalah tujuan nya.
Tak membutuhkan waktu lama hingga tangan nya membuka pintu kamar yang terasa beku tersebut setelah di tinggal oleh pemiliknya, aura suram di saat lampu ruangan mati. Seokjin pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam tanpa menutup pintu, dia berjalan ke arah jendela dan menyibakkan gorden tebal yang menutupi jendela. Membiarkan cahaya di luar menjarah isi kamar yang justru semakin menambah suasana kelam di sana.
Dia kemudian berjalan ke arah ranjang dan duduk di sisi ranjang, tangan nya perlahan menyentuh bantal yang berada di samping nya. Begitu dingin dan menyedihkan, dia yang tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan nya pun mengalihhkan perhataian nya.
Tangan nya terangkat untuk membuka lemari kecil yang berada di sisi ranjang, sejenak melihat apa saja yang bisa ia temui. Dan pergerakan nya sempat terhenti ketika dia melihat sesuatu yang tidak asing lagi baginya, tangan nya kemudian mengambil sebuah botol plastik yang sama dengan yang ia lihat di dapur sebelumnya dan jika sebelumnya ia mengabaikan hal itu tapi sekarang rasa keheranan nya semakin besar.
Sebelumnya di dapur dan sekarang di kamar, tidak mungkin Taehyung lupa menaruh nya. Tapi obat apa yang kini berada di tangan nya tersebut, menyisihkan rasa penasaran nya. Seokjin menutup kembali pintu lemari tersebut dan beranjak berdiri sembari mengantongi botol plastik tersebut di dalam saku mantel hangat nya.
Dia kemudian beranjak, bukan untuk pergi melainkan untuk menjarah setiap lemari yang berada di dalam ruangan tersebut dan setelah beberapa waktu berlalu. Setidaknya dia menemukan tiga botol lain nya yang di taruh terpisah dan hal itu yang membuat Seokjin secara tidak sadar mengernyitkan dahinya, dia yakin bahwa Taehyung tidak sakit tapi kenapa begitu banyak botol obat di sana. Bahkan setelah ia berkekliling rumah, bukan hanya di dalam kamar tapi di setiap ruangan yang memiliki laci di sana pasti terdapat botol plastik dengan jumlah kapsul yang berbeda.
Seokjin mulai di buat kebingungan, apa ini karna kebodohan nya sehingga ia tidak tahu jika Taehyung sedang sakit. Tapi jika dia memang sakit kenapa tidak pernah mengatakan apapun padanya? Raut wajah Seokjin mulai menunjukkan rasa frustasinya. Paling tidak sebanyak sepuluh botol telah terkumpul di hadapan nya kini, itupun dia tidak yakin di mana saja Taehyung menyimpan nya.
Dengan tangan kiri yang tiba-tiba memijat kening nya dengan gerakan pelan, dia menggunakan tangan kanan nya untuk merogoh ponselnya dan sekilas mengotak-atik layar yang menyala sebelum akhirnya mendekatkan nya ke telinga bersamaan dengan ia yang menurunkan tangan kirinya.
"Hyungwon-a, ini aku Seokjin. Bisa kita bertemu?" Seokjin terdiam sejenak untuk mendengar jawaban dari orang di seberang.
"Kapanpun waktu luang mu, ada hal yang ingin ku tanyakan padamu." Dia kembali terdiam di saat orang di seberang kembali berbicara.
"Gomawo, maaf sudah merepotkan. Sampai bertemu di sana."
Seokjin memutuskan sambungan dan menurunkan ponselnya, pandangan nya kemudian jatuh pada botol plastik yang berjajar di meja. Menatapnya dengan prihatin seakan tengah menunjukkan kekhawatiran nya pada Taehyung yang telah ia ketahui telah pergi untuk selamanya.
Winter's Come
Jungkook terlihat tengah berjalan dengan terburu-buru memasuki Ruang IGD, pandangan nya menjamah setiap sudut ruangan. Memilah satu dari sekian banyaknya orang di sana dengan wajah yang terlihat gusar, dan setelah beberapa waktu pandangan nya menemukan sosok yang di carinya.
Jungkook segera menghampiri Hankyung yang tengah sibuk menangani seorang pasien bersama dengan Jaehwan yang berdiri bersebrangan dengan nya.
"Noona."
Sebuah teguran yang mengalihkan perhatian ketiga orang di sana, termasuk dengan perawat wanita yang berdiri di samping Jaehwan.
"Ada apa?"
"Dia sudah sadar."
Mata Hankyung membulat, merespon berita mengejutkan yang di bawa oleh Jungkook. Dia kemudian menjatuhkan pandangan nya kepada pasien nya dan terlihat begitu ragu sebelum akhirnya kembali mempertemukan pandangan nya dengan Jungkook.
"Aku akan ke sana setelah pekerjaan ku di sini selesai."
"Pergilah! Di sini biar aku yang tangani, Jimin Hyeong dan Hoseok Hyeong sudah menunggu mu di sana."
Sempat ragu, namun setelah mendengar penuturan Jungkook. Hankyung pun beranjak dari tempatnya, dia menepuk bahu Jungkook ketika melewatinya.
"Gomawo." Ujarnya dan kemudian meninggalkan Ruang IGD dengan langkah lebarnya dan tetap berusaha tenang untuk menutupi kekhawatiran nya tentang kondisi Taehyung.
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, Hankyung sampai di depan Ruang ICU tempat Taehyung di rawat. Menyembunyikan rasa gugup nya, dia dengan pelan membuka pintu ruang rawat tersebut dan berhasil menarik perhatian kedua Dokter yang berdiri berdampingan di sebelah ranjang Taehyung. Hankyung pun masuk dan menutup pintu dari dalam sebelum akhirnya menghampiri kedua rekan nya tersebut.
"Bagaimana?"
Kedua rekan nya tersebut tampak enggan menjawab, dan Hoseok hanya memberi isyarat agar Hankyung melihat sendiri keadaan Taehyung. Mengerti akan hal itu, Hankyung segera bergegas melewati kedua rekan nya dan berdiri tepat di samping ranjang Taehyung yang mengarahkan pandangan nya padanya di saat belum ada satupun peralatan medis yang di lepas dari tubuhnya. Bahkan selang tersebut masih bertengger di mulut nya, Hankyung kemudian sedikit merendahkan tubuhnya dan berbicara sehalus mungkin untuk membuat pasien nya merasa lebih nyaman.
"Tuan, kau bisa mendengar suara ku? Jika kau bisa mendegar ku, mohon gerakkan tangan Tuan."
Bukan hanya Hankyung, melainkan Jimin dan juga Hoseok pun menunggu reaksi dari Taehyung. Namun hasil yang mereka terima tetap sama karna sebelumnya keduanya telah melakukan hal yang sama dan tak ada respon sedikit pun dari Taehyung kecuali matanya yang sesekali berkedip dengan pelan.
"Bisakah, kau menggerakkan tangan mu?" Ulang Hankyung, namun jemari itu sama sekali tidak bergerak.
Dia pun memperhatikan wajah Taehyung dengan mata yang sedikit memicing dan menemukan tatapan sayu yang berkedip dengan pelan dan terlihat begitu menyedihkan.
Hankyung menegakkan tubuhnya dan sejenak melihat ke arah monitor kecil yang terhubung dengan jantung Taehyung, di lihat dari garis yang berjalan tersebut. Kondisi jantung Taehyung telah normal begitupun tekanan darah nya.
"Kami sudah mencobanya, dan hasilnya tetap sama." Ujar Jimin yang membuat Hankyung mempertemukan pandangan dengan keduanya, tampak keheranan di wajah ketiganya dan jika seperti ini mungkin Taekwon lah yang tahu kenapa Taehyung tidak merespon apapun yang berada di sekitarnya.
Hankyung kemudian kembali menjatuhkan pandangan nya pada Taehyung, mencoba sekali lagi sebelum memutuskan langkah apa yang akan mereka ambil setelah nya. Dia kembali mencondongkan tubuhnya dan kali ini benar-benar menatap netra sayu milik Taehyung.
"Jika kau mendengar ku, mohon kedipkan mata mu dua kali."
Hankyung menatap mata itu dengan intens dan perlahan mata itu menutup dan kembali terbuka, membuat tubuh Hankyung tiba-tiba menegang begitupun kedua rekan nya. Namun seulas senyum itu kemudian menghiasi wajah ketiganya ketika Taehyung kembali berkedip, Hankyung sekilas menundukkan kepalanya sembari tersenyum tak percaya sedangkan kedua rekan di samping nya saling berjabat tangan dan menepuk bahu satu sama lain.
Hankyung kemudian kembali mengangkat wajah nya dan kembali mempertemukan pandangan nya dengan tatapan sayu Taehyung, dia kembali menegakkan tubuhnya dengan senyum yang mengembang di sudut bibir nya.
"Kamsahamnida." Ujarnya dengan sekilas membungkukkan badan nya, namun setelah ia kembali menegakkan tubuhnya dia sedikit tersentak ketika seseorang menarik tubuhnya. Dan pelakunya adalah Hoseok yang kemudian menghadiahinya sebuah pelukan bersama dengan Jimin.
"Kau melakukan nya dengan baik, Uri Hankyung."
Sedikit perayaan atas keberhasilan mereka dalam menyelamatkan satu nyawa, menyisakan perasaan asing bagi tubuh yang masih terbujur di atas ranjang dan hanya mampu melihat mereka dalam diam.
"Siapa?"
Selesai di tulis : 22.05.2019
Di publikasikan : 28.05.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro