Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Winter's Come 12

    Jimin keluar dari ruang kerja Taekwon dengan raut wajah yang sulit untuk di jelaskan, namun terdapat kekhawatiran di garis wajah nya ketika ia meninggalkan ruangan Taekwon dan kini melangkahkan kakinya memasuki Lift. Dengan raut wajah yang seakan menyiratkan bahwa dia tengah berpikir dengan serius hingga pintu lift yang kembali terbuka tepat di lantai tujuh.

    Jimin keluar dari lift dan kembali melanjutkan langkahnya hingga langkah itu terhenti tepat ketika ia sampai di ruang rawat Taehyung yang kini tinggal seorang diri, dia mendekat ke arah Taehyung dan berhenti tepat di samping ranjang. Memperhatikan Taehyung yang masih terlelap dalam kesakitan.

    "Kemungkinan besar dia akan kehilangan sebagian besar memory  ingatan nya."

    Kembali tergiang di telinga nya tentang perkataan Taekwon beberapa waktu yang lalu. Amnesia, itulah akhir yang akan terjadi jika Taehyung berhasil melewati masa kritis nya. Meski itu hanya sekedar prediksi, namun hal itu cukup membuat nya khawatir setelah melihat reka medis milik Taehyung.

    Jimin tidak tahu harus berbuat apa sekarang karna sebelumnya dia melarang Taekwon untuk membicarakan nya dengan Hankyung dan berdalih bahwa dia sendiri yang akan menyampaikan nya pada Hankyung, namun tiba tiba saja hatinya menjadi goyah. Haruskah Hankyung mengetahui sesuatu yang belum pasti akan kebenaran nya? Lebih dari itu, Jimin memikirkan hari setelah itu.
    Hari di mana pria asing yang berada di hadapan nya kini terbangun dan tak memilki ingatan apapun tentang dirinya sendiri.

    Hanya memikirkan nya saja sudah membuat otak nya berhenti bekerja, dia sejenak mengusap kening nya yang bahkan tak berkeringat sebelum akhirnya menurunkan tangan nya kembali dan melangkah mendekati Taehyung.

    Perlahan tangan Taehyung terangkat dan menyentuh infus Taehyung, sejenak wajahnya seperti tengah mempertimbangkan sesuatu. Namun semua berakhir dengan cepat ketika pintu ruangan tiba tiiba terbuka, dia pun segera menurunkan tangan nya dan berbalik menghadap Pintu. Melihat siapa yang baru saja masuk ke sana.

    "Kau di sini?."

    Sapaan kecil dari Hankyung ketika ia sedikit kaget dengan keberadaan Jimin di sana, dia pun berjalan mendekati Jimin yang tengah menunjukkan gerak gerik yang tak biasa. Namun sepertinya dia tak menyadari hal itu.

    "Taekwon Seonbaenim menyuruh ku untuk memantau keadaan nya pasca Operasi."

    "Gomawo."

    "Aku melakukan nya bukan karna kau adalah Walinya, tapi karna dia adalah pasien ku."

    "Araseo... Tapi tetap saja aku ingin berterimakasih pada mu."

    "Kau sudah makan?."

    "Aku akan melakukan nya nanti."

    "Kau selalu seperti itu."

    Hankyung terkekeh pelan, Jimin kemudian meraih lengannya dan membuatnya berbalik menghadap pintu masuk dan menatap penuh tanya ketika kekehan itu menghilang tanpa menyisakan segaris senyum pun di sudut bibir nya.

    "Wae?."

    "Kita makan bersama, ini sudah sore."

    "Kau duluan saja, aku akan menyusul nanti."

    Hankyung mencoba menurunkan tangan Jimin namun Jimin tetap menahan nya.

    "Tidak ada penolakan, jika kau sakit pasien mu tidak akan selamat."

    Hankyung terssenyum tipis dan memukul dada Jimin tidak terlalu keras. "Aku tahu... Berhenti menggurui ku."

    "Jika sudah tahu, kenapa kau selalu mengulangi nya?."

    "Park Jimin-ssi."

    "Mwo?."

    "Ada apa dengan wajah mu?."

    Sebelah alis Jimin terangkat ke atas. "Ada apa dengan wajah ku?."

    "Kau terlihat lebih tua dari sebelumnya."

    Jimin memalingkan wajahnya sembari mendengus dan tersenyum tak percaya kemudian mengembalikan pandangan nya pada Hankyung yang tersenyum lebar ke arah nya.

    "Aku mendapatkan hari yang berat karna mu, oleh sebab itu berhenti melibatkan diri dengan masalah apapun."

    Jimin kemudian segera menyeret Hankyung keluar dari ruangan tersebut, membiarkan ketenangan hanya di miliki oleh Taehyung yang sama sekali tidak menunjukkan reaksinya dengan apapun yang telah terjadi di sekitar.



Winter's Come



    Hankyung melangkahkan kakinya dengan terburu buru meninggalkan bagian IGD, dan setelah sempat menaiki lift. Langkah kakinya berakhir dengan menyusuri lorong ruang rawat di lantai dua Rumah Sakit dan kemudian berakhir di depan salah satu ruang rawat.
    Tanpa membuang buang waktu lagi, Hankyung segera membuka pintu dan menarik perhatian dari dua orang pria yang berada dalam ruangan tersebut yang kemudian ia hampiri setelah menutup pintu dari dalam.

    "Apa Noona berlari? Kenapa cepat sekali?."

    Pertanyaan yang tak memerlukan sebuah jawaban terlontar dari mulut Jungkook, di saat hankyung sendiri menempatkan dirinya di samping ranjang dan berdiri berseberangan dengan Jungkook. Mengapit Yoongi yang terbaring di ranjang dengan tubuh yang terlihat kaku meski matanya sempat berkedip beberapa kali sejak Hankyung memasuki ruang rawat yang ia tempati.

    "Bagaimana keadaan mu? Apa ada sakit?."

    Pertanyaan yang langsung di tujukan pada Yoongi ketika pemilik wajah yang semakin pucat di bandingkan dengan sebelumnya tersebut hanya mampu menggerakkan ekor matanya untuk bisa melihat keadaan sekeliling nya.

    Yoongi tampak menelan ludah nya sebelum mampu menjawab pertanyaan Hankyung ketika tenggorokan nya terasa begitu kering, namun dia enggan untuk meminta setetes air pada Jungkook meski sudah terbangun sejak tadi.  
    Mengingat di Operasi pertama nya dulu, dia justru terkena sembur oleh Hankyung karna meminta makan saat dia tersadar dari Operasi dan sebenarnya alasan nya sangat lah sepele yaitu sesuatu yang di sebut dengan buang angin.

    "Kenapa aku tidak bisa bergerak?."

    Suara yang pada dasarnya seperti orang malas, sekarang malah bertambah parah ketika ia sedang sakit.

    "Kau akan seperti ini untuk beberapa hari ke depan."

    "Kau sudah tidak waras."

    Sebuah umpatan yang harusnya terdengar begitu kasar justru hanya bisa terucap sebagai sebuah gumaman.

    "Jika kau tidak menurut, aku akan mengikat mu hingga batas penyembuhan mu selesai."

    Yoongi mengarahkan tatapan malas nya pada Hankyung di saat Jungkook sendiri menatap ngeri terhadap Noona nya tersebut, Jungkook kemudian kembali duduk di tempat sebelumnya. Yaitu tepat di samping ranjang Yoongi.

    "Pada umum nya, pemulihan total untuk pasien yang menjalani Operasi tulang belakang adalah 6 minggu. Itupun bisa lebih lama, tergantung seberapa parah luka yang di derita oleh si pasien sebelumnya."

    Jelas Jungkook sembari mengarahkan pandangan nya pada Yoongi yang jelas jelas kesulitan untuk melihat nya dengan posisinya yang sekarang.

    "Jangan bercanda."

    Gumam Yoongi yang tak ingin mempercayainya, namun apa daya efek dari obat bius nya telah menghilang sepenuh nya dan perlahan dia mulai merasakan nyeri di bagian punggung nya.

    "Dua sampai tiga hari ke depan, bekas Operasinya pasti akan terasa sakit."

    "Ini memang sudah sakit." Sahut Yoongi yang seakan tak membiarkan Hankyung berbicara lebih panjang lagi.

    "Kalau begitu, menurut saja. tidak ada yang sulit dengan itu."

    Yoongi kemudian sedikit menolehkan kepalanya pada Jungkook.

    "Ya! Gigi kelinci."

    "Ne."

    Meski belum meresmikan panggilan tersebut, Jungkook tetap menjawab nya dengan antusias.

    "Ambilkan aku air minum untuk ku!."

    "Hyeongnim belum buang angin, mana boleh memakan sesuatu."

    "Aku sudah buang angin."

    "Kapan? Dari tadi aku belum mendengar nya."

    "Sekarang."

    Seketika mata Jungkook membulat sempurna, di susul oleh suara aneh yang kemudian membuat Jungkook dengan segera tunggang langgang tanpa memperdulikan apapun dan menyisakan tawa ringan dari Hankyung yang di susul oleh senyum lebar dari Yoongi ketika Jungkook menghilang dari balik pintu.

    "Dia seorang Dokter ahli bedah, kenapa reaksinya terlalu berlebihan hanya karna buang angin?."

    Gumam Yoongi dan mempertemukan padangan nya dengan Hankyung yang menghilangkan tawa ringan nya dan menyisakan senyum lebar yang menghiasi bibir nya.

    "Sekarang, bisakah kau memberiku segelas air?."

    "Tentu."

    Hankyung meninggikan bagian atas ranjang Yoongi agar dia bisa bersandar dengan nyaman sebelum mengambil segelas air yang terdapat pada dispanser yang berada di dalam ruang rawat nya dan kembali ke samping Yoongi, membantunya untuk minum dan kemudian menaruh gelas tersebut di atas nakas tepat di samping nya.

    "Aku akan menyruh Perawat untuk segera membawakan makanan untuk mu."

    "Ini tidak sakit lagi setelah aku melihat mu."

    "Hentikan."

    "Wae?."

    "Gomawo."

    Perkataan yang keluar dengan begitu tulus di iringi oleh seulas senyum yang kemudian bertahan di sudut bibir nya ketika Yoongi bahkan menatapnya tanpa ekspresi.

    "Hanya itu?."

    "Apa lagi? Hanya itu yang bisa ku berikan padamu."

    Yoongi mengangkat tangan kirinya dan mengarahkan jari telunjuknya untuk menyentuh bibir nya sendiri ketika senyum Hankyung memudar dan di gantikan oleh tatapan bertanya yang ia arahkan pada Yoongi.

    "Apa maksud nya itu?." Selidik Hankyung.

    "Popo."

    Hankyung seketika melebarkan matanya, tampak terkejut dengan perkataan Yoongi yang terdengar biasa saja. Namun permintaan nya itu yang membuat Hankyung terkejut.

    "Wae? Kenapa melihat ku seperti itu? Aku bahkan belum sempat mencium mu sebelum kita putus, jadi lakukan saja sekarang sebagai ucapan terimakasih."

    Wajah Hankyung seketika memerah, dia menyatukan telapak tangan nya dan menempelkannya pada kening nya di saat ia sendiri menunduk dan menahan tawa nya mendengar pernyataan dari Yoongi dengan wajah nya yang sama sekali tak berperasaan.

    Sebuah pengakuan yang menurut nya konyol, tapi memanglah sebuah kebenaran. Karna saat mereka berpacaran mereka hanya menghabiskan waktu kebersamaan mereka dengan beradu argumen setiap saat, dan lebih terlihat sebagai musuh di bandingkan dengan sepasang kekasih.

    "Wae...? Kenapa malah tertawa? Apanya yang lucu?."

    Hankyung mengangkat kepalanya kembali namun menggunakan punggung tangan nya untuk menutupi mulut nya yang tidak bisa berhenti tertawa meski tanpa suara, dan mampu membuat seulas senyum terukir di bibir Yoongi untuk pertama kalinya di hari ini.

    "Kemarilah dan cium aku sekarang."

    "Shireo."

    Tentang Hankyung yang kembali menurunkan tangan nya namun belum mampu menghilangkan senyum lebar itu dari wajah nya di saat Yoongi sendiri telah kembali ke sedia kala.

    "Wae?."

    "Kau bukan siapa siapa ku lagi, untuk apa aku mencium mu?." Sinis Hankyung.

    "Anggap saja sebagai ganti rugi karna kau sudah meremukkan punggung ku.

    "Jika kau meminta nya dulu saat kita masih bersama, mungkin aku akan melakukan nya."

    Perkataan yang terucap dengan nada bicara yang begitu acuh, membuat Yoongi menyunggingkan senyum nya.

    "Kalau begitu, mari kita berkencan dan cium aku."

    "Shireo."

    "Wae?."

    "Aku tidak memiliki waktu untuk seorang pria."

    Yoongi sejenak terdiam tanpa mengalihkan pandangan nya sedikitpun dari Hankyung yang perlahan menjadi sedikit gugup dengan cara Yoongi melihat nya hingga segaris senyum yang sebelumnya masih berada di sudut bibirnya perlahan memudar.

    "Kenapa melihat ku seperti itu?."

    "Sudah lama sekali."

    "Mwo?."

    "Kau terlihat lebih cantik jika sedang tersenyum."

    "Ne?."

Selesai di tulis : 04.05.2019
Di publikasikan : 05.05.2019


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro